Pembicara Terpilih IDF 2019: Endra Sulistyono Ajak Manfaatkan YouTube untuk Pamer Skill Siswa SMK 

08 Oktober 2019

Endra Sulistyono

Pembicara Terpilih IDF 2019, Endra Sulistyono, mengajak sekolah memanfaatkan platform YouTube sebagai ruang untuk mempromosikan keterampilan anak-anak SMK. Lewat paparan berjudul “Pemanfaatan YouTube bagi Lulusan SMK” di Indonesia Development Forum (IDF) 2019,  Endra menuturkan keterampilan atau skill anak-anak SMK cenderung belum diketahui publik secara luas.

“Dengan platform seperti YouTube, keterampilan yang telah dimiliki oleh lulusan SMK seperti memperbaiki mesin kendaraan bermotor yang rusak atau sajian menu makanan ekonomis dan bergizi, tata busana atau desain baju, programming komputer bisa diumumkan ke publik,” kata Endra.

Endra bekerja sebagai Analis di Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.  Lulusan Program Studi Pembangunan Universitas Trisakti ini, aktif menulis artikel opini mengenai isu-isu ekonomi pembangunan di media massa nasional. Ia kini tengah mendalami peran "happiness" atau kebahagiaan dalam pembangunan ekonomi.

Di luar pekerjaannya sebagai analis, Endra sedang merintis wirausaha sosial dengan konsep Rumah Belajar Sampah yang menjadikan sampah plastik sebagai skema pembayaran dalam lembaga bimbingan belajar. Endra juga tengah menekuni hobi videografi.

Dari hobi videografi pula, penelitian Endra tentang pemanfaat platform Youtube siswa SMK bermula. Endra bersama sejumlah pehobi videografi awalnya kebingungan mencari obyek untuk karya mereka. Mereka lalu memutuskan untuk memotret hasil belajar anak-anak SMK yang dipersiapkan untuk dapat masuk ke dunia pekerjaan dengan lebih cepat dibandingkan lulusan SMA.

“Anak SMK sebetulnya telah dibekali dengan skill dan keterampilan teknis dan aplikatif. Saya melihat hasilnya banyak yang bagus-bagus dari anak-anak SMK, bermanfaat bagi masyarakat. Tapi kok, kayaknya belum banyak yang tahu persis keahlian mereka,” kata Endra.

Di sisi lain, Endra melihat YouTube sebagai salah satu platform digital yang digunakan untuk mencari hiburan dan informasi baru memiliki jumlah pengguna sangat besar. Dikutip dari Katadata, data SimilarWeb dan Visual Capitalist menempatkan situs Youtube.com berada pada posisi kedua dengan 24,31 miliar kunjungan per bulan. YouTube juga meluncurkan versi lokal d lebih dari 91 negara di dunia. Endra mengatakan,  di Indonesia, menjadi seorang YouTuber atau sebagai pembuat konten di YouTube sudah mulai diminati oleh masyarakat, khususnya generasi muda.

 

Menciptakan Link and Match lewat YouTube

Keterampilan siswa SMK yang belum terekspos dan keunggulan YouTube tersebut lantas melahirkan gagasan Endra. Dia ingin ambil bagian dalam mewujudkan proses link and match antara sektor  industri dan sektor pendidikan.

“Dan YouTube dalam hal ini, bisa jadi sarana yang murah untuk membantu proses link and match tersebut,” tambah Endra.

Endra lantas merinci manfaat penggunaan YouTube ini untuk memamerkan skill siswa SMK. Pertama, memudahkan kehidupan masyarakat dengan cara memberikan tutorial untuk menerapkan praktik bidang ilmu dari lulusan SMK.  Kedua, menjadi alternatif bagi lulusan SMK untuk mendapatkan penghasilan sebagai seorang youtubers. Ketiga, memperkenalkan kepada pihak penyedia pekerjaan bahwa lulusan SMK memiliki skill dan keterampilan yang memadai untuk masuk dan diserap dalam dunia pekerjaan.  Skema link and match yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan lulusan SMK kepada masyarakat dan pihak penyedia lapangan pekerjaan agar mempercepat mereka masuk ke dunia kerja.

 

Mendorong Pembuatan Konten Menarik dan Portal Nasional

Untuk mendukung gagasan pemanfaat YouTube, kata Endra, siswa perlu didorong untuk membuat konten YouTube.  Siswa diajari untuk membuat konten dan kemasan yang menarik melalui ekstrakulikuler wajib di sekolah.

“Mereka sebenarnya excited kok untuk membuat hal-hal baru. Banyak yang sudah bisa juga membuat konten YouTube,” tambahnya.

Pengenalan keterampilan membuat konten YouTube perlu dimulai sejak kelas pertama SMK.

“Sehingga waktu kelas dua atau kelas tiga sudah jago, dan ketika lulus sudah dikenal,” tambah Endra. 

Sementara itu, pemerintah pusat berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan pendidikan vokasi,  bisa membangun portal nasional.

“Pendekatannya mungkin dimulai dari per kota, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan bisa  bergerak untuk mempromosikan keahlian siswa-siswa di wilayahnya,” lanjut Endra.

Sekolah bisa mengirimkan konten ke portal yang telah dibangun. Dengan membangun portal yang terintegrasi ini, akan membuat  YouTube sebagai wadah  unjuk keahlian siswa SMK secara lebih resmi, terstruktur, dan kredibel.

“Nantinya jadi rujukan. Kalau mau cari asisten untuk perbaikan mesin,  bisa mencari di portal tersebut dengan melihat video yang menggambarkan praktik siswa melakukan pekerjaan itu,”  tutup Endra.

Melalui paper ini Endra menjabarkan tentang inovasi dalam perangkat pengajaran dan pembelajaran, termasuk menggunakan teknologi untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran yang lebih baik. Ini merupakan salah satu poin yang tercantum dalam Sub-tema 2 IDF 2019, Reformasi Sistem Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (TVET) untuk Pekerjaan Masa Depan.

Endra memaparkan karyanya dalam sesi Ideas and Innovations Marketplace Co-Creating and Collaborating pada 22 Juli 2019. Sesi tersebut menjadi bagian dari rangkaian penyelenggaraan IDF 2019, yang mengambil tema besar “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif.”

 

 

 


--> -->