Praktik Baik Pemulihan Industri dari Tiongkok

July 02, 2020

Chinese Industry: A Journey of 70 Years (Credit: China Today)

Pandemi virus corona atau COVID-19 menghantam ekonomi dan industri di banyak negara, termasuk Tiongkok. Produk Domestik Bruto Tiongkok  pada triwulan pertama mengalami penurunan 6.8% jika dibandingkan dengan tahun lalu dan ekspor produk tersebut turun hingga 6.4%. Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian mengatakan pemulihan produksi dan industri mulai berjalan di negaranya saat ini.

“Indeks Aktivitas Bisnis Non-Manufaktur meningkat ke 52.3% atau bertambah 22.7 poin persentase.  Selain itu, nilai tambah industri strategis baru dan industri manufaktur berteknologi tinggi masing-masing juga meningkat 5.9% dan 9.0%,” kata Dubes Xiao Qian seperti yang dikutip dari laman Liputan6.com.

Xiao Qian menyampaikan bahwa perindustrian Tiongkok adalah tangguh, resilient dan dapat cepat sembuh diri, sehingga mampu pulih secepatnya begitu melewati dampak jangka pendek. Ia optimistis ekonomi Tiongkok sepanjang tahun 2020 akan cepat pulih berkembang secara stabil dan sehat. 

Untuk membantu kalangan usaha, Xiao Qian mengatakan Pemerintah Tiongkok memotong pajak  dan retribusi dan biaya produksi serta sewa. Pemerintah Tiongkok mengeluarkan kebijakan fiskal proaktif untuk memperkuat daya beli konsumen diperkuat sehingga produk industri tetap bisa diserap. Pemerintah Tiongkokjuga menjaga stabilitas dan kompetensi rantai industri dan suplai bahan baku.

"Perlu saya titik beratkan adalah Tiongkok mempunyai sistem industri yang lengkap, kemampuan industri dukungan yang kuat, tenaga kerja yang cukup dan akumulasi sumber daya manusia yang memadai. Kami mempunyai pasar besar dengan 1,4 miliar konsumer yang mempunyai daya beli dan potensi konsumsi besar," jelasnya.

Pernyataan dari Dubes Tiongkok Xiao Qian dibuktikan oleh ekonom Goldman Sachs, Song Yu, yang menunjukan bahwa ekspor Tiongkok memang turun dibanding periode lalu tapi neraca dagang tetap surplus karena impor juga menurun. Dikutip dari Bloomberg, Song Yu mengatakan ekspor produk medis mendukung kinerja neraca perdagangan Tiongkok. 

Ekspor produk tekstil Tiongkok, termasuk masker, memang naik 25,5 persen dalam hitungan yuan selama lima bulan pertama 2020. Produk tekstil Tiongkok menjadi komoditas ekspor terbesar kedua setelah produk mesin dan elektronik.

Dikutip dari laman berita technologyreview, perang dagang dan pandemic COVID-19 menyebabkan Tiongkok kesulitan produk luar negeri sehingga mereka memilih memperkuat industri dan memproduksinya sendiri. Selain itu, perusahaan ecommerce diperkuat agar bisa membanjiri marketplace global dengan produk industri Tiongkok.

Pulihnya sektor industri di Tiongkok tentu berdampak bagi industri Indonesia. Menurut data Kemenperin, 30 persen bahan baku industri tanah air masih mengimpor dari Tiongkok. Karena belum sepenuhnya normal, Pemerintah Indonesia mendorong substitusi bahan baku dari negara lain atau produksi sendiri.

Upaya Tiongkok memulihkan ekonomi dan industrinya menjadi salah satu contoh kebijakan yang bisa diadaptasi di Indonesia. Kunci keberhasilannya ada pada kerja sama pemerintah, pelaku usaha industri dan penjualan, serta masyarakat. Kolaborasi inilah yang akan dilakukan oleh para pemangku kepentingan di industri Indonesia. Salah satu wadahnya ialah lewat Indonesia Development Forum.

Diselenggarakan pertama kali pada 2017, Indonesia Development Forum (IDF) adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). IDF menyediakan wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan.

Berbagai presentasi dari ahli dan praktisi yang mengangkat penelitian, wawasan, praktik cerdas dan pembelajaran, dari akar rumput sampai tingkat nasional, serta pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia. Melalui berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia.

IDF bertujuan mengumpulkan aktor-aktor pembangunan untuk menyusun agenda pembangunan Indonesia berdasarkan data riset dan praktik baik. Dalam forum ini, para pemangku kepentingan mengomunikasikan hasil penelitian dan bukti atas berbagai tantangan pembangunan dan solusi-solusi apa saja yang efektif untuk mengatasinya. Mereka juga mendorong kolaborasi dalam mengatasi persoalan-persoalan pembangunan Indonesia yang paling mendesak.

Tak hanya sektor industri tanah air, puncak acara IDF dimundurkan ke tahun 2021 karena pandemi COVID-19. Tujuannya adalah mencegah penyebaran virus dan menghindari kerumunan orang dalam jumlah banyak. IDF 2021 akan mendukung pemulihan sektor industri manufaktur tanah air melalui solusi-solusi peserta dari kalangan akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat. Tema 'Indonesia's Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation' yang akan diangkat pada IDF 2020 akan tetap menjadi dasar dalam penyusunan tema IDF 2021.**