Substitusi Impor Industri Ventilator Tangani Pandemi COVID-19

July 09, 2020

Pekerja menyelesaikan perakitan akhir mesin ventilator portabel bernama Ventilator Indonesia atau Vent-I di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/5/2020). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Pemerintah Indonesia bergerak cepat menanggulangi pandemic virus corona atau COVID-19 melalui pembentukan Konsorsium Riset dan Inovasi yang digawangi oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional. Konsorsium yang berisi para inovator Indonesia ini mampu menghasilkan 57 produk inovatif untuk menanggulangi COVID-19, termasuk ventilator untuk pasien dengan gangguan pernafasan berat.
 
“Saya sangat mengapresiasi para peneliti kita karena dalam kurun waktu yang singkat di masa pandemi ini, ternyata mampu menghasilkan produk ventilator yang sebelumnya tidak pernah kita buat,” kata Menteri Ristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro seperti yang dikutip dari laman resmi Ristekbrin.go.id .
 
Saat ini, Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 telah menghasilkan lima jenis ventilator hasil kerja sama triple helix yang mempertemukan pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor industri. Kelima jenis ventilator ini telah berhasil mengantongi Izin Edar dari Kementerian Kesehatan setelah lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kemenkes. Semuanya sudah masuk produksi massal dan siap digunakan.
 
Ventilator pertama yaitu BPPT3S-LEN yang merupakan ventilator berbasis Ambu Bag dan Cam yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT LEN.  Kedua, GERLIP HFNC-01, ventilator yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama PT Gerlink Utama Mandiri. Ventilator jenis ini mencegah pasien gagal nafas tanpa harus diinkubasi.
 
Ketiga, Vent-I Origin, merupakan model ventilator Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)  yang dikembangkan oleh Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Unpad dan ITB. Keempat, CONVENT-20, ventilator hasil kolaborasi para peneliti di Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSUP Persahabatan Jakarta, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik. CONVENT-20 telah diproduksi oleh perusahaan BUMN seperti PT Pindad maupun swasta nasional.
 
Kelima, DHARCOV-23S, ventilator emergency CMV dan CPAP berbasis pneumatic DHARCOV 23S. Alat ini merupakan hasil kolaborasi antara BPPT dan PT Dharma Precission Tools. DHARCOV-23S telah berhasil diproduksi massal sebanyak 300 unit per 19 Juni 2020.
 
Selain kelima tersebut, BPPT bekerja sama dengan PT Polijaya juga sedang mengembangkan BPPT3S-Poly yang masih dalam uji sertifikasi. Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal tengah mengembangkan tiga jenis ventilator. Institut Teknik Sepuluh November telah menciptakan simple and low cost mechanical ventilator atau robot ventilator yang saat ini sedang uji sertifikasi.
 
Produksi ventilator ini tak hanya bermanfaat di bidang kesehatan tetapi juga bisa memulihkan sektor industri unggulan. Kementerian Perindustrian mendorong industri otomotif, mesin, dan elektronika untuk turut ambil bagian dengan memproduksi massal ventilator hasil inovasi perguruan tinggi maupun lembaga riset. Untuk supply ventilator, akan dibuat prototipe sederhana yang dapat diproduksi massal melalui kerja sama antara industri otomotif dengan industri komponen.
 
“Kami telah meminta pelaku industri otomotif melalui Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo) agar beberapa anggotanya dapat memproduksi ventilator,” kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin Putu Juli Ardika seperti yang dikutip dari laman Kemenperin.go.id
 
Menanggapi ini, Ketua Gaikindo Yohannes Nangoi mengungkapkan sudah ada beberapa supplier komponen dan pabrik otomotif yang telah memproduksi ventilator. Misalnya PT Dharma Precision Tools yang telah berhasil memproduksi massal ventilator DHARCOV-23S. Termasuk Toyota yang berkolaborasi dengan UGM dan industri lokal membuat tiga jenis ventilator yang sedang dalam tahap tes daya tahan di BPFK Kemenkes.
 
“Jika perusahaan tersebut membutuhkan komponen tambahan, industri otomotif siap bekerja sama,” kata Yohannes.
 
Begitu pula dengan perusahaan plat merah, PT LEN Industri (persero) yang juga antusias memproduksi ventilator dengan menggunakan komponen lokal serta desain kreasi BPPT dan ITB. Produksi ventilator ini merupakan upaya LEN menjaga bisnis tetap berjalan di masa pandemi. Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri PT LEN Industri Sentot Rakhmad Adi mengatakan pihaknya menggunakan 100 persen komponen lokal untuk produksi ventilator.
 
“Kapasitas produksi PT LEN bisa mencapai 50 unit ventilator per hari,” kata Sentot seperti yang termuat di laman PT LEN Industri.
 
Ventilator untuk penanganan COVID-19 merupakan salah satu contoh kolaborasi terbaik yang melibatkan triple helix yakni pemerintah, lembaga riset/perguruan tinggi, dan industri. Langkah Pemerintah Indonesia dalam memproduksi ventilator lokal selama tiga bulan terbukti efektif karena bisa menghasilkan inovasi teknologi sekaligus mengatasi masalah kesehatan dan memulihkan industri dalam negeri. Kolaborasi triple helix, bahkan n-helix, seperti inilah yang diharapkan hadir di Indonesia Development Forum (IDF).
 
IDF yang diinisiasi oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas ini mendorong kolaborasi semua pihak untuk menghasilkan solusi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.  Kolaborasi bidang industri yang terjadi di IDF diharapkan menghasilkan inovasi yang menciptakan lapangan kerja dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
 
Bagaimana pendapat dan saranmu tentang produk ventilator yang dihasilkan industri Indonesia? Tulis di kolom komentar media sosial Indonesia Development Forum!