Best Paper IDF 2019: Kolaborasi Seusai Konferensi

March 02, 2020

Peraih Best Paper di IDF 2019, Dyah Pritadrajati

Peraih Best Paper di Indonesia Development Forum (IDF) 2019 Dyah Pritadrajati mengenang IDF tahun lalu sebagai acara yang seru dan menarik. Prita mengatakan konferensi internasional tersebut dikemas dengan cara kekinian dan populer sehingga tak membosankan. IDF 2019 mempunyai sesi parallel yang interaktif dan semua hasil diskusi disimpulkan dengan grafis yang menarik. 

“Acara IDF benar-benar menarik, seru, bisa menggandeng berbagai pihak seperti NGO, aktivis, peneliti, bahkan dari seniman lewat art dan performance. Bagus sekali!” kata Prita saat dihubungi akhir Februari 2020. 

Di IDF 2019, Prita menyampaikan paparan yang berjudul “From School to Work: Does Vocational Education Improve Labour Market Outcomes? An Emprical Analysis of Indonesia”. Makalahnya menjelaskan bahwa perempuan lulusan sekolah vokasi mendapat outcomes yang lebih tinggi ketimbang mereka yang bersekolah umum. Sementara keberhasilan lulusan laki-laki tidak ditentukan dari vokasi atau umum melainkan sekolah negeri atau swasta.

Berkat makalah  dan IDF 2019 pula, Prita diundang dan mempresentasikan temuan penelitiannya di Indonesian Council Open Conference (ICOC) 2019 yang digelar oleh Australia National University pada November lalu. Penyelanggara konferensi ini ialah The Indonesia Council yang merupakan asosiasi profesional untuk para peneliti tentang Indonesia yang ada di Australia. 

Di sana, Prita juga mendapatkan informasi mengenai topik-topik terkait kehidupan akademik mahasiswa pascasarjana termasuk dalam hal penyusunan dan penerbitan hasil penelitian, cara mendapatkan manfaat maksimal dari suatu konferensi, hingga jalur karier seusai meraih gelar doktoral. Akomodasi dan keterlibatan Prita di ICOC 2019 didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Knowledge Sector Initiative. 

"Hal yang paling berkesan bagi saya adalah keberagamannya yang luas tak hanya terkait topik diskusi panel tetapi juga peserta yang menghadirinya," ujar Prita. 

Selain itu, kolaborasi yang Prita jalin seusai IDF ialah dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).  Meski dengan topik lain, penelitian Prita tetap fokus pada modal manusia. 

“Dengan ERIA, saya berkolaborasi dengan 10 peneliti dari berbagai negara dan kami semua membahas human capital dari berbagai sisi. Nah, saya membahas dari minimum wage (upah minimum),” kata lulusan University of Oxford yang sekarang bekerja di Kantor Staf Kepresidenan ini. 

Berdasarkan pengalaman Prita, IDF mempertemukannya dengan pakar-pakar pembangunan dan peserta yang mempunyai ketertarikan di bidang ekonomi pembangunan seperti dirinya. Di forum yang diinisiasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ini, Prita bisa menyampaikan hasil penelitian dan solusi pembangunan langsung kepada para pengambil kebijakan.

"Selain itu, saya juga mendapatkan masukan untuk pengembangan penelitian saya agar dapat menjawab tantangan pembangunan di Indonesia," tutur Prita.

Di IDF 2020, Prita memprediksi bakal banyak anak-anak muda seperti dirinya yang akan memberi solusi pembangunan.  Karena itulah, dia menyarankan bagi para pengirim Call for Submission untuk menulis penelitian atau praktik baik yang tepat sasaran sesuai tema. 

“Semua riset sebenarnya dibuat untuk menyelesaikan masalah. Tapi ada masalah prioritas dan yang bukan. Kalau mau dilirik oleh pengambil kebijakan, ambilah isu-isu yang saat ini menjadi prioritas pemerintah,” kata Prita memaparkan kiatnya hingga menjadi peraih Best Paper di IDF 2019. 

IDF sendiri merupakan konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Bappenas setiap tahun sejak 2017. IDF menyediakan wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan. Melalui berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia.

IDF 2020 mengambil tema tentang ‘Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation'. Tema besar ini menantang para aktor pembangunan untuk memberikan pemikiran dengan lima subtema: Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi; Meningkatkan Daya Saing Subsektor Industri Unggulan, Strategi Jitu Peningkatan Produktivitas; Strategi Mendorong Industru Mikro dan Kecil Naik Kelas; Rekayasa Aktivitas Industri untuk Menumbuhkan Pusat-Pusat Ekonomi Baru.

Pengirim solusi-solusi baik seputar tema tersebut akan diberi kesempatan presentasi di panggung IDF dan disaksikan oleh aktor pembangunan dari dalam dan luar negeri. Kalau kamu punya solusi terbaik untuk mewujudkan industri maju dan reindustrialisasi demi masa depan ekonomi Indonesia, segera kirimkan ke IDF 2020 sebelum tanggal 17 April 2020!**