• Bernardus M
    Bernardus M
    Penggerak komunitas peduli isu bonus demografi di propinsi Riau. Aktif sebagai pembicara dan narasumber seminar, radio, televisi lokal dengan topik bonus demografi, start up, UMKM, dll. Pengembang beberapa aplikasi. Penulis opini di beberapa koran lokal dan media daring nasional serta baru saja menyelesaikan buku terkait isu bonus demografi dengan judul " Daya Ungkit Bonus Demografi Indonesia ". Saat ini sedang mengembangkan aplikasi bonus demografi ( https://www.kitabisa.com/appbonusdemografi ) http://www.ybb.or.id/aplikasi-bonus-demografi/
Ideas

Koperasi Daring & Kaitannya Dengan Pembangunan Inklusif

2019
Koperasi Daring & Kaitannya Dengan Pembangunan Inklusif

Koperasi harus lebih progresif menjawab tantangan zaman dengan merubah model pengembangannya dan ramah teknologi dengan begitu akan ikut berkontribusi dalam pembangunan inklusif

Kaum muda sebagai generasi penerus tongkat estapet tranformasi kemajuan dan peradaban bangsa seperti kehilangan kompas dan teladan bagaimana sesungguhnya berkontribusi nyata dalam pembangunan nasional tanpa kehilangan kultur karakter para nenek moyang dan pendiri bangsa kita. Sebenarnya, bangsa kita memiliki sistem percepatan ekonomi mumpuni yang sangat sesuai dan efektif dengan karakter gotong royong dan kekeluargaan yaitu koperasi, yang di gagas oleh Bung Hatta. Hanya saja, tentu saja perlu akselerasi dalam pengembangannya untuk menjadi pondasi kokoh bagi kaum muda menghadapi tantangan ekonomi skala nasional maupun global. Sayangnya, kesan “kuno dan tua” dari koperasi yang bertebaran di Indonesia belum terlihat berbenah dan lihai berinovasi dengan menjadikan koperasi lebih modern dengan memamfaatkan kemajuan teknologi. Kuncinya ada pada pemanfaatan inovasi teknologi dan model pengembangannya.

Momentum inovasi teknologi yang maju pesat di Indonesia semakin menarik karena bersamaan dengan sebuah kesempatan gigantik bonus demografi. Di mana, terjadi ledakan perubahan struktur penduduk berusia produktif. Berdasarkan data yang di paparkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia ( BPS ) tahun 2028-2030 usia produktif berusia 15- 64 tahun akan ada sekitar 180 juta jiwa dan usia produktif yang tergolong kaum muda berusia 15-34 tahun sekitar 80-90 juta jiwa. Prof. Fasli Jalal,PHd yang pernah menjabat kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) , memaparkan bahwa salah satu memanfaatkan potensi bonus demografi adalah dengan meningkatkan tabungan masyarakat dan di investasikan secara produktif. Koperasi jitu menjawab tantangan tersebut, karena salah satu mamfaat koperasi menyediakan pinjaman modal bagi anggota. Konklusinya, anggota dapat lebih produktif dengan berwirausaha. Dari perspektif prinsip dasar, koperasi juga menumbuhkan semangat kemanusiaan dalam berwirausaha, sehingga tidak semata-mata di gerakkan dengan motif keuntungan. Jika ini terwujud, bukan tidak mungkin, juga akan meminimalisir narasi provokatif di tengah masyarakat yang terlihat terpolarisasi pilihan politik.

Inilah generasi yang jika di berdayakan dengan optimal akan menciptakan sebuah generasi angkatan kerja muda dan produktif yang besar. Kaum muda ini memiliki kesempatan besar memaksimalkan potensi dirinya yang di sebabkan lebih melek akan teknologi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia jelas akan semakin tangguh. Hanya saja di perlukan konsep baru ekonomi dengan cara baru dan revitalisasi model pelayanan atau jasa yang ramah digital.

Dukungan konektivitas internet Indonesia juga telah menjangkau lebih dari 143 juta jiwa, sehingga melahirkan model ekonomi digital yang sangat relevan menjadi daya ungkit kekuatan baru ekonomi bangsa kita . Karena itu , dalam proses sebuah pengembangan ekonomi digital membutuhkan sebuah langkah-langkah progresif agar termanifestasi dalam kemajuan peradaban serta kesejahteraan sebuah bangsa. Bukankah pilar ke-2 pembangunan inklusif adalah pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan ? Mampukah di Indonesia hal tersebut terwujud ?

Potret proses pengembangan digitalisasi dalam pembangunan ekonomi saat ini terlihat belum memadai dan terjadi disorientasi dalam informasi, bagaimana seharusnya kaum muda merespon percepatan perubahan tersebut dan bagaimana lebih bersiap menghadapinya. Belum lagi efek globalisasi cenderung merubah gaya budaya bekerja kaum muda, yang terlihat ingin mencapai sebuah kesuksesan karir atau usaha secara instan. Celakanya, prinsip dasar budaya asli Nusantara seperti gotong royong terkikis oleh individualisme dan materialistis sehingga menciptakan sistem ekonomi kapitalisme. Kita butuh sebuah gerakan revolusioner sekaligus mendorong budaya gotong royong agar tercipta kolaborasi membangun dengan cara lebih kooperatif.

Peluang lebih