Pendidikan Vokasi, Jembatani Lulusan dan Kebutuhan SDM Industri

June 08, 2020

Siswa menunjukan sepeda motor dengan bahan bakar paduan panel tenaga surya di pameran kreatif siswa SMK Negeri 2 Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (2/5/2019). Kegiatan pameran produk kreatif dan kewirausahaan para siswa SMK Negeri 2 Kendari dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. ANTARA FOTO/Jojon/foc.

Pabrik mobil Esemka seluas 12.500 meter persegi di Desa Demangan, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah beroperasi awal September tahun lalu. Pabrik ini tak hanya menjadi tempat produksi tetapi juga wadah pembelajaran bagi pelajar sekolah vokasi, terutama yang bergerak di bidang otomotif.

“Bila mobil ini telah diproduksi massal, tentu ada yang bisa dikerjakan oleh anak-anak SMK seperti perawatan mobil ini setelah dipasarkan,” ujar Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan M Bakrun seperti yang dikutip dari Media Indonesia.

Pabrik Esemka bukanlah satu-satunya contoh kerja sama antara sekolah vokasi dengan industri otomotif. Perusahaan arus utama telah menginisiasi hubungan ini sejak dulu. Contohnya saja PT Astra Honda Motor telah memiliki 683 SMK binaan yang tersebar di seluruh Indonesia. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia telah mendirikan Toyota Institute di Karawang dan memiliki puluhan SMK binaan di bidang otomotif.

Kerja sama antara dunia industri dan sekolah vokasi bertujuan untuk menjembatani kebutuhan tenaga kerja unggul dan lulusan vokasi siap kerja. Sampai 2019, sebanyak 2.612 SMK dan 899 industri telah terhubung melalui kegiatan vokasi berbasis link and match yang diinisiasi oleh Kemenperin dan Kemendikbud. Hampir 60 persen kurikulum SMK ditentukan oleh industri. Siswa mendapatkan jam praktik lebih banyak dibandingkan teori. Tujuannya untuk menjembatani kebutuhan tenaga kerja di dunia industri dengan kapabilitas lulusan sekolah vokasi yang siap kerja.

Tak hanya pada pendidikan vokasi setingkat sekolah menengah, Pemerintah Indonesia juga menghubungkan pendidikan tinggi vokasi dengan industri. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Kemenperin memiliki 10 politeknik dan 2 akademi komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Pendidikan tinggi ini telah berhasil meluluskan SDM industri yang kompeten dan diserap pasar tenaga kerja.

“Politeknik dan akademi komunitas ini telah menerapkan best practice pendidikan vokasi yang adaptif dengan kebutuhan industri,” kata Menteri Agus seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenperin.

Pendidikan tinggi yang berada di bawah Kemenperin memiliki spesialisasi pendidikan industri tertentu, berbasis kompetensi dengan memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Sekolah-sekolah tersebut juga dilengkapi dengan peralatan laboratorium, workshop berstandar industri, teaching factory, serta menerapkan pendidikan dual system yang menyeimbangkan teori di kelas dan praktik di industri.

Mendukung peta jalan Making Indonesia 4.0, sekolah-sekolah vokasi ini difokuskan pada subsektor unggulan yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia dan farmasi, industri otomotif, dan industri logam elektronik. Contohnya Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung yang memiliki kompetensi tekstil dan produk tekstil. Akademi Kimia Analis di Bogor yang fokus terhadap kimia analis dan lulusannya diproyeksikan bekerja di sektor industri petrokimia.

Upaya lain memperkuat pendidikan vokasi adalah dengan Balai Latihan Kerja Komunitas yang ditargetkan akan mencapai 2000 BLK  di tahun  2020. Hingga 2019, telah ada 1.113 BLK Komunitas yang tersebar di lembaga pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren, seminari, dhammasekha, dan pasraman di seluruh Indonesia. Kurikulum BLK yang disusun mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0.

“Hadirnya BLK Komunitas di lembaga pendidikan keagamaan, diharapkan santri atau siswa serta masyarakat di sekitar lembaga tersebut dapat memiliki akses untuk mendapatkan pelatihan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja lokal,” kata Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Ketenagakerjaan.

Perbaikan pendidikan vokasi yang melibatkan industri merupakan salah satu strategi jitu peningkatan produktivitas.  Model pendidikan ini melibatkan lima unsur (pentahelix) masyarakat maupun lembaga-lembaga non-profit dalam rangka mewujudkan inovasi atau uang disebut dengan pentahelix. Kelima unsur tersebut antara lain akademisi, industri, pemerintah, asosiasi  atau komunitas, serta mediaa.

Kolaborasi antara pentahelix bisa diwujudkan dengan menyampaikan solusi berbasis data penelitian dan atau praktik baik ke Indonesia Development Forum. Forum internasional yang digagas oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini bertujuan untuk mengumpulkan aktor-aktor pembangunan dalam menyusun agenda pembangunan Indonesia. Mereka bisa saling mengomunikasikan hasil penelitian dan bukti atas berbagai tantangan pembangunan dan solusi-solusi apa saja yang efektif untuk mengatasinya. Dengan demikian, IDF mendorong kolaborasi dalam mengatasi persoalan-persoalan pembangunan Indonesia yang paling mendesak dengan solusi yang inklusif dan berkelanjutan.