• Admin Dashboard
Ideas

Raih Untung Lewat Pasar Internasional, Ekonomi Digital Geliatkan UMKM

2018
Raih Untung Lewat Pasar Internasional, Ekonomi Digital Geliatkan UMKM

Sobe basket produksi Du'anyam (Sumber: Du'Anyam)

“Sebelum berjualan di e-commerce, nawarin barang paling hanya lewat rekomendasi keluarga atau teman. Setelah coba di e-commerce, pasarnya jadi lebih luas,” kata Martha Puri Natasande, pendiri dan pemilik bisnis “Ideku Handmade” seperti yang dikutip dari laman Kompas.com.

E-commerce alias pasar digital merupakan salah dampak perkembangan teknologi digital yang kian pesat. Pasar digital yang luas dan tak terbatas lokasi inilah dianggap memberi peluang bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk melebarkan pemasarannya.

Karena itulah, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika terus mendorong para pelaku bisnis termasuk UMKM lokas untuk bergabung ke pasar digital. Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel A. Pangerapan, mengatakan bisnis online dapat membuka pasar lebih luas.

“Inilah saatnya bagi kita siapkan produk-produk unggulan kita untuk dijual secara online,” kata Samuel, pertengahan Mei 2018, dikutip dari laman resmi Kemenkominfo.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia memang tengah menggalakkan sektor ekonomi kreatif dan menguatkan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun 2017 mengatakan ada 58,2 juta usaha mikro kecil menengah di Indonesia. Dari angka ini, 3,79 juta usaha telah memanfaatkan platform online.

Pemanfaatan potensi Usaha Mikro Kecil Menengah ini dianggap mampu mendorong pembangunan daerah. Ini juga menjadi salah satu tema di Indonesia Development Forum 2018. IDF 2018 yang bakal digelar 10-11 Juli 2018 ini mengambil tema ‘Pathways to Tackle Regional Disparities Across The Archipelago’.

IDF 2018  digagas oleh Bappenas dan didukung oleh Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative dengan tujuan mendukung percepatan pembangunan di Indonesia yang lebih merata dan berkelanjutan berbasiskan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan fakta.

Pendiri sekaligus CEO Du’Anyam, UMKM berbasis usaha sosial, Azalea Ayuningtyas mengatakan pihaknya sudah menggunakan media sosial untuk meningkatkan brand awareness dan promosi produk-produknya. Dia mengatakan sejumlah transaksi penjualan juga telah dilakukan secara online.

Du’ Anyam adalah sebuah kewirausahaan sosial yang mengusung peran aktif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak yang terjadi di NTT lewat pemberdayaan sosial ekonomi. Lewat Du’Anyam, Ayu dan teman-temannya menggandeng para ibu dan wanita di daerah NTT untuk menganyam daun lontar sebagai satu alternatif pendapatan tambahan dari sekadar berladang.

Melalui ekonomi digital inilah, ujar Ayu, Du’Anyam menyasar konsumen internasional. Sampai saat ini, pihaknya sudah melakukan transaksi bisnis ke Jepang, Australia, Amerika dan sejumlah negara lain meski pasar domestik tetap yang lebih besar.

“Pasar internasional menyukai barang-barang handmade dan yang eco-friendly (ramah lingkungan),” ujar Ayu saat ditemui akhir Mei lalu.

Nyatanya, produk-produk Du’Anyam yang berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur ini bisa diterima pasar internasional. Dia menyebutkan produk-produk seperti sobe --wadah serba guna yang terbuat dari ayaman—yang disukai konsumen, baik dalam maupun luar negeri.

Meski demikian, Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali dalam siaran persnya pertengahan Mei lalu mengatakan pengusaha kecil menengah perlu melihat perkembangan tren dan regulasi setiap negara tetangga. Dahulu, kata Rhenald, membawa buah tangan biasa sudah cukup namun sekarang standar produksi cinderamatanya harus ditingkatkan. Misalnya, regulasi negara yang datang terkait ekspor cinderamata pun harus ditinjau.

"Seperti membawa cinderamata kayu, kayu itu kan sensitif.  Peraturan negara seperti Jepang itu sangat ketat. Cina dan Korea Utara mungkin sangat ketat,” tambah Rhenald Kasali.**


Komentar
--> -->