Pembicara Terpilih IDF 2019: Hilda Arum Nurbayyanti Buka Akses Pasar Tetap Petani Organik Lewat Warung 1000Kebun

November 05, 2019

Hilda Arum Nurbayyanti dan Mentari Qorina Alwasilah.

Komunitas 1000Kebun mengembangkan marketplace melalui Warung 1000Kebun dan menciptakan platform sosial melalui acara offline dan online untuk para petani. Pembicara Terpilih IDF 2019, Hilda Arum Nurbayyanti memaparkan aktivitas Komunitas 1000Kebun dalam karya berjudul “Menciptakan Praktik Usaha Pertanian yang Adil dan Berkelanjutan melalui Model Usaha Sosial berbasis Komunitas: Kasus Praktik Baik Komunitas 1000Kebun, Bandung”.

“Dalam proses ini, petani maupun kelompok masyarakat lebih luas dapat saling berkolaborasi dan berbagi pengetahuan mengenai praktik pertanian organik yang inovatif,” kata Hilda, peneliti di AKATIGA, lembaga penelitian independen dan nonprofit.

Hilda merupakan lulusan Perencanaan Wilayah Kota Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tertarik dengan isu pembangunan berkelanjutan. Dalam penelitian tentang Warung 1000Kebun, Hilda berkolaborasi dengan Mentari Qorina Alwasilah yang juga lulusan ITB. Komunitas 1000Kebun yang diangkat dalam penelitian ini mengembangkan akses pasar dan sistem pertanian organik yang diyakini dapat berdampak pada keberlanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Dengan kata lain, Komunitas 1000Kebun juga menaruh perhatian besar pada pengembangan kapasitas para petani dan pengolah produk tani secara terus menerus agar dapat terus mengembangkan usaha taninya,” lanjut Hilda.

Selain itu, 1000K menonjolkan keunikan dengan berbasis komunitas yang mengandalkan jejaring di berbagai daerah. Kini, sekitar 500 orang telah tergabung dalam komunitas yang didirikan pada 2015 ini. Mereka terdiri dari para petani, pegiat lingkungan, ibu rumah tangga, akademisi, mahasiswa, dan lain-lain. Domisili anggota tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah terbesar di Jawa Barat sekitar 75 persen atau 350 anggota.

 

Menuai Hasil Lewat 1000Kebun

Tujuan Komunitas 1000Kebun diterjemahkan ke dalam beberapa program kegiatan, antara lain pasar sehat atau pasar hasil pertanian organik, diskusi online, wisata kebun, Ngeruk (Ngebun Seru Yuk), dan berbagai workshop serta seminar. Para penggerak aktif terdiri dari sekumpulan relawan lintas generasi yang mengawal kegiatan.

Hasilnya, setelah produknya terjual di warung, para pemasok yang merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) rata-rata mengalami peningkatan penjualan. “Contohnya pada UMKM ‘Kebun Belakang’ yang memproduksi minuman kefir. Semula penjualan dalam sebulan hanya terjual 3-4 botol menjadi 30-40 botol,” kata Hilda.

Menurut Hilda, kerjasama menjadi berkesan karena jejaring semakin luas dan membuka ruang kolaborasi. Rata-rata produk UMKM yang semula hanya menjangkau niche market, kini lebih mudah diakses oleh berbagai pihak. Hilda juga menemukan pengetahuan petani dan pelaku UMKM semakin bertambah.

“Saat mendistribusikan produk ke warung bisa bertemu dengan para pengunjung maupun sesama pemasok lainnya untuk berdiskusi, sekaligus berbelanja produk-produk sehat lainnya,” lanjut Hilda.

Para petani menilai diskusi-diskusi yang terus terjalin dalam grup komunitas mampu membentuk pasar tetap. Bahkan, mereka juga mendapatkan peningkatan pengetahuan terkini seputar pertanian organik sehingga dapat terus mempertahankan kualitas dan memperbaiki sistem pertanian.
Bagi para pelanggan, Warung 1000Kebun memberikan keuntungan secara ekonomi. Harga produk organik yang dijual lebih murah dibandingkan dengan produk organik serupa yang dijual di supermarket.

“Dari sisi lingkungan, beberapa anggota komunitas mulai berinisiatif menghijaukan halaman rumahnya dan juga lahan di sekitarnya. Kesadaran anggota terkait lingkungan, (produk) organik, dan juga hidup sehat semakin bertambah dengan adanya diskusi dan sharing knowledge,” papar Hilda. 

 

1000Kebun Menyambut Antusiasme yang Terus Tumbuh


Tantangan utama bagi pengurus komunitas 1000 Kebun adalah mewadahi minat dan antusiasme anggotanya yang makin bertambah. Dari segi teknis, banyak UMKM dan distributor yang berminat untuk menjual produknya di warung. Tapi, warung belum memiliki ruang penyimpanan yang memadai untuk menyimpan hasil pertanian maupun hasil olahan pertanian dalam jumlah banyak dan waktu panjang.

“Hal ini menjadi tantangan bagi komunitas dan warung untuk menjalankan komitmen, setia pada nilai-nilai yang diusung, menjaga kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan kualitas produk serta menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak,” lanjutnya.

Menurut Hilda, Warung 1000Kebun masih terhitung muda dan masih harus belajar banyak dalam pengembangan kapasitas, pengorganisasian lembaga, mematangkan sistem operasional, diversifikasi produk, hingga meningkatkan pengelolaan keuangan. Langkah selanjutnya, Komunitas 1000Kebun ingin melegalkan organisasinya agar lebih profesional, sistematis, dan teraudit. Bentuk usaha koperasi akan dipilih karena sejalan dengan warung yang mengutamakan lokalitas dan bermanfaat besar bagi anggotanya.

Target jangka pendek 1000Kebun lainnya yakni penataan kepengurusan, perekrutan anggota koperasi, dan pembuatan sistem. Selanjutnya, mereka akan melakukan pembinaan pelanggan dan pemasok, serta pembuatan rencana program promosi. Edukasi yang diberikan akan mempertimbangkan keinginan pelanggan dan pemasok.

Setelah sistem terbangun, target selanjutnya adalah membuat mobile application untuk memudahkan pemesanan bagi pelanggan. Target jangka menengah Warung Sehat 1000Kebun adalah membangun  jejaring dengan berbagai komunitas.

“Warung 1000Kebun ingin berkualitas taraf nasional dan berhasil replikasi di tempat lain agar memudahkan masyarakat dalam mengakses pangan lokal sehat,” harap Hilda.  

Untuk melakukan replikasi dan duplikasi Warung 1000Kebun, kata Hilda, ada dua hal penting terkait konteks lokal yang perlu dilihat. Pertama, nilai baik (value) yang dibawa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi terkini sekitar. Kedua, keberhasilan Warung Sehat 1000Kebun juga tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang mendukung, baik dari segi pengetahuan, minat, dan kebutuhan.

Isu pangan sehat berkelanjutan yang diusung 1000Kebun penting dan sedang menjadi tren beberapa tahun belakangan. Selain konteks pangan lokal, Hilda menilai perlu untuk membangun jejaring yang solid, pengelolaan yang terstruktur, dan penerapan konsep bisnis berkelanjutan secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Hilda dengan cerita tentang Komunitas 1000Kebun tampil dalam Sesi Fostering Social Enterprises di ajang Indonesia Development Forum (IDF) 2019 pada 22 Juli. Penelitian Hilda dan Mentari Qorina merupakan pengembangan dari Sub-tema 6, Membina Para Pelaku Usaha Sosial. Sub-tema ini menyoroti strategi untuk menciptakan ekosistem pendukung. Termasuk lingkungan kebijakan dan regulasi untuk mendorong pertumbuhan usaha sosial sebagai bagian dari tema besar IDF 2019, “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”.

 


--> -->