• Winelda Mahfud Zaidan Haris
    Winelda Mahfud Zaidan Haris
    Palastik merupakan start up rekayasa teknik berbasis material maju yang bergerak di bidang manufaktur dengan memanfaatkan limbah sampah plastik terutama jenis PP dan HDPE yang dijadikan papan komposit yang dimodifikasi menjadi produk nilai jual tinggi berupa funiture, asesoris dan household yang memiliki sifat mekanik, fisis dan termal yang baik serta lebih ekonomis dan ramah lingkungan.
Ideas

Palastik

2020
Palastik

Logo palastik

Indonesia merupakan negara berkembang yang akan berdampak semakin tingginya tingkat penggunaan plastik di negara tersebut. Berdasarkan data Jambeck (2015) menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik yang mencapai sebesar 28 persen atau setara 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton per tahunnya. Setiap tahun, produksi plastik menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak atau setara 14 juta batang pohon sebagai bahan baku dasarnya. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, hanya lima persen yang benar-benar di daur ulang (United Nation Environment Programme (UNEP), 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sampah plastik yang masuk ke laut dapat terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik dengan ukuran 0,3 – 5 milimeter. Mikroplastik ini sangat mudah dikonsumsi oleh hewan – hewan laut.

Plastik merupakan bahan polimer sintetis yang dibuat melalui proses polimerisasi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Berdasarkan penelitian rata-rata setiap keluarga menggunakan 1.460 plastik per tahun dan kurang dari 1% plastik dapat dihancurkan. Data dari Dinas Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa setiap individu menghasilkan rata-rata 0,8 kilogram sampah per harinya sebanyak 15 persennya adalah sampah plastik. Ini mengindikasikan bahwa tingkat frekuensi penggunaan plastik sebagai bahan kemasan semakin meningkat setiap harinya. Hal ini dikarenakan plastik memiliki keunggulan di antaranya tidak mudah pecah, jauh lebih ringan dibandingkan bahan kemasan lain dan mudah dibentuk (lembaran, kantong, atau sesuai desain yang diinginkan). Akan tetapi, plastik konvensional memiliki kelemahan salah satunya tidak dapat terurai secara alami dengan cepat oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan dikarenakan bahan penyusun dari plastik itu sendiri yang terbuat dari hasil minyak bumi (hidrokarbon). 

Oleh karena itu, dilakukan upaya pengurangan jumlah produktivitas limbah plastik yaitu dengan cara melakukan recycle dengan mengonversi sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi salah satunya memodifikasi menjadi material komposit untuk aplikasi produk funiture, aksesoris maupun household yang dikenal dengan Palastik. Palastik merupakan produk start up manufaktur material maju berbasis komposit yang diproduksi dari hasil melting (peleburan) dan pressing (penekanan) polimer limbah sampah plastik yang produksinya dapat mengurangi jutaan kubik karbondioksida dari jutaan emisi gas kaca bahan bakar hidrokarbon.

Nilai inovatif dari produk yang kami tawarkan yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah polimer sampah plastik yang memiliki karakteristik unggul dan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan komposit untuk aplikasi produk funiture, asesoris, household dan sebagainya yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Ada beberapa nilai tambah dari produk kami yang membuat kami lebih unggul daripada produk papan komposit konvensional yaitu produk material papan komposit palastik telah diuji di Laboratorium Terpadu USU yang telah terakreditasi oleh ISO 9001:2015.


Komentar
--> -->