Pemulihan Sektor Industri Usai COVID-19
July 01, 2020Menghadapi pandemi virus corona atau COVID-19, Pemerintah Indonesia melakukan beberapa langkah mulai dari penguatan fasilitas kesehatan, perlindungan masyarakat rentan, mengurangi tekanan sektor keuangan, dan pemulihan ekonomi. Strategi pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah termasuk di bidang industri dan perdagangan.
“Proses pemulihan sektor industri pengolahan paling cepat terjadi pada akhir tahun 2020 dan paling lambat pertengahan 2021,” kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Bambang Prijambodo seperti yang disampaikan di diskusi online bertajuk ‘Industri Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19’ pertengahan Mei lalu.
Bambang menyebutkan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk memulihkan industri tanah air. Cara yang dilakukan adalah: Mengoptimalkan keunggulan kompetitif sektor-sektor industri unggulan; Mengoptimalkan pengadaan barang dan jasa pemerintah dan BUMN dengan menggunakan produk industri dalam negeri; Akselerasi pengembangan produk substitusi impor khususnya makanan, minuman dan farmasi; Peningkatan fasilitasi ekspor produk industri; Fasilitasi impor bahan baku industri; Peningkatan standar produk industri; Optimalisasi Preferential Trade Agreement (PTA)/ Free Trade Agreement (FTA)/Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) untuk perluasan ekspor; Peningkatan efisiensi logistik produk industri.
Untuk mendukung strategi pemulihan industri, Bappenas terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terutama Kementerian Perindustrian. Kemenperin sendiri berusaha merangkul pelaku usaha dan asosiasi industri untuk mencari formula yang tepat agar tercipta iklim bisnis yang kondusif.
“Upaya ini merupakan prioritas kami dalam menyiapkan industri menghadapi era kenormalan baru,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenperin.go.id.
Menteri Agus mengatakan ada beberapa fokus Kemenperin dalam memulihkan sektor industri manufaktur seperti restrukturisasi kredit, modal kerja, dan biaya energi. Untuk itulah, Kemenperin menyusun kriteria sektor usaha yang akan mendapatkan stimulus pemulihan tersebut. Salah satu kriterianya adalah sektor industri yang paling menyerap tenaga kerja sehingga bisa mencegah pemutusan hubungan kerja (PHK) sekaligus menjaga daya beli masyarakat.
Stimulus kredit dan modal kerja bagi pemulihan sektor industri manufaktur termuat dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). PEN digunakan untuk menghadapi ancaman yang membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta sebagai upaya penyelamatan ekonomi nasional.
Contoh industri yang mendapatkan program PEN adalah IKM perhiasan berupa stimulus fiskal untuk penurunan biaya dan menambah pembiayaan modal kerja. Alasannya karena IKM perhiasan mempunyai nilai ekspor tinggi. Data Kemenperin menunjukkan kontribusi pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD 284,9 juta. Tahun 2019, total perdagangan perhiasan mencapai USD 2,073 miliar, terdiri dari ekspor yang menembus hingga USD1,957 miliar.
“Industri perhiasan emas merupakan salah satu sektor yang cukup terdampak secara signifikan oleh efek domino pandemi ini. Alasannya, produk perhiasan bukan merupakan kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, selain itu banyak toko emas fisik yang dilarang beroperasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” papar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, awal Juni lalu, dikutip dari laman resmi Kemenperin.go.id.
Di samping itu, Kemenperin melakukan kerja sama dengan online marketplace untuk mengampanyekan produk-produk lokal. Tujuannya mendorong penjualan pelaku usaha dan IKM, termasuk produk emas dan perhiasan.
Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Eddy Susanto Yahya mengemukakan, penjualan perhiasan emas di pasar domestik dan luar negeri turun drastis karena pandemi COVID-19. Namun bulan Mei, ada beberapa negara yang telah mulai membuka pasar, seperti Hong Kong, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat.
“Beberapa produsen perhiasan anggota APPI mulai dapat mengirim pesanan, tetapi masih belum sebesar waktu-waktu normal,” ujar Eddy.
Pandemi COVID-19 memang tak hanya berdampak pada industri tetapi juga sektor lain. Inilah yang menyebabkan Indonesia Development Forum tahun ini diundur demi kesehatan masyarakat dan mencegah terjadinya kerumunan orang. IDF akan diselenggarakan kembali dengan tema seputar masa depan industri dan transformasi ekonomi. Gagasan mengenai pemulihan industri pengolahan setelah pandemi COVID-19 tentu sangat diharapkan di IDF 2021.
IDF adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Bappenas sejak tahun 2017. IDF menyediakan wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan. Berbagai presentasi dari ahli dan praktisi yang mengangkat penelitian, wawasan, praktik cerdas dan pembelajaran, dari akar rumput sampai tingkat nasional, serta pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia. Melalui berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia.
Jadi, IDF menjadi forum yang tepat untuk para aktor dan pemerhati pembangunan industri duduk bersama menyusun pemulihan industri seusai pandemi!
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum