• Admin Dashboard
Ideas

Wajan Bolic, Internetkan Kampung di Jayapura

2018
Wajan Bolic, Internetkan Kampung di Jayapura

Gustaf Griapon setelah mempresentasikan program wajan bolic. Foto: dokumen pribadi

Bentuknya memang seperti wajan penggorengan biasa yang ada di dapur, tentu tanpa gosong di pantatnya. Tapi ini bukan wajan sembarang wajan. Setelah ditambah pipa paralon di tengahnya dan dipasang USB Wireless dan kabel, jadilah sebuah antena wajan yang bisa memperkuat sinyal  internet. Itulah wajan bolic.

Adalah Gustaf Griapon, Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jayapura, yang mempunyai ide menggunakan wajan bolic untuk menangkap frekuensi sinyal wifi. Selain lebih stabil, wajan bolic diyakini lebih mudah dan murah dibuat sesuai kebutuhan masyarakat di Papua.

Mulanya, dikutip dari laman resmi Pemda Kabupaten Jayapura,  pemasangan jaringan internet gratis melalui VSAT hanya tersebar di enam titik. Lokasi itu di Kantor Badan Kominfo dan lima kampung yaitu Kampung Asey Distrik Sentani Timur, Kampung Sosiri dan Kampung Yakonde Ebungfau, Kampung Tablasupa Distrik Depapre, dan Distrik Nimboran. Berkat Wajan Bolic, jumlah kampung di Jayapura yang dapat mengakses internet dengan lancar dan gratis lebih luas.

Kemudahan mengakses internet ini digunakan sebagai modal Sistem Informasi Kampung Jayapura (SIKAPUR) bisa berjalan. SIKAPUR merupakan aplikasi pengelolaan pemerintahan berbasis data dalam rangan implementasi konsep e-government. Pemda Kabupaten Jayapura melibatkan pemerintah kampung dan kelurahan serta distrik dalam proses validitas data.

Nyatanya tak hanya itu, internet memudahkan masyarakat membayar pajak secara online.

“Kami juga sudah mempunyai  80 website kampung,” kata Gustaf saat diwawancarai April lalu.

Melalui akses internet inilah, ujar Gustaf, website kampung berpotensi sebagai sarana promosi produk unggulan di Jayapura. Mereka mulai memasarkan komoditasnya secara online seperti sabun mandi, minyak goreng, pelembut bibir, minyak gosok, obat urut, hand body lotion yang semuanya berbahan dasar kelapa. Komoditas lain seperti lukisan kulit kayu, serta tas dan dompet kulit kayu.

Sektor-sektor selanjutnya yang akan dipromosikan melalui website kampung seperti pariwisata, komoditas perkebunan seperti coklat, bahkan perikanan. Mereka berencana mengembangkan sekolah adat untuk belajar budaya dan kearifan lokal Papua serta sekolah menyelam.

“Batik Papua juga belum dipromosikan di website kampung,” ujar Gustaf.

Untuk memperluas keahlian masyarakat, ujar Gustaf, Pemerintah Kabupaten Jayapura terus menerus melakukan pendampingan dan pelatihan dengan menggandeng pihak lain. Misalnya seperti bekerja sama dengan Sekolah Menengah dalam pembuatan wajan bolic untuk mencukupi kebutuhan antena internet. Sejumlah relawan teknologi informatika dan komunikasi, pendamping lokal, pimpinan masing-masing distrik hingga operator masing-masing kampung juga ikut dilibatkan.

“Untuk menulis berita, saya membuat pelatihan jurnalisme warga supaya orang kampung dapat menulis berita dengan baik, termasuk pelatihan membuat website kampung,” tutur Gustaf.

Rencana Gustaf ini dia susun dalam judul “Implementasi Proyek Perubahan Pembangunan Kampung Berbasis Teknologi Informasi dan Komunkasi di Kabupaten Jayapura” saat mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan III Pemerintahan Kabupaten se-Papua. Di Diklat PIM III itu, Gustaf berhasil meraih nilai tertinggi.

Nyatanya, ikhtiar mengatasi kesenjangan wilayah tidak hanya bisa berupa instruksi dari atas ke bawah tetapi juga menangkap ide dan gagasan masyarakat dari bawah ke atas. Solusi mengatasi kesenjangan yang bersifat bottom up inilah yang diinisiai di Indonesia Development Forum 2018.

Indonesia Development Forum 2018 digagas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI dan Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative (KSI). Acara puncak IDF tahun ini akan digelar pada 10-11 Juli mendatang dan mengangkat tema “Terobosan untuk Mengatasi Ketimpangan antar Wilayah di Seluruh Nusantara” . IDF 2018 akan mengupas berbagai isu-isu utama dan tantangan dalam upaya menganggulangi kesenjangan pembangunan ekonomi dan manusia di berbagai wilayah Indonesia. Hasilnya akan menjadi rekomendasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.***


Komentar
--> -->