• AWachidatus Shofiah
    AWachidatus Shofiah
    Pegiat kebijakan publik
Ideas

Paradigma Pendidikan Berbasis Riset Pendorong Produktifitas SDM Era Disrupsi

2020
Paradigma Pendidikan Berbasis Riset Pendorong Produktifitas SDM Era Disrupsi

Produktifitas SDM Era Disrupsi

Pemaknaan produktif dalam dunia kerja pada setiap babakan waktu akan terus senantiasa mengalami perubahan. Sebelum era revolusi industri,  pemanfaatan tenaga manusia menjadi kunci utama dalam bergeraknya roda ekonomi masyarakat namun sejak revolusi industri hingga abad 21. Saat ini, tenaga manusia telah mulai banyak digantikan oleh tenaga mesin yang diartikan lebih memberikan jaminan efektif dan efisiensi pekerjaan.

Menurut berita yang disebutkan dalam laman Kompas.com dijelaskan bahwa Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah menyebutkan bahwa ada puluhan ribu pekerja Indonesia yang terdampak otomatisasi. Berikut ini kutipannya: “Data yang kita dapatkan dari survei di lapangan sampai dengan September 2019, ada 23 ribu pekerja Indonesia yang terdampak otomatisasi selama revolusi industri 4.0.” Hal ini menunjukkan bahwa ke depan akan terjadi semakin banyak angkatan kerja yang terdisrupsi digantikan oleh mesin dan berpotensi menjadi beban dalam skala besar bagi perputaran ekonomi nasional apabila tidak diiringi oleh skill yang memadai sesuai dengan kebutuhan perkembangan industri.

Ditambah lagi kondisi komposisi tenaga kerja di Indonesia didominasi berlatar belakang pendidikan dibawah tingkat SMP, sebagaimana pernyataan Menteri Tenaga Kerja pada laman yang sama: “tenaga kerja yang kita miliki komposisinya lebih besar yang tingkat pendidikannya dibawah SD dan SMP.” Memahami kondisi yang kian cepat perubahan sekaligus mendesak maka jalan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengikuti perkembangan kebutuhan era industri saat ini. 

Jika dipahami lebih dalam era disrupsi revolusi industri senantiasa menuntut kinerja yang efektif sekaligus efisien serta sarat akan inovasi dalam menyikapi kebutuhan yang terus berkembang dalam skala besar, hal yang perlu dicermati point dari mampu bertahan dalam era disrupsi ini adalah inovasi yang lahir dari sdm-sdm yang ada. Semakin besar inovasi yang dimiliki sdm dari level personal hingga level nasional maka akan semakin tinggi pula tingkat produktif kinerjanya, juga semakin tinggi karya inovasi pemecahan masalah kebutuhan yang ada bahkan membuat solusi atas persoalan yang diprediksi akan terjadi.

Bakal menjadi persoalan adalah apabila jiwa inovasi itu sendiri yang tidak dimiliki atau susah dimunculkan karena ide inovasi ini bukan sesuatu yang bisa langsung diterapkan oleh seseorang melainkan harus melalui proses yang dibangun. Kita ambil contoh misalnya tidak semua orang dapat menemukan bahwa sampah konsumsi rumah tangga apabila dipisahkan dan dikelompokkan berdasar jenisnya sampah organik dan anorganik akan lebih memiliki nilai guna lebih yang lebih mudah diolah serta bisa menjadi peluang memunculkan industri mikro baru juga mengatasi isu pencemaran lingkungan daripada sampah konsumsi hanya sebatas sampah yang dibuang bercampur baur yang akhirnya lebih sulit untuk dikelola padahal rielnya masing-masing individu pasti menghasilkan sampah konsumsi.

Dan dalam konteks lain seperti berita yang disajikan dalam laman goodnewsfromindonesia.id menjelaskan pemuda desa yang mampu menghasilkan listrik untuk masyarakat lewat pembangkit listrik berbasis air di usianya yang masih remaja di Desa Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Jawa Barat. Dari sini dapat di tarik simpulan bahwa inovasi dapat lahir melalui kemandirian secara personal. Namun pertanyaannya, apakah cukup mengandalkan inovasi hanya dari kemandirian personal saja sedangkan tidak seluruh personal dapat melakukan hal demikian dengan posisi di tengah badai era disrupsi dalam dunia produktifitas angkatan kerja. Dari sana dibutuhkan perangkat sistematis untuk bisa menstimulasi inovasi yang lahir dari mayoritas sumber daya manusia di Indonesia.

