Dulu Sampah, Kini Jadi Bahan Baku Industri
July 23, 2020Slag nikel yang dulunya dianggap sampah ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan substitusi impor dan mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri pada produk industri.
“Saat ini, jumlah produksi slag nikel di Indonesia mencapai 13 juta ton per tahun. Bahan ini memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan baku semen, konstruksi, infrastruktur jalan, maupun recycle bahan baku baja,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi dikutip dari laman resmi Kemenperin.go.id.
Slag nikel adalah limbah hasil pembuangan dari pembakaran feronikel (bahan baku utama baja tahan karat/stainless steel), berwarna kelabu perak dan memiliki sifat-sifat menyerupai batu dan mengandung unsur silikat serta kapur yang cukup tinggi. Dulunya, slag nikel termasuk kelompok limbah berbahaya dan beracun (B3) dan dilarang didistribusikan serta dibuang tanpa izin.
Di negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, slag nikel, aluminium, dan tembaga tidak dikategorikan limbah B3 dan bisa menjadi bahan baku industri. Aladin Sianipar mewakili Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) menyebutkan, beberapa contoh produk yang berbahan dasar slag nikel di antaranya adalah batako, beton pra-cetak dan siap cetak, road base dan lapangan, pembenah tanah, media tumbuh dan pupuk, mortar dan semen slag, semen portland komposit, serta geopolimer semen.
“Pada dasarnya slag nikel merupakan kelompok mineral non-logam yang dapat dikelompokkan sebagai mineral olivine, yaitu merupakan bahan galian non-logam atau kelompok galian pasir dan batuan,” ungkapnya.
Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Prof. Dradjad Irianto menyatakan, slag nikel merupakan harta kekayaan Indonesia dari sebagian banyak material yang masih bisa diolah dan diteliti sehingga bisa memberi nilai tambah bagi bangsa Indonesia. Oleh karenanya, pemanfaatan slag nikel diharapkan dapat memacu produktivitas sektor industri sehingga tetap berperan sebagai penggerak roda perekonomian nasional.
Selain slag nikel, limbah kertas seperti koran, sack kraft, karton bungkus minuman atau makanan (KBM) juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Kepala Balai Besar Pulp dan Kertas Saiful Bahri mengatakan hasil penelitian menunjukkan karton bungkus minuman terdiri dari enam lapisan yang meliputi 74 persen serat dengan sisanya berupa 21 persen Low Density Polyethylene (LDPE) dan 5 persen alumunium foil. Serat tersebut bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku kertas untuk sol sepatu atau keras bungkus yang lain.
“Ketersediaan serat panjang coklat dari KBM ini dapat menjadi potensi untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas lebih baik pengganti bahan baku kertas bekas yang sebagian besar masih impor,” ujar Saiful, pekan kedua Juli 2020, seperti yang diunggah oleh Kemenperin.co.id.
Sedangkan bahan LDPE-Aluminium foil saat ini telah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku atap gelombang, serta berpotensi untuk digunakan sebagai partisi, meubelair, hingga komponen kendaraan. Penggabungan kedua material ini akan menjadi peluang tersendiri dalam menciptakan bahan komposit polimer baru yang implementasinya menjadi lebih luas.
Penggunaan limbah industri tak hanya bermanfaat sebagai substitusi impor tetapi juga selaras dengan kebijakan ekonomi sirkular. Prinsip ekonomi sirkular pada industri menekankan pada konsep 5R, yakni reduce, reuse, recycle, recovery dan repair. Implementasinya dilakukan melalui pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce), optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse), penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle) maupun dari proses perolehan kembali (recovery), atau dengan melakukan perbaikan (repair).
Untuk meningkatkan penggunaan limbah, perlu langkah sinergis antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah, industri, lembaga penelitian, dan pemerhati industri maupun lingkungan. Sinergi bisa terjalin di banyak saluran, salah satunya lewat Indonesia Development Forum yang digelar oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Indonesia Development Forum bisa mengumpulkan solusi-solusi terkait pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pemanfaatan limbah sebagai bahan baku industri menjadi salah satu solusi yang diharapkan ada di forum internasional ini sebagai upaya menciptakan nilai tambah industri masa depan demi transformasi sosial ekonomi Indonesia.
Kamu punya solusi terkait nilai tambah limbah industri? Tuliskan pendapatmu di media sosial Indonesia Development Forum!**
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum