IKM Logam Bantu Substitusi Bahan Impor Produk Otomotif

July 17, 2020

Industri otomotif (Antara Foto)

Sentra industri kecil dan menengah (IKM) perlu dikembangkan untuk menghasilkan substitusi produk impor dan meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Salah satu  sentra industri kecil dan menengah yang dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian ialah sentra IKM Tegal, Jawa Tengah. Sentra ini mampu menghasilkan komponen mesin industri, komponen pabrik, peralatan kapal, kereta api, pompa air, peralatan rumah tangga, dan otomotif.

“Salah satu upaya untuk menjembatani IKM di sentra logam Tegal dalam menjajaki pasar baru di sektor otomotif, kami telah menggelar program link and match antara IKM dan perusahaan besar,” Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih seperti yang dikutip dari Kemenperin.go.id .

Contoh sukses link and match antara IKM dan perusahaan besar kerja sama antara IKM logam Tegal bertemu dengan PT. Sinar Agung Selalu Sukses (SASS). SASS merupakan salah satu perusahan manufaktur otomotif yang memproduksi suku cadang kendaraan bermotor roda dua dan empat untuk pasar original equipment manufacturer (OEM) maupun aftermarket.

IKM di sentra logam Tegal berhasil mendapatkan purchase order (PO) dari SASS untuk membuat produk  substitusi impor berupa handle socket LT 10 ton, handle socket LT 5 ton, dan handle socket LT 30,32 ton. Selain itu, mereka juga akan mendapat pesanan tangkai spion dari SASS. Adapun IKM yang akan mengerjakan produk substitusi impor tersebut adalah PT. Bimuda Karya Teknik yang didukung oleh IKM lainnya seperti PT. Mitra Karya Tegal dan PT. Tiga Bersaudara.

Selain mendapatkan pasar baru, IKM di sentra logam Tegal didorong untuk saling bahu-membahu dengan membagi pekerjaan. Seperti yang dilakukan oleh PT. Mitra Karya Tegal dengan berbagi pekerjaan kepada IKM logam lainnya dalam memproduksi aksesoris kendaraan roda dua. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku logam, IKM di sentra logam Tegal telah didukung oleh Material Center yang hadir atas inisiasi dan kerja sama Ditjen IKMA dengan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal.

“Berfungsi sebagai penyedia bahan baku logam, Material Center di Tegal mampu menyediakan bahan baku dengan harga kompetitif bagi IKM, sehingga dapat memperkuat daya saing IKM terlebih pada masa pandemi covid-19 saat ini,” papar Gati.

IKM komponen otomotif memang sempat mengalami penurunan produksi hingga 90 persen dari kapasitasnya saat pandemi virus corona atau COVID-19. Hal ini disebabkan karena perlambatan produksi di perusahaan-perusahaan besar otomotif yang menurunkan demand atau permintaan mereka.

Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Indonesia Wan Fauzi mengatakan  banyak industri otomotif dan elektronik besar seperti Yamaha, Honda mobil, Suzuki hingga Panasonic yang melakukan off produksi dan penghentian order sehingga berpengaruh pada produksi IKM. Fauzi mengatakan rata-rata IKM komponen memiliki 100 karyawan untuk itu akan sangat menguras arus kas perusahaan jika order tidak ada tetapi gaji harus tetap dibayarkan.

"Harus ada upaya lain supaya kami tetap berjalan produksi dan memastikan karyawan tetap digaji," kata Fauzi kepada Bisnis.

Selain pembangunan material center dan link and match dengan perusahaan besar, upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kapasitas IKM logam ialah restrukturisasi mesin dan peralatan, serta penerapan teknologi digital.

Pemanfaatan teknologi industri 4.0 dalam IKM logam  diterapkan melalui penggunaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP). Dikutip dari Kemenperin, sistem ini memudahkan  perencanaan dan pengelolaan sumber daya perusahaan serta mengintegrasikan semua divisi di dalam perusahaan. Selain itu, sistem ERP memungkinkan bagi perusahaan melakukan perencanaan produksi dengan lebih mudah, mendapatkan informasi efisiensi proses produksi, mengevaluasi kapasitas mesin, dan efektivitas tenaga kerja di lapangan.
 
Kebijakan-kebijakan pemerintah ini merupakan strategi mendorong IKM naik kelas sehingga mampu menyokong industri besar dalam akselerasi pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Apalagi, IKM menyerap jumlah tenaga kerja paling banyak dibandingkan jenis industri lain. Solusi inilah yang diharapkan pemerintah lewat Indonesia Development Forum.
 
Solusi lain yang diperlukan industri tanah air ialah terkait  tata kelola dan standardisasi produk yang baik, kemampuan inovasi dan pengembangan teknologi produk, kewirausahaan, serta akses input produksi dan akses ke  pasar ekspor. Berbagai upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan IMK belum optimal, sehingga diperlukan alternatif gagasan, praktik baik, dan model-model pengembangan bagi IMK untuk “naik kelas” dan mendorong tumbuhnya IMK-IMK baru yang berdaya saing.
 
IDF menunggu solusi-solusi lain untuk dijadikan rekomendasi kebijakan pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan.**