• Veni Ayu Kartika Sari
    Veni Ayu Kartika Sari
    Saya merupakan mahasiswa Jurusan Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang sedang concern dan tertarik dengan sustainable development goals. Seminar Hunter :)))

Pengembangan Kawasan Perbatasan Berbasis Spasial

May 19, 2018
Pengembangan Kawasan Perbatasan Berbasis Spasial

Pengembangan Kawasan Perbatasan Berbasis Spasial

Indonesia merupakan salah satu negara terbuka yang berbatasan langsung dengan laut pasifik dan samudera hindia. Melihat potensi Indonesia yang begitu luar biasa utamanya terkait konektivitas menuju luar Indonesia, perlu adanya fokus pembangunan pada daerah terdepan Indonesia atau sering disebut dengan kawasan perbatasan. Menurut sumber dari www.faktadaerah.com menyebutkan bahwasannya kawasan perbatasan di Indonesia sejumlah 44 yang tersebar dari timur hingga ke barat Indonesia. Secara geografis, Indonesia terletak diapit oleh dua benua dan dua samudera. Potensi lokasi geografis Indonesia tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan jalur perdagangan paling potensial.

Kembali pada konsep pengembangan kawasan perbatasan Indonesia, untuk membangun kawasan perbatasan, diperlukan pemahaman terlebih dahulu terkait karakteristik kawasan perbatasan itu sendiri. Karakteristik kawasan perbatasan menurut ( Luthfi, 2014 dalam buku Pengembangan Kawasan Perbatasan ) menjelaskan bahwasannya pembangunan kawasan perbatasan dapat dimulai dengan mengenali terlebih dahulu potensi dan masalah yang dilihat dari karakteriristik serta tipologi kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan kawasan lainnya. Kawasan perbatasan memiliki pengaruh terhadap barang yang keluar dan masuk ke Indonesia. Kawasan perbatasan juga erat kaitannya dengan hubungan antar negara. Kawasan perbatasan juga tidak dapat dilepaskan dari peran kawasan perbatasan sebagai garda terdepan atau pintu masuk ke negara Indonesia yang menunjukkan identitas dari Negara Indonesia.

Tipologi Kawasan perbatasan merupakan cara yang tepat dalam membangun daerah terluar Indonesia. Tipologi pembangunan Kawasan perbatasan dilakukan dengan mengelompokkan Kawasan perbatasan yang dianggap memiliki kesamaan karakteristik baik secara fisik maupun karateristik sosial. Adanya tipologi Kawasan perbatasan dengan membangun Kawasan perbatasan berdasarkan ciri fisik dan sosial yang sama diharapkan mampu menjadi penyelesaian dalam mengatasi kesenjangan yang ada di Indoensia.

Penerapan keilmuan pembangunan wilayah dalam pengembangan Kawasan perbatasan dapat dilihat dari segi spasial atau keruangannya. Melihat secara keruangan potensi pertumbuhan kawasan perbatasan harusnya jauh lebih baik dibandingkan inland yang ada di Indoensia.  Memiliki koneksi langsung terhadap laut dan negara tetangga menjadi kesempatan emas bagi kawasan perbatasan dalam pengembangan wilayahnya. Secara keruangan, konsep atau model pembangunan yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan Kawasan perbatasan adalah dengan menerapkan teori spread share atau trickle down effect dengan membangun pusat – pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan. Konsep membangun pusat pertumbuhan baru di kawasan perbatasan disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing kawasan perbatasan itu sendiri. Melakukan analisis swot untuk penentuan potensi dan masalah dari setiap kawasan perbatasan agar dapat diketahui strategi pembangunan seperti apa yang paling tepat dilakukan. Adapun pusat pertumbuhan yang dimaksud adalah pusat dari pengolahan barang yang keluar dan masuk di kawasan perbatasan. Diasumsikan bahwa pusat pertumbuhan akan hadir apabila terdapat kawasan industri di kawasan perbatasan yang menciptakan aglomerasi-aglomerasi pada pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan juga dimaksudkan sebagai pusat keberadaan fasilitas pelayanan serta pusat administratif yang dapat memberikan dorongan pertumbuhan ke daerah disekitarnya.