Pendidikan merupakan solusi untuk bisa meningkatkan produktifitas pada sdm yang sudah memasuki usia angkatan kerja. Sebagaimana amanat yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan antara lain adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia cakap, kreatif serta mandiri. Pendidikan adalah rangkai proses mengolah potensi yang dimiliki sdm dengan target capaian keahlian tertentu, tentunya skema pendidikan inilah yang menjadi ujung tombak kesiapan seluruh elemen menghadapi tantangan era disrupsi.

Bagaimana arah skema pendidikan yang sesuai untuk bisa menjawab tantangan besar tersebut menjadi perhatian besar. Penyesuaian-penyesuaian kurikulum pendidikan di Indonesia sudah mulai dikaitkan dengan kebutuhan sektor industri baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Kurikulum lebih berbasis pada terapan dengan model pelatihan spesifik pada bidang kerja yang akan ditekuni dalam bentuk reskilling/upskilling. Pendidikan dasar menengah juga dikaitkan pada basic-basic industrialisasi di mana seluruhnya diupayakan apa yang telah dipelajari tidak menjadi satu hal kemubaziran dan menjadi perangkat amunisi kesiapan menghadapi tantangan era disrupsi. Dengan kata lain, pendidikan anti pengangguran. Pendidikan yang telah didapat ini tidak sekadar hanya dijalankan teknisnya melainkan alangkah lebih baik jika senantiasa diuji coba dikembangkan dalam praktik dan teorinya.

Bercermin dari negara-negara leader ekonomi dunia adalah negara-negara yang memiliki hak paten terbanyak dalam sejarah seperti Amerika Serikat, Jepang, China, Jerman, Korea Selatan, Perancis, Inggris dan negara-negara lainnya menunjukkan bahwa apa yang mampu mereka hasilnya tidak menjadikan mereka berpuas diri mengandalkan posisi mereka atau sudah merasa enggan untuk berkembang.  Mereka juga saling bersaing untuk bisa menempati posisi teratas karena tidak ada yang bisa menjamin. Maka, inisiatif untuk terus berinovasi itulah yang senantiasa dihidupkan dalam skala besar dalam masyarakat di negara mereka (membudayakan paradigma berinovasi). Tatanan sistem yang terbangun pada negara-negara tersebut memiliki  paradigma pendidikan yang dibanguni berbasis pada riset (penelitian). Kekhasan dari inovasi-inovasi yang dihasilkan berangkat dari aktifitas pengamatan mencari tahu unsur-unsur dari suatu realitas, hubungan antar realitas, memahami realitas secara mendalam, memperdalam hal baru yang tidak ada sebelumnya atau dianggap tidak mungkin. Paradigma seperti ini yang ditanamkan dalam berjalannya proses pendidikan.

Membangun Indonesia sama artinya dengan membangun pendidikannya khususnya dalam hal penerapan basic pada paradigma pendidikan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia yang memiliki jiwa inovasi dan kemandirian yang baik. Paradigma ini akan sangat memberikan dampak positif besar untuk pembangunan bangsa, tidak hanya jangka pendek untuk bisa beradaptasi dengan situasi aktual namun juga secara jangka panjang yang sangat berpotensial untuk bisa menjadi the next leader in the world. Realitas yang dapat dijadikan objek penelitian sangat bervariasi dengan kategori hubungan Tuhan-Manusia-Alam dengan lebih detail lagi sosial humanis dengan kealaman. Teori-teori yang telah ada dapat diterapkan sekaligus dikembangkan serta diperdalam yang memungkinkan lahirnya teori baru.

Dalam praktik skema pendidikan menjadi wilayah kementerian terkait dengan kolaborasi para pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian akan lahir generasi sdm bangsa secara mayoritas yang mampu memiliki kemandirian menghasilkan karya inovasi besar untuk kebaikan masyarakat dan akan merasa kehilangan kebermaknaan apabila sepanjang hidupnya tidak diarahkan ke arah tersebut maka otomatis akan menempatkan martabat bangsa dan negara ini menjadi negara yang besar maju dan sejahtera. 


Komentar
--> -->