Teknologi Robotik Dorong Industri Otomotif Masuki Revolusi 4.0

June 02, 2020

Tenaga kerja Esemka (Antara Foto)

Industri otomotif tanah air semakin kompetitif memasuki pasar global. Musababnya peningkatan investasi dan peluang ekspor ke luar negeri kian terbuka. Karena itulah, industri otomotif mengimplementasikan revolusi industri 4.0 berupa teknologi robotik dan otomasi global sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi secara efektif dan efisien.

“Industri otomotif Indonesia makin kompetitif daya saingnya karena sudah menggunakan teknologi robot,” kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara seperti yang dikutip dari Medcom.id

Pabrik otomotif menggunakan big data untuk mengoneksikan semua kerja robot. Beberapa bagian pekerjaan di pabrik otomotif yang sudah menggunakan robot seperti pengelasan (welding), painting, body, dan sebagainya. Bagian pengelasan paling banyak memakai teknologi robot karena membutuhkan akurasi tinggi. Di bagian ini, 90 persen pekerjaan sudah memakai robot dan komputer otomasi.

Industri otomotif termasuk salah satu dari lima sub sektor manufaktur unggulan yang mendapatkan prioritas pengembangan dan penerapan industri 4.0 berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Subsektor ini diharapkan semakin mengoptimalkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sehingga mengurangi ketergantungan impor bahan baku.

Sistem yang serba otomatis ini membuat industri otomotif bisa berproduksi di tengah pandemi covid-19 atau virus corona. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri otomotif masih bisa diakselerasi hingga tumbuh 6 persen pada akhir 2020.

Untuk mempermudah target tersebut, pemerintah akan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi sektor industri, di antaranya dengan memberikan kemudahan perizinan dan insentif fiskal. Menurut Menteri Agus, langkah ini untuk meningkatkan investasi dalam hal menciptakan inovasi dan penguatan kompetensi sumber daya manusia industri. Bahkan, guna melindungi industri otomotif dalam negeri, khususnya produsen kendaraan komersial, Menperin menegaskan pihaknya tidak akan memberikan izin untuk masuknya impor truk bekas ke pasar domestik.

“Proteksi ini diberikan untuk meningkatkan utilisasi industri kita. Jadi, saya memastikan bahwa impor itu tidak terjadi, kecuali memang belum bisa diproduksi di dalam negeri,” ujar Menteri Agus seperti yang dikutip dari laman resmi Kementerian Perindustrian.

Dikutip dari data Gaikindo, ekspor mobil Indonesia dalam bentuk utuh (Complete Built Up) sepanjang tahun 2019 mencapai 332.023 unit, naik 25 persen dibandingkan 2018 yang sebanyak 264.553 unit. Sedangkan dalam bentuk terurai atau complete knock down mencapai 511.425 set atau melonjak dari yang 2018 sebesar 82.028 set.

Sebelum terdampak covid-19, Gaikindo menargetkan penjualan 1,5 juta unit mobil di tahun 2020 dengan nilai ekspor 250 ribu unit. Target ini kemudian direvisi karena turunnya daya beli sektor otomotif hingga 50 persen. Namun Kementerian Perindustrian tetap optimistis mampu menjual 4 juta unit di tahun 2035 dengan 1,5 juta unit di antaranya menjadi komoditas ekspor.

Mengandalkan otomasi dan robotik dalam produksi membuat industri otomotif tetap stabil dan tak mengurangi tenaga kerja di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Berdasarkan catatan Gaikindo, industri otomotif masih menyerap tenaga kerja sebesar 1,5 juta jiwa. Sebanyak 75 ribu tenaga kerja bekerja di 22 perusahaan sektor perakitan atau assembling, 220 ribu tenaga kerja di 550 perusahaan tier satu (komponen inti), 210 ribu karyawan bekerja di 1000 perusahaan tier dua dan tiga (komponen pelengkap dan tambahan), 400 ribu tenaga kerja di 14 ribu outlet dan bengkel resmi, serta 595 ribu karyawan di 42 ribu outlet dan bengkel tak resmi.

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan pentingnya hilirisasi produk di sektor manufaktur, termasuk industri otomotif. Misalnya pembuatan batu baterai untuk mobil listrik.

“Hilirisasi bisa membantu Indonesi aberkembang secara bertahap sebagai negara berbasis industri otomotif di Asia Tenggara, juga dunia,” kata Menteri Suharso seperti yang dikutip dari laman berita Bisnis.com.

Ke depan, Bappenas dan kementerian lain mendorong pihak swasta untuk membuka pabrik dan melakukan hilirisasi di kawasan industri yang sudah tersedia di dalam negeri. Menteri Suharso menegaskan, hilirisasi dan jaminan bagi pelaku usaha akan terwujud dengan kemudahan berusaha dan transaksi bisnis.

Upaya menjadikan industri otomotif tanah air menjadi nomor satu di Asia Tenggara membutuhkan kerja bersama seluruh pelaku industri dan pendukungnya. Beragam ide dan solusi bisa disampaikan kepada pemerintah, salah satunya lewat Indonesia Development Forum (IDF). Forum internasional ini digagas oleh Bappenas sebagai upaya menghasilkan rekomendasi kebijakan berdasarkan data riset dan praktik baik.

Tema IDF selanjutnya adalah ‘Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation. Tema ini terbagi menjadi 5 sub yakni: Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi; Meningkatkan Daya Saing Subsektor Industri Unggulan; Strategi Jitu Peningkatan Produktivitas; Strategi Mendorong Industri Mikro dan Kecil Naik Kelas; dan Rekayasa Aktivitas INdustri untuk Menumbuhkan Pusat-Pusat Ekonomi Baru.

Ayo kirimkan ide dan gagasanmu ke IDF dan raih kesempatan berkolaborasi dengan pakar pembangunan dari dalam dan luar negeri!