Sebagai penguat efek pembangunan tersebar (spread share) dan efek pembangunan mentes kebawah (trickle down effect) diperlukan beberapa implementasi diantaranya :

  1. Membangun konektivitas antar wilayah sebagai pendukung mobilitas pertumbuhan kawasan perbatasan yang disesuaikan dengan kondisi geografis (topografi, morfologitanah, dll) antar wilayah agar pelaksanaan pembangunan tidak merusak lingkungan.
  2. Memperbanyak fasilitas pendukung seperti kantor pemerintahan maupun layanan sosial baik dibidang ekonomi seperti bank atau dibidang pendidikan seperti sekolah dan dibidang kesehatan seperti rumah sakit.
  3. Memperbaiki dan menambah keberadaan infrastruktur dasar seperti jalan yang mampu meningkatkan comparative advantage, marketability dan sustainability.
  4. Mengidentifikasi kesesuaian antara supply dan demand dari masyarakat di kawasan perbatasan dan masyarakat Indonesia maupun dari negara tetangga.
  5. Mengidentifikasi ekonomi basis yang paling tepat untuk dikembangkan, komoditas mana yang paling berpeluang untuk diolah dan dikembangkan.

Model integrasi spasial yang dikuatkan dalam pengembangan kawasan perbatasan berpedoman pada konsep yang dimunculkan oleh Rondinelli (1983) yaitu dengan mengintegrasikan antara desa dan kota. Melihat potensi dari desa yang secara umum merupakan fasilitator dan kota yang memiliki peran dalam pengolahan dan pemasaran, hubungan antara desa dan kota haruslah merupakan hubungan simbiosis mutualisme yang artinya saling menguntungkan agar tidak ada kesenjangan yang tebentuk. Keterkaitan antara desa dan kota atau keterkaitan antar wilayah dapat dilihat secara fisik, ekonomi, mobilitas penduduk, teknologi, pelayanan jasa dan politik serta organisasi administrasi.

Keterkaitan fisik, umumnya melihat pada ketergantungan antar wilayah, yaitu ketergantungan yang dibentuk oleh desa dan kota dimana desa sebagai penyedia bahan baku dan kota sebagai pusat pertumbuhan. Keterkaitan ekonomi dengan mengaitkan hubungan perdagangan, pola pemasaran, arus perputaran uang dan barang serta pola konsumsi dan pyokesi kebutuhan di masa yang akan datang. Keterkaitan mobilitas penduduk, dapat dikaitkan dengan pola pergerakan penduduk. Katerkaitan teknologi berkaitan dengan penyaluran informasi dan komunikasi. Keterkaitan pelayanan jasa berkaitan dengan keberadaan layanan fasilitas baik sosial, kesehatan maupun ekonomi. Keterkaitan politik, administrasi dan organisasi berkaitan erat dengan proses perumusan kebijakan serta hubungan politik anatr wilayah dan aliran pendanaan pemerintah.

Pengembangan kawasan perbatasan berbasis spasial perlu memperhatikan pola ruang kawasan perbatasan dan struktur ruang kawasan perbatasan. Pengembangan kawasan perbatasan berbasi spasial perlu memperhatikan pembagian peruntukkan ruang utamanya dalam menghilangkan kesenjangan perkembangan antar wilayah. Penentuan struktur ruang di kawasan perbatasan haruslah didasarkan pada hubungan fungsional antar wilayah baik hubungan daerah tingkat satu dan daerah tingkat dua didalam kesatuan negara Indonesia, serta hubungan fungsional dengan negara tetangga. Pengembangan kawasan perbatasan berbasis spasial merupakan kunci dalam mengatasi kesenjangan yang terjadi di daerah terdepan Indonesia atau di kawasan perbatasan.

 

Sumber : Muta'ali Luthfi. 2014. Pengembangan Kawasan Perbatasan. Badan Penerbit Fakultas Geografi. UGM : Yogyakarta

www.faktadaerah.com 


Komentar
  • Generic placeholder image
    Fredy - 21 May 2018 6:45
    Pengembangan Kawasan Perbatasan Berbasis Spasial, konsep ini sangat baik dan memberikan dampak yang signfikan, namun banyak yang terjadi adalah ketidakkositesian pemerintah daerah dalam hal ini BAPPEDA, menghadirkan sebuah perencanaan yang matang, namun tidak sesuai pada saat pelaksanaan. Sehingga memang terjadi sebuah ketimpangan antara perencanaan dan pelaksanaan. Mari bersama menguatkan para pemangku kebijakan untuk merencanakan dengan baik serta menegaskan dalam prosesnya. Salam.
  • Success!
    Failed!
--> -->