Meminimalisir Kesalahan Jasa Logistik dengan Cara Digital
June 04, 2020Sejak 2017, PT Pos Indonesia (Posindo) telah menggunakan robot sortir canggih untuk memilah paket yang akan dikirim. Robot yang bermerek GreyOrange ini mampu memilah hingga 3000 paket per jam. Mesin ini merupakan bagian dari Pos Indonesia untuk menghadapi bisnis logistik di era revolusi industri 4.0.
“Sistem sortasi GreyOrange memungkinkan kami menangani paket dalam jumlah yang besar sehingga kebutuhan akan pengiriman di hari yang sama atau hari berikutnya menjadi akurat dan efisien,” kata Direktur Utama Posindo Gilarsi Wahju Setijono seperti yang dikutip dari Bisnis.com.
GreyOrange Linear Sorter adalah robot yang terdiri dari software canggih dan sistem sortir berkecepatan tinggi. Robot ini telah diuji coba pada berbagai macam aplikasi untuk menangani sortasi yang memiliki volume besar. Posindo saat ini menangani paket dan surat dengan volume lebih dari 500.000 item per hari dan menyediakan layanan terpadu untuk pemerintah, BUMN, pengusaha online, dan platform e-commerce seperti Lazada, BliBli, Tokopedia dan BukaLapak.
Bisnis pengiriman surat menyurat Posindo sempat mengalami penurunan setelah munculnya penggunaan telepon seluler dan internet. Ditambah dengan menjamurnya jasa logistik swasta, pasar Posindo semakin tergerus. Mengatasi tantangan ini, kata Dirut Posindo Gilarsi, perusahaan plat merah ini memanfaatkan teknologi otomatisasi dan modal jaringan 4.800 kantor pos online di seluruh pelosok Indonesia. Angka tersebut belum termasuk dengan Agenpos, Mobile Postal Service, jumlah titik layanan bisa mencapai 58.700 titik.
Bisnis logistik di era revolusi industri 4.0 tak lagi sekadar mengandalkan kendaraan pengiriman, kurir, dan gudang penyimpanan. Sektor ini mengombinasikan teknologi otomatisasi, big data, dan internet of things sehingga paket bisa terkirim cepat dan tepat. Pelacakan pun dibuat dalam versi mobile dan web sehingga memudahkan konsumen.
Sektor pengiriman logistik turut menunjang industri dan bisnis lain dalam hal pemasaran produk dan pengiriman sampai konsumen. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan nilai total transaksi e-commerce Indonesia mencapai USD 21 miliar atau Rp 294 triliun sepanjang 2019. Pertumbuhan inilah yang menyebabkan jasa logistik semakin berkembang.
“Diperkirakan tahun 2025 mencapai USD 82 miliar atau Rp 1,1 kuadriliun,” kata Menteri Agus seperti yang dikutip dari Sindonews.com.
Industri pengiriman memang tumbuh positif tiap tahun seiring dengan perkembangan transaksi jual beli online. Data dari Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mencatatkan pertumbuhan mencapai 500 persen dalam empat tahun terakhir. Bila dihitung, estimasi pertumbuhan sektor ini bisa mencapai Rp 40 triliun atau lebih per tahun.
Data Indeks Kinerja Logistik Bank Dunia mencatat logistik Indonesia telah meningkat sangat pesat dalam tiga tahun terakhir. Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-46 secara global dibandingkan pada 2016 yang berada di peringkat ke-63. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai potensi bisnis pengiriman jasa barang akan semakin meningkat dengan adanya penetrasi internet dan infrastruktur yang semakin luas karena dibangun oleh pemerintah.
“Munculnya startup-startup logistik baru karena mereka melihat potensi yang besar di industri tersebut apalagi dengan adanya pesanan e-commerce yang terus meningkat,” kata Feriadi.
Perkembangan industri logistik dan pengiriman menunjukkan bahwa teknologi digital tak hanya berguna bagi sektor manufaktur saat menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Industri penunjang manufaktur seperti logistik dan pengiriman ikut menuai untung bila bisa memanfaatkan otomatisasi dan konektivitas internet. Ditambah dengan dukungan infrastruktur transportasi dari pemerintah, jasa logistik dan pengiriman bisa menjangkau sudut-sudut Indonesia serta menumbuhkan pusat ekonomi baru di tanah air.
Dukungan industri logistik dan pengiriman menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kontribusi manufaktur Indonesia. Perbaikan perlu dilakukan agar pengiriman kapasitas besar dapat dilakukan dengan cepat, tepat sasaran, dan kian murah. Masukan dari pelaku bisnis dan masyarakat sebagai konsumen sangat diperlukan oleh pemerintah guna mendorong pembangunan industri Indonesia masa depan.
Salah satu saluran yang bisa digunakan untuk menyampaikan aspirasi di bidang pembangunan adalah Indonesia Development Forum (IDF). Diselenggarakan pertama kali pada 2017, IDF adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Bappenas. IDF menyediakan wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan.
Di IDF, berbagai presentasi dari ahli dan praktisi yang mengangkat penelitian, wawasan, praktik cerdas dan pembelajaran, dari akar rumput sampai tingkat nasional, serta pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia. Melalui berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia.
Tema IDF yang akan datang adalah Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation. Tema ini dibagi menjadi 5 topik ulasan yakni: Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi; Meningkatkan Daya Saing Subsektor Industri Unggulan; Strategi Peningkatan Produktivitas; Strategi Mendorong Industri Mikro dan Kecil Naik Kelas; Rekayasa Aktivitas Industri untuk Menumbuhkan Pusat-Pusat Ekonomi Baru.
Punya gagasan seputar tema dan lima subtema tersebut? Kirimkan ke Indonesia Development Forum!
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum