• Jayanti
    Jayanti
    Jayanti, aktivis Sekolah Guru Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan magister pada Program Studi Pengembangan Kurikulum di Universitas Pendidikan Indonesia melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Jayanti aktif dalam berbagai gerakan dan komunitas pendidikan, salah satunya dengan mendirikan komunitas Kubukabuku yang berfokus dalam kampanye baca buku serta menaungi Taman Baca Masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, saat ini Jayanti aktif dalam program pengembangan guru-guru sekolah dasar dari wilayah marginal melalui beberapa organisasi/komunitas yang diikutinya, diantaranya pengembangan guru sekolah dasar Kecamatan Ngamprah, Kabupataen Bandung Barat, guru SDI Al-Furqon Surabaya, guru MI Alkhusyu Malang, dsb.
Ideas

Menguatkan Pendidikan Dimulai dari Sekolah, Karena Setiap Guru Berhak Belajar

2018
Menguatkan Pendidikan Dimulai dari Sekolah, Karena Setiap Guru Berhak Belajar

Salah seorang guru mewakili kelompoknya sedang mempresentasikan hasil penelaahannya pada Rencana Pembelajaran yang dibuat kelompok lain.

Saya percaya, tidak ada peserta didik yang bodoh, begitu pun tidak ada guru yang tak berkompeten. Mereka hanya membutuhkan waktu dan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensinya. Guru, sejatinya adalah pembelajar. Mereka akan tetap selalu butuh untuk mengembangkan dirinya setiap kali sebelum terjun mengembangkan anak didiknya. Merekalah kekuatan pendidikan. Sayangnya, hingga saat ini kesempatan untuk mengembangkan diri tidak selalu tersedia bagi setiap guru.

Akses pengembangan diri guru paling banyak masih berputar di perkotaan dan umumnya dari sekolah-sekolah ‘bagus’. Sekolah ‘bagus’ yang dimaksudkan di sini adalah sekolah dengan akreditasi sangat baik atau sekolah dengan biaya pendidikan yang mahal. Pada umumnya sekolah-sekolah seperti ini mampu melaksanakan program pengembangan guru secara mandiri atau mengirimkan guru-gurunya mengikuti berbagai program pengembangan di luar sekolah serta mereka dapat mengakses informasi lebih mudah. Sebaliknya, guru dari pedalaman dan dari sekolah yang kurang ‘bagus’ menghadapi keterbatasan akses terhadap informasi dan program pengembangan guru.

Guru sudah seharusnya memperoleh perhatian besar sebab bicara pendidikan sama dengan bicara tentang guru. Mereka andil dalam menentukan keberhasilan peserta didik yang merupakan tujuan utama pendidikan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, guru memerlukan keahlian khusus berupa kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Sayangnya, hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) terbaru yakni tahun 2015 yang dirilis pada 4 Januari 2016 di situs web Kemdikbud menunjukkan hasil yang masih sangat rendah.

Hasil UKG masih berada di bawah standar kompetensi minimum (SKM), dimana nilai rata-rata UKG yakni 53,02 dari target SKM 55 dan secara keseluruhan  hanya tujuh provinsi yang nilainya mencapai SKM. Lebih lanjut, data lembaga Riset dan Pengembangan (Board of Research and Development, MoNE, 2006) menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak layak mengajar, khususnya pada tingkat sekolah dasar, yakni 1.140.836 atau 84,70% baik di sekolah swasta maupun negeri. Selain itu, pemerataan guru baik secara kuantitas maupun kualitas masih menjadi kendala. Masih banyak wilayah pedalaman yang kekurangan guru dan bahkan hanya sebagian kecil dari mereka yang sudah tersertifikasi (Udiutomo, 2013:19).

Meskipun permasalahan pendidikan tidak hanya berkutat pada kualitas sumber daya manusia, di mana infrastruktur pendidikan di banyak wilayah masih menjadi kendala, namun dengan kreativitas guru, dampak dari infrastruktur yang kurang memadai dapat dikurangi sehingga tidak menjadi penghalang untuk menyediakan pembelajaran berkualitas bagi peserta didik. Hal inilah yang membuat saya yakin, meskipun mengabdi di sekolah dengan sarana dan prasarana yang terbatas, para guru tetap dapat menyediakan pembelajaran terbaik bagi anak didiknya. Sebagai contoh, dengan kreativitas, kardus bekas dapat diubah menjadi scrabble, board games, atau alat peraga inovatif lainnya, bahkan mereka dapat memanfaatkan potensi alam sekitar sebagai sumber belajar yang kontekstual, misalnya saja seperti belajar tentang keanekaragaman hayati di kebun atau hutan.

Menyediakan kesempatan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kinerja pembelajaran bagi guru-guru dari sekolah yang kurang ‘bagus’ adalah salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan dalam bidang pendidikan. Berbekal pengalaman sebagai fasilitator program pengembangan guru di Sekolah Guru Indonesia-Dompet Dhuafa dan mendalami pengembangan kurikulum di Universitas Pendidikan Indonesia, saya mengembangkan sebuah program pengembangan guru berbasis sekolah yang dikhususkan bagi sekolah-sekolah berkategori dhuafa.

Basis sekolah dipilih untuk memberikan kesempatan yang sama bagi setiap guru dalam satu sekolah untuk bersama-sama meningkatkan kompetensinya. Selain itu, dengan melaksanakan pengembangan di sekolah yang berarti terdapat dukungan dari pimpinan, maka terdapat peluang yang lebih besar untuk bersinergi membangun sekolah serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan kontekstual dalam sekolah.

Pada tahun 2017, bersama komunitas penerima beasiswa LPDP yang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia, kami melaksanakan program pengembangan masyarakat berbasis sekolah selama satu tahun yang berpusat di SDN Pasirhuni, sebuah sekolah dasar di pedalaman Bandung Barat, Jawa Barat. Selanjutnya, di tahun 2018, saya mulai menjalankan pilot program pengembangan guru secara mandiri dan pro bono di SDI Al-Furqon, sebuah sekolah dasar swasta di Kota Surabaya. Sekolah ini terpilih setelah mengunjungi sekaligus mengobservasi beberapa sekolah lain sejak Desember 2017 hingga Januari 2018.

Kriteria utama pemilihan sekolah ini ada dua, yakni berkategori dhuafa dan adanya komitmen dari kepala sekolah dan guru-gurunya. Berbekal instrumen yang saya peroleh dari bergabungnya saya dengan Assosiasi Konsultan Sekolah Literasi Indonesia yang diselenggarakan oleh Makmal pendidikan-Dompet Dhuafa, saya menentukan sekolah ini sebagai sekolah berkategori dhuafa yang dirasa tepat untuk diberikan program pengembangan guru. Sekolah dengan kategori ini dipilih dengan alasan karena sekolah-sekolah semacam ini memiliki keterbatasan finansial yang membuat mereka tidak sanggup untuk melaksanakan program pengembangan guru secara mandiri ataupun membiayai guru-gurunya untuk mengikuti berbagai program pengembangan di luar sekolah. Kategori kedua merupakan hal yang tidak kalah penting, program yang dijalankan hanya akan dapat berjalan optimal dan memberikan dampak positif jika orang-orang di dalamnya memiliki kemauan untuk belajar dan keberanian untuk berubah, oleh karena itu dibutuhkan komitmen dari kepala sekolah dan para guru untuk menerima program.

Program ini dilaksanakan secara sistematis, dimana terdapat assesmen di awal dan di akhir program, workshop yang dilaksanakan setiap dua pekan sekali serta kesempatan untuk langsung mempraktekkan materi yang telah diterima melalui sesi workshop pada masing-masing kelas ajar para guru. Setiap dua pekan sekali, para guru melaporkan hasil prakteknya di kelas online untuk didiskusikan serta secara tidak langsung para guru dapat saling menginspirasi melalui masing-masing hasil kerjanya. Hingga bulan ke lima program ini berlangsung, sudah terlihat berbagai karya guru berupa alat peraga dari bahan-bahan sederhana, pajangan kelas yang menarik dan edukatif serta proses pembelajaran yang lebih efektif dan aktif, dimana peserta didik terlihat lebih antusias menjalani beragam aktivitas pembelajaran yang disajikan oleh gurunya.

Melalui program ini diharapkan setiap guru dari setiap sekolah dan dari setiap wilayah Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kompetensinya. Meski demikian, program ini tidak akan memberikan dampak berarti jika tidak ada gerakan yang masif dan konsisten dari berbagai pihak untuk mendukung dan merealisasikannya. Program ini dirancang lengkap dengan desain program, bahan ajar dan berbagai instrumen yang dibutuhkan agar kedepannya setiap sekolah, khususnya sekolah marginal, dapat mengimplementasikannya baik secara mandiri, maupun dengan bantuan pihak-pihak luar yang ingin berkrontribusi meningkatkan pendidikan Indonesia melalui guru. 

Semoga gerakan kecil ini bisa menjadi pengungkit gerakan yang lebih besar demi kemajuan pendidikan Indonesia!

Sumber:

Board of Research and Development, MoNE, (2006). Ikhtisar Data Statistik Pendidikan Nasional 2005/2006. Jakarta: Pusat Data dan Statistik.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (04/01/2016). 7 Provinsi Raih Nilai Terbaik Uji Kompetensi Guru 2015. Diperoleh 24 Mei 2017, dari https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/01/7-provinsi-raih-nilai-terbaik-uji-kompetensi-guru-2015
Udiutomo, P., Fatimah, R., Pardini, A., Puspitasari, D., & Agustina, S. (2013). Besar Janji daripada Bukti: kebijakan dan praktik pendidikan Indonesia di Era Transisi Demokrasi. Bogor: Dompet Dhuafa Makmal Pendidikan.

 


Komentar
  • Generic placeholder image
    Riyadi - 25 May 2018 18:51
    Semoga berkah selalu dan gerakannya bermanfaat!
  • Generic placeholder image
    Reski Juwita - 25 May 2018 21:40
    Program ini cocok untuk sekolah-sekolah di pedesaan seperti di desa saya agar anak-anak lebih semangat lagi ke sekolah
  • Generic placeholder image
    Surajuddin - 26 May 2018 2:06
    Maju bersama mencerdaskan Indonesia
  • Generic placeholder image
    Rahayu - 26 May 2018 22:11
    Hingga saat ini masih banyak guru, khususnya guru dari pedesaan yang kalau ditanya kapan terakhir kali mengikutin pelatihan, jawabannya tahun lalu atau beberapa tahun lalu. Bahkan, masih banyak guru yang meski sudah bertahun-tahun menjadi guru, paling-paling baru pernah ikut pelatihan satu atau dua kali, apalagi masih banyak daerah yang KKGnya kurang aktif.
  • Generic placeholder image
    Kamliah - 27 May 2018 16:00
    Sangat bermanfaat terkhusus bagi para Guru Pembelajar yang bertugas di daerah 3T
  • Generic placeholder image
    Riswani - 29 May 2018 16:23
    Semangat berjuang dlam mencerdaskan aset masa depan tersebut. Kalau bukan kita, siapa lagi.
  • Generic placeholder image
    Siti Musayaroh - 4 Jun 2018 11:46
    Sangat bermanfaat
  • Generic placeholder image
    Fani Julia Putri - 4 Jun 2018 20:16
    Semangat menghidupkan kembali pendidikan di pelosok negeri.
  • Generic placeholder image
    Siti Badriyah - 6 Jun 2018 5:45
    Terus maju pendidikan di Indonesia....
  • Success!
    Failed!
--> -->