Pasca-Brexit, Kemendag Pacu Ekspor Produk Kopi, Teh, dan Kakao
March 04, 2021JAKARTA - Di tengah kondisi pasca-Brexit dan pandemi Covid-19 ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berharap para pelaku usaha produk kopi, teh, dan kakao Indonesia memanfaatkan peluang ekspor ke Inggris, mengingat ketiga jenis produk ini tren konsumsinya tetap menunjukkan peningkatan di masa pandemi.
Pada 2020, tercatat total perdagangan Indonesia-Inggris mencapai USD 2,23 miliar dengan rincian ekspor Indonesia ke Inggris sebesar USD 1,28 miliar, sedangkan impor Indonesia dari Inggris sebesar USD 956,39 juta. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia terhadap Inggris surplus sebesar USD 327 juta.
Selama ini, komoditas ekspor utama Indonesia ke Inggris di antaranya produk sepatu, produk kayu, tekstil dan produk tekstil, minyak sawit, kopi, sepeda, serta ban dan kertas. Sedangkan, produk impor dari Inggris antara lain obat, ferrous scrap, bagian-bagian mesin, bagian elektronik untuk telepon, otomotif, dan mesin pengolah data.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan mengatakan di samping peluang yang besar untuk mengekspor kopi, teh, dan kakao, Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan. “Selain hambatan tarif, beberapa hambatan nontarif yang juga perlu diperhatikan di antaranya isu berkelanjutan (sustainability), lingkungan, serta story telling atau filosofi dari produk yang dipasarkan,” terang Kasan dalam pertemuan bisnis virtual dengan tema ‘Post Brexit: Strategi Peningkatan Ekspor Produk Kopi, Teh dan Kakao ke Inggris’ pada Kamis (18/2).
Kasan menambahkan, secara umum, tantangan untuk ketiga produk tersebut yaitu belum maksimalnya inovasi serta ketatnya persyaratan keamanan pangan (food safety), kontaminan makanan (food contaminants), serta pelabelan dan pengemasan (labeling and packaging).
Masing-masing produk memiliki hambatan tersendiri. Di antaranya, hambatan untuk produk kopi berupa permintaan sertifikasi perdagangan yang adil (fair trade), berkelanjutan, sistem ketelusuran (traceability), dan organik. Untuk produk teh, hambatannya adalah kandungan kadar antraquinone daun teh melampaui ambang batas 0,02 mg per kilogram. Sementara, hambatan untuk kakao adalah kandungan kadar C admium masih melampaui ambang batas 0,5 ppm.
Selain itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris Desra Percaya mengatakan Brexit menjadi salah satu tantangan selain pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai. “Tantangan ini harus dipandang sebagai peluang dan setiap transisi serta perubahan harus dikawal secara dekat, dikelola, dan dimanfaatkan bagi kepentingan nasional,” imbuh Desra.
Desra menambahkan, Inggris saat ini berencana menerapkan aturan due diligence untuk tujuh komoditas kunci (kedelai, minyak kelapa sawit, kayu, pulp dan kertas, daging dan kulit sapi, karet, serta kakao) guna memastikan rantai pasokan komoditas tersebut tidak berkontribusi pada deforestasi.
“Untuk itu sinergi pemerintah dan pelaku usaha sangat penting untuk bekerja sama agar ekspor komoditas unggulan Indonesia, seperti kopi dan kakao, tidak terhambat aturan due diligence maupun hambatan non tarif lainnya,” imbuh Desra.
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemendag Olvy Andrianita menjelaskan, Kemendag akan terus mendukung para pelaku usaha produk kopi, teh, dan kakao dengan memaksimalkan potensi pasar di Inggris Raya. “Salah satu bentuknya dengan bantuan sertifikasi terkait yang diperlukan para pelaku usaha,” jelas Olvy.
Kamu mempunyai inovasi baru untuk pembangunan Indonesia? Kirimkan ide menarikmu melalui media sosial Indonesia Development Forum agar menjadi rekomendasi untuk kebijakan publik.
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum