• Muhammad Handika Surbakti
    Muhammad Handika Surbakti
    Muhammad Handika Surbakti biasa disapa dengan Handy adalah pemimpin muda yang bergelut di dunia kepemudaan sejak 2013, pada 2014 ia mendirikan UINSA Student Forum di Surabaya dan pada 2017 menggagas Medan Youth Forum di Medan. Hingga kini ia aktif menjadi pembicara dan mentor di beragam kegiatan. Kini ia tengah mengembangkan start-up lembaga konsultan kepemimpinan XY Leadership, Handy berasalan "empati adalah passion saya" ketika ditanya kenapa terus aktif di komunitas kepemudaan.
Ideas

Mentorship Program: Mempersiapkan Modal Manusia di Era Disrupsi

2019
Mentorship Program: Mempersiapkan Modal Manusia di Era Disrupsi

Dokumentasi USF Mnetorship Program

Pengantar

Dunia dan peradabannya berubah begitu cepat, tanpa menunggu manusia siap atau tidak terhadap perubahan tersebut. Namun, ketika peradaban dunia berubah manusia tidak punya pilihan kecuali menerimanya, mengikuti perubahan tersebut. Dan hal terbaik yang untuk dilakukan adalah mempersiapkan diri untuk menghadapinya sedini mungkin.

Tidak terasa, kini dunia sedang berada dalam transisi Revolusi Industtri 4.0, konon revolusi industri ini akan mengubah peradaban manusia secara masif, munculnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), komputer quantum, teknologi awan, automatisasi dan lain sebagainya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Sebuah keniscayaan juga, bahwa di era Revolusi Industri 4.0 manusia yang tidak memiliki kompetensi akan “hilang”, terdisrupsi, perannya digantikan oleh robot. Kabar buruk lainnya, bukan hanya manusia yang tidak memiliki kompetensi saja yang akan terdisrupsi, manusia dengan kemampuan “standar” atau hanya menguasai hard skills yang sama dengan generasi-generasi sebelumnya juga akan terdisrupsi.

Menurut World Economic Forum dalam laporannya dengan judul “Future of Jobs Report” bahwa untuk bisa survive dan bersaing di era ini manusia tidak cukup hanya menguasai hard skills, namun harus dibarengi dengan penguasaan soft skills, seperti: problem solving, critical thinking, creativity, people management, emotional intelligence dan lain sebagainya.

Walau kunci untuk bertahan dan bersaing di era disrupsi ini adalah penguasaan terhadap soft skills, kemampuan tersebut tidak diajarkan secara spesifik di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, baik sekolah maupun di perguruan tinggi. Oleh karenanya, dibutuhkan wadah modal manusia Indonesia, terutama generasi milenial untuk mempelajari soft skills tersebut di luar ruang sekolah atau kuliah mereka.

Overview USF Mentorship Program

Mentorship Program yang diprakarsai oleh UINSA Student Forum bertujuan sebagai wadah pengembangan soft skills dan hard skills generasi milenilal, karena hal tersebut tidak mereka temukan di ruang-ruang perkuliahan. Di sisi lain, hard skill yang mungkin bagi generasi milenial urban sudah “biasa”, seperti: membuat curriculum vitae, menulis surat elektronik yang baik, public speaking, menulis esai, dan lain sebagainya, namun bagi kebanyakan generasi muda tidak tahu sama sekali tentang hal tersebut.

Semangat yang dibawa program ini adalah “Word class competence, but grassroots understanding”, impian yang ingin dicapai melalui program ini adalah agar generasi muda memiliki kompetensi dunia, berdaya saing, namun tetap peduli akan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, outcome yang diharapkan dari program ini, selain meningkatkan kompetensi para mentee, namun juga mereka mampu berkontribusi bagi komunitasnya, menjadi pemimpin di organisasinya, menjadi inisiator dari penyelesaian masalah yang ada di sekitarnya.

Mentorship Program adalah social project yang mempertemukan mentee dengan mentor selama 12 bulan, materi yang disampaikan adalah seputar eksplorasi diri, hingga pengembangan diri, diantara materi tersebut adalah: self-discovery, personal enterprise plan, goal setting, focus management, youth program, motivation letter and essay writing, curriculum vitae,  dan social project.

Capaian yang diharapkan dari program ini adalah para mentee dapat mengetahui lebih dalam tentang siapa dirinya, passionnya, sehingga mereka dapat mengembangkannya sesuai kepribadiannya masing-masing. Selain itu, diharapkan juga mereka memiliki life plan dan perencanaan masa depan yang jelas, sehingga tahu apa yang harus dipersiapkan dari sekarang, contohnya jika di awal hanya memiliki impian untuk kuliah di luar negeri dengan beasiswa, paska mengikuti program ini para mentee tahu universitas yang cocok dengan program studi yang diinginkannya, beasiswa yang tersedia untuk universitas dan program tersebut, tahu persyaratan untuk mendaftar beasiswa dan seterusnya. Capaian lainnya adalah, seluruh mentee mengikuti program kepemudaan baik di dalam maupun di luar negeri, oleh karenanya salah satu syarat menjadi mentee adalah memiliki paspor atau berkomitmen membuat paspor jika diterima menjadi mentee.

Dalam penyampaian materi digunakan empat metode, yaitu workshop mentorship, face to face mentorship, online mentorship dan by request mentorship. Untuk workshop seluruh mentee menghadiri semacam kuliah dari mentor, face to face mentee satu persatu dijadwalkan untuk bertemu mentor secara empat mata, online mentorship melalui grup WhatsApp, dan by request sesuai dengan permintaan mentee dan kesediaan waktu mentor.

Kegiatan ini merupakan kegiatan non-profit, voluntary based, jadi para mentee tidak dikenakan biaya untuk mengikuti program ini, begitu juga fasilitator dan mentor, mereka juga tidak mendapatkan imbalan secara materil dari kegiatan ini. Model kegiatan seperti dapat digunakan di organisasi-organisasi non-profit, sehingga tetap mampu menyelenggarakan program tanpa harus mengeluarkan dana yang besar, di sisi lain dari program ini juga kami belajar bahwa banyak generasi-generasi muda yang memiliki pengalaman dan pengetahuan serta berkeinginan untuk menginvestasikan waktunya secara sukarela guna berbagi dengan generasi muda yang ingin belajar.

Para mentee adalah mahasiswa semester dua hingga semester enam yang diseleksi oleh tim UINSA Student Forum dengan berbagai tahapan seleksi, kualifikasi yang dicari dari para mentee adalah minat untuk belajar, koimitmen untuk mengikuti program hingga tuntas, rencana pribadi hingga hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikologis. Intinya, UINSA Student Forum mencari mentee yang siap dan mau untuk belajar dan memiliki komitmen untuk aktif hingga tuntasnya program.

Sedangkan para mentor adalah profesional-profesional muda yang berpengalaman di bidangnya masing-masing, komposisi mentor terdiri dari kluster personal development, akademik, youth program, dan social project. Selama program para mentor akan mendampingi para mentee sesuai dengan kluster mereka masing-masing dengan indikasi-indikasi capaian yang didiskusikan bersama tim UINSA Student Forum.

Dampak USF Mentorship Program

Hingga tahun 2019, UINSA Student Forum telah meluluskan tiga angkatan mentorship dan saat ini sedang menjalankan USF Mentorship Program angkatan ke-IV, setiap angkatan berisi 15-20 mahasiswa terpilih. Dari beberapa indikator keberhasilan program ini, hingga 2019 telah tercatat lebih dari 30 mentee yang berhasil mengikuti program kepemudaan di luar negeri, hampir seluruh mentee pernah berpartisipasi dalam kegiatan kepemudaan di dalam negeri. Selain itu, dampak yang terukur lainnya adalah dari sekian mentee USF Mentorship Program 20 diantaranya memulai social project, hingga mendirikan organisasi di lingkungan sekitar mereka. Di antara inisiatif-inisiatif mentee tersebut adalah: Challenge Menulis Rutin, Komunitas Ontel UINSA, Doristager Art, Pemuda Penggerak Wakaf Indonesia, GenPI Aceh Selatan, Sampang Young Inspiration, UINSA Scientific Writing and Research, Islamic Counselor Board of Hypnotherapy, dan lain-lain.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan mentorship yang berbasis kesukarelawanan mampu memberikan dampak yang nyata bagi para mentee dan komunitas mereka, selain membekali mereka soft skills dan hard skills yang dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0, juga membuat mereka semakin peka terhadap lingkungan sekiatarnya dengan mendirikan wadah sebagai upaya penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi komunitas mereka. Program ini mampu bridging unseen gaps di kalangan generasi muda, sehingga mampu meningkatkan kualitas modal manusia guna pertumbuhan yang inklusif.*


Komentar
--> -->