Pembicara Terpilih IDF 2019: Franseco Hugo Usulkan Konsep Zona Produksi Pangan
October 07, 2019“Pertanian perlu dibuat terencana agar produksi cukup untuk konsumsi, dan itu bisa diatur melalui sistem zona produksi,” kata Pembicara Terpilih IDF 2019, Franseco Hugo.
Dalam paparannya berjudul “Zona Produksi (NaSi)”, Hugo menjelaskan perencanaan penyediaan pangan dilakukan berbasis pengembangan wilayah-wilayah yang memproduksi bahan dasar pangan seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan darat, serta laut. Dari Aceh hingga Papua disusun daftar wilayah-wilayah produksi pertanian.
“NaSi merupakan kawasan pertanian setingkat kecamatan kabupaten yang luasnya ditentukan sesuai dengan kondisi nyata keberadaan produsen-produsen pangan dalam setiap kawasan,” kata anggota di Asosiasi Antropologi Indonesia ini.
Hugo merupakan lulusan Antropologi Universitas Padjadjaran yang sempat menjabat sebagai Tenaga Ahli Sosial Budaya di Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Saat bekerja di Kemen PUPR itulah gagasan tentang NaSi lahir. Ketika itu Hugo menangani perwilayahan yang membagi Indonesia menjadi beberapa zona Wilayah Pengembangan Startegis (WPS), termasuk wilayah pulau terluar.
“Saya mencoba mengikuti contoh itu, tapi di sini lebih fokus pada pertanian,” tuturnya.
Untuk tahap awal zona produksi pertanian, bisa difokuskan pada kebutuhan pangan pokok.
Perlu Pemetaan yang Kuat
NaSi akan diklasifikasikan berdasarkan kondisi khas bentang alam serta potensi kawasan. Dalam hal ini, perlu dibentuk tim survei dan penelitian yang akan merangkum jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam beserta jumlah penduduk berikut karakteristiknya di tiap daerah. Tim ini lalu mengumpulkan data jumlah penduduk yang membutuhkan hasil produksi dari NaSi. Sehingga kekurangan hasil produksi di setiap daerah akan ditutup oleh kelebihan dari daerah yang lain
“Di sinilah pentingnya identifikasi dan pemetaan yang kuat. Nanti setiap kawasan NaSi bisa berbentuk badan dan memiliki aplikasi yang terkoneksi dengan NaSi di seluruh Indonesia,” katanya lagi.
Data-data akan direkam di aplikasi dan komunikasi juga bisa dilakukan dalam platform yang sama. Hasil selisih tiap daerah akan dicatat dan direncanakan untuk dilengkapi dari daerah lainnya.
“Misalnya di NaSi 1 kekurangan sagu dan NaSi 30 kelebihan sagu, maka NaSi 30 bisa bisa kirim sagu ke NaSi 1. Mengambilnya dari kawasan NaSi terdekat agar biaya logistiknya murah,” terang Hugo.
Jika ada sisa dari produksi yang tidak disalurkan ke NaSi lain, baru produk itu dijual ke pasar bebas, dari pasar-pasar hingga ke restoran atau Kantin Sehat. Kantin Sehat ini bertugas mempromosikan dan memberikan usaha preventif kesehatan dalam hal penyediaan pangan murah yang sesuai dengan standar kesehatan.
“Tujuan utama NaSi memang untuk memenuhi konsumsi, dan harapannya dengan pemetaan dan terdata dengan baik, maka akan ketahuan apakah perlu menaikkan produksi untuk memenuhi konsumsi. Dalam jangka panjang, ini juga akan mengurangi impor,” lanjut Hugo.
Menurut Hugo, NaSi kelak akan mampu memenuhi kebutuhan dasar pangan masyarakat Indonesia terhadap makanan yang sehat dan bergizi.
Mendorong Peluang Kerja
Bagaimana NaSi bisa mendorong keterampilan dan peluang kerja? Dengan pendataan yang baik, di perdesaan NaSi akan didorong penyediaan lahan baru dan peralatan pertanian untuk mendukung produksi bahan pangan dasar. Lahan ini akan dikelola oleh pekerja muda yang direkrut dari setiap kecamatan/kelurahan dan telah dilatih.
“Di perkotaan, NaSi akan mengembangkan urban farming berjenis pertanian vertikal atau pertanian dalam ruangan, dengan jenis tanaman sayuran serta obat-obatan,” tambahnya.
Di perkotaan NaSi bisa dikelola oleh pekerja muda yang direkrut dari setiap kecamatan-kelurahan dengan diberikan pelatihan. Pekerja NaSi baik di desa maupun kota akan diupah di atas UMR yang berlaku lengkap dengan asuransi kesehatan, jatah bahan makanan sehari-hari, dan apartemen pekerja. Pekerja akan diorganisasi melalui serikat pekerja pada setiap NaSi di setiap daerah masing-masing.
Hugo menampilkan Konsep NaSi pada sesi Ideas and Innovations, Marketplace Co-Creating and Collaborating, pada 22 Juli 2019. Paparan Hugo ini menjabarkan Sub tema-3: Menciptakan Peluang Kerja yang Inklusif yang menjadi bagian dari tema besar IDF 2019, “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”.
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum