Industri Tekstil, Indonesia Berpeluang Jadi Kiblat Fesyen Dunia
May 04, 2020Pemerintah Indonesia optimistis produk fesyen tanah air bisa bersaing pasar internasional. Hal ini tak terlepas dari struktur industri tekstil dan produk tekstil di dalam negeri yang telah terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir.
“Pemerintah menargetkan Indonesia sebagai salah satu pusat fesyen dunia. Kita ingin menjadi kiblat busana muslim di dunia pada tahun 2020,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenperin.
Berdasarkan laporan The State Global Islamic Economy, konsumsi fesyen muslim dunia saat ini mencapai USD 270 miliar atau setara Rp 3.830 triliun. Lembaga ini juga membuat proyeksi konsumsi busana muslim akan bertumbuh 5 persen setiap tahun. Dengan demikian, konsumsi busana muslim di dunia diperkirakan mencapai USD 361 miliar di tahun 2023.
Di Indonesia sendiri, konsumsi fesyen muslim mencapai USD 20 miliar dengan pertumbuhan industri yang meningkat 18 persen per tahun. Ini tentunya menjadi pasar yang potensial bagi industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.
Melihat potensi ini, Gati mengatakan Kemenperin terus mendorong generasi muda untuk tak ragu masuk dalam industri kreatif khususnya bidang kriya dan fesyen. Musababnya, industri kreatif masih didominasi usia 30-59 tahun sehingga butuh regenerasi pengusaha kreatif.
Sebagai informasi, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mencatat kinerja gemilang sepanjang tahun 2019 dengan pertumbuhan sebesar 15,35 persen. Sektor ini menghasilkan nilai ekspor USD 12,9 miliar pada tahun lalu. Karena padat karya, industri tekstil dan pakaian jadi mampu menyerap 3,73 juta orang pekerja. Bahkan, Indonesia masuk 8 besar pengekspor tekstil terbesar di dunia saat ini.
“Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan pakaian merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti yang diungkap melalui laman resmi Kementerian Perindustrian.
Untuk menggenjot daya saing industri tekstil dan produk tekstil, pemerintah memudahkan ketersedian bahan baku dan pasokan energi. Langkah lain berupa mendorong akses perluasan pasar serta restrukturisasi mesin dan peralatan. Selain itu, pemerintah tengah menyelesaikan aturan perlindungan seperti penerapan bea masuk pada produk tekstil yang berasal dari luar negeri.
Namun, industri tekstil dan produk tekstil kini tengah menghadapi tantangan global yaitu virus corona atau covid-19. Dampak dari physical distancing membuat permintaan produk tekstil dan fesyen menurun. Permintaan tekstil yang menurun berdampak pada gangguan arus kas (cash flow) perusahaan serta berkurangnya tingkat utilisasi industri. Sebanyak 1,5 juta pekerja industri terpaksa dirumahkan.
“Sektor tekstil merupakan salah satu industri yang mengalami dampak terburuk akibat virus corona,” kata Menteri Agus seperti diungkapkan lewat konferensi video, Selasa, 21 April 2020.
Artinya, industri tekstil dan produk tekstil membutuhkan iklim usaha nasional dan global yang kondusif serta jaringan pemasaran yang baik agar tetap bisa bersaing di pasar dalam negeri dan global. Pemerintah Indonesia tentunya membutuhkan peran aktor pembangunan lain seperti pelaku industri, akademisi, untuk menyumbang ide dan solusi agar meningkatkan daya saing industri tekstil dan produk tekstil sebagai subsektor industri unggulan.
Indonesia Development Forum menjadi salah satu wadah bagai seluruh pemerhati pembangunan untuk bergabung dan berkolaborasi mewujudkan masa depan industri tanah air. Konferensi internasional yang digelar oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejak 2017 ini akan mengambil tema besar Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation.
Tema besar IDF 2020 kemudian diturunkan menjadi lima subtema. Salah satunya ialah ""Meningkatkan Daya Saing Subsektor Industri Unggulan. Solusi yang diharapkan untuk menjawab subtema ini terkait praktik terbaik untuk membangun subsektor industri unggulan dan strategi mendorong pertumbuhan industri padat karya di tengah persaingan global.
Solusi sebaiknya juga memperhatikan peta kekuatan dan tantangan subsektor industri unggulan Indonesia dalam kompetisi global. Peran sumber daya industri dalam meningkatkan produktivitas dan penciptaan ekspor produk industri berteknologi tinggi. Pembelajaran dari negara lain agar subsektor unggulan bisa bergabung dalam Global Production Network. Akselerasi hilirisasi dan strategi mendorong inovasi industri untuk meningkatkan daya saing juga bisa disampaikan di IDF 2020.
Apakah kamu punya solusi menarik agar industri dan produk tekstil bisa bersaing di pasar global? Ayo kirimkan karyamu ke Indonesia Development Forum.**
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum