• Richard A. Dasales
    Richard A. Dasales
    Anggota Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Provinsi.NTT yang berperan aktif pada pelaksanaan program sanitasi di NTT yang lebih inklusif

Mengikutsertakan komunitas marginal untuk pembangunan sanitasi yang benar – benar universal

June 11, 2018
Mengikutsertakan komunitas marginal untuk pembangunan sanitasi yang benar – benar universal

Sumber: Yayasan Plan International Indonesia

Akses terhadap sanitasi yang layak bukan saja merupakan hak semua manusia, tetapi juga sangat penting untuk kelangsungan hidup, dan dignity/martabat seseorang. Kelompok marginal, terutama penyandang disabilitas dalam banyak konteks tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, kegiatan dan peluang untuk mempengaruhi proses pembangunan sanitasi.

Pentingnya sanitasi yang inklusif

Sebagai negara dengan jumlah pelaku Buang Air Besar Sembarangan terbesar ke dua di Dunia, urusan sanitasi bukanlah hal sepele. Pemerintah Indonesia menjadikan hal ini sebagai urusan penting yang dinyatakan dalam target Universal Access 2019. Masalah sanitasi ini ini diserbu oleh Kementrian PU melalui program (Sanitasi Berbasis Masyarakat) SANIMAS dan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) serta Kementrian Kesehatan melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dari segi presentasi, program – program ini berhasil. Sejak tahun 2014, akses sanitasi telah meningkat dari 52.43% menjadi 68.11% di akhir 2017, dan di NTT sendiri, akses sanitasi meningkat sebesar 19.41% menurut website STBM yang menggunakan data sensus (http://stbm-indonesia.org). 

Tetapi apakah kita benar – benar sedang melangkah menuju universal akases seperti mandat RPJMN yang diturunkan dari cita – cita SDGs? Apakah kita sedang bekerja untuk menjamin sanitasi untuk semua? Saya rasa, PR kita masih banyak. Jika kita benar – benar ingin mengejar universal access, kita harus memikirkan sanitasi yang inklusif. Sanitasi inklusif  bukan hanya milik orang kaya, bukan hanya dapat diakses oleh orang yang mampu baik secara fisik, tetapi sudah saatnya kita memikirkan akses sanitasi bagi saudara – saudara kita dari kelompok marginal dan yang berkebutuhan khusus. Tujuannya agar kita tidak mengulangi kesalahan MDGs yang hanya mengejar target pencapaian akses tanpa meperhatikan akses bagi semua.

Mengapa sanitasi yang universal atau inklusif itu penting? Pertama - tama, karena sanitasi yang inklusif itu sudah merupakan mandat RPJMN dan cita – cita SDGs tujuan ke 6. Kemudian, menurut hasil Laporan Program STBM dari PLAN International Indonesia, program sanitasi yang inklusif dapat meningkatkan rasa percaya diri kelompok marginal dalam berkontribusi secara positif dalam masyarakat, bahkan untuk dapat terlibat dalam kepemimpinan. Selain itu, program sanitasi yang inklusif juga dapat secara positif memengaruhi sikap publik terhadap penyandang disabilitas. Ditambah lagi, program sanitasi yang inklusif juga membawa keuntungan bagi kelompok perempuan yang sering juga termarginalkan dalam perencanaan pembangunan yang memperikan pengaruh positif terhadap kesetaraan gender. 

Apa yang telah dilaksanakan di NTT untuk mengusahakan sanitasi yang lebih inklusif?

Pelaksanaan program sanitasi yang lebih inklusif di NTT diawali oleh pelaksanaan program STBM yang lebih inklusif di sejak tahun 2014 dengan dukungan PLAN International Indonesia. Upaya pelaksanaan sanitasi yang lebih inklusif ini dimulai dari memicu untuk perubahan perilaku di tingkat masyarakat dengan adanya diskusi tambahan khusus dengan kelompok marginal untuk memperolah informasi yang lebih dari mereka mengenai keluhan dan kebutuhan mereka, selain itu mereka juga diikut sertakan dalam kegiatan - kegiatan di masyarakat jika memungkinkan. Dalam menjamin supply, diadakan pula pelatihan wirausaha sanitasi dengan desain khusus untuk penyandang disabilitas. Dan untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan program sanitasi yang inklusif, adanya peraturan sanitasi inklusi dalam bentuk Roadmap STBM, bukan hanya di Kabupaten, tetapi juga di tingkat provinsi.

Saat pelaksanaan sanitasi di tingkat rumah tangga di desa sudah inklusif melalui STBM, bagaimana dengan pelaksanaan sanitasi di perkotaan? Bekerjasama dengan Satuan Kerja Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) NTT melalui program PPSP, disepakati agar review penyusunan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) tahun ini mengikutsertakan unsur kesetaraan gender dan inklusi sebagai bahan review kualitas dokumen SSK. Dengan demikian, di akhir tahun 2018, akan ada 4 Kabupaten di NTT yang SSKnya sudah lebih inklusif.

Akses terhadap sanitasi itu menyangkut diginity/martabat. Saat merancang program yang tidak universal atau tidak inklusif, kita sedang merebut dignity/martabat dari kelompok marginal. Ketika di daerah sudah bergerak ke arah pelaksanaan sanitasi yang lebih inklusif, sudah saatnya pemerintah pusat bergerak ke arah yang sama. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar PERMENKES No 3 tahun 2014 tentang STBM di revisi sehingga tahapan pelaksanaan STBM dapat menjadi lebih inklusif untuk menjamin akses sanitasi bagi semua. Begitu pula dengan panduan SSK dalam PPSP, perlu direvisi agar unsur inklusi dan kesetaraan gender dapat menjadi perhatian.


Comment
  • Generic placeholder image
    Richardo Alpha Dasales - 11 Jun 2018 21:18
    Saya merasa, keterlibatan kelompok marginal sangat penting untuk menjamin pembangunan yang inklusif
  • Generic placeholder image
    Richardo Alpha Dasales - 11 Jun 2018 21:22
    Sanitasi yang inklusif ini merupakan hal yang perlu diperhatikan bersama
  • Generic placeholder image
    Silvia Landa - 11 Jun 2018 21:24
    Terima kaish sudah menuliskan hal ini Pak Richard, harapannya semua unsur dapat ikut memperhatikan pentingnya pembangunan sanitasi yang inklusif
  • Generic placeholder image
    Destrini Anjani - 11 Jun 2018 21:37
    Sangat setuju, kelompok marginal harus diikutsertakan dalam pembangunan agar tidak ada ketimpangan
  • Generic placeholder image
    Destrini Anjani - 11 Jun 2018 21:48
    Sangat setuju, kelompok marginal sangat penting untuk diperhatikan
  • Generic placeholder image
    Opini Sumba - 11 Jun 2018 22:03
    Informasi yang berguna. semoga membawa perubahan
  • Generic placeholder image
    Maria bonlay - 11 Jun 2018 22:17
    Sangat setuju... kelompok Marginal tidak boleh terlupakan
  • Generic placeholder image
    Richardo Alpha Dasales - 12 Jun 2018 6:49
    Terima kasih atas dukungannya.
  • Generic placeholder image
    Charles Bria - 12 Jun 2018 11:31
    Ulasannya sangat menarik, perencanaan Air dan sanitasi yang responsif gender dan disabilitas. Prinsipnya dibutuhkan sebuah sistem perencaan yang terintegrasi sehinggu isu ini bisa menjadi sebuah nilai baru didalam beberapa dokumen perencaanaan Air dan Sanitasinyang sudah ada saat ini. Selain itu perlu ada kesepahaman bersama diantara semua pelaku sanitasi tentang sistem perencanaan saat ini. Saya pikir kita semua bisa. Terimakasih
  • Generic placeholder image
    Giorgio Babo Moggi - 12 Jun 2018 12:42
    Melibatkan atau tidak kekompok marginal bukan soal atau masalah. Yang menjadi soal perencanaan itu memenuhi atau menjawab kebutuhan kaum marginal atau tidak. Karena kehadiran pemerintah untuk seluruh masyarakat termasuk kelompok marginal yang dimaksudkan. Tapi, jika menginginkan perencanaan yang partisipatif, alangkah baik kelompok marginal dilibatkan supaya semua stakeholder dan pemangku kepentingan mendengar langsung aspirasi kelompok yang terpinggirkan. Ingat, semua manusia akan mengalami fase "berkebutuhan khusus"; menjadi tua, cacat karena kecelakaan, dan sebagainya. Jadi, saya simpulkan dari tulisan di atas, "bukan tentang penyandang disabilitas tapi tentang kita".
  • Generic placeholder image
    Thomas Debrianus Malua - 12 Jun 2018 18:08
    Terimakasih Untuk Ilmu-nya Pak Ricardo
  • Generic placeholder image
    Josita Heldy Dethan - 13 Jun 2018 8:54
    Trmksh pak Richard, ulasannya sangat menarik,, Dengan melibatkan kaum marginal dalam hal ini kaum disabilitas dalam hal pembangunan sanitasi sangatlah baik, seperti yang kita ketahui bersama, stigma bahwa kaum disabilitas tidak bisa berperan dalam proses pembangunan adalah hal yang paling sering dirasakan oleh kaum disabilitas. Sangat diharapkan dengan keterbatasan mereka dan didukung oleh pemerintah dan semua lingkup yang terkait, kaum disable dapat turut serta dalam pembangunan dan menikmati hasilnya.
  • Success!
    Failed!
--> -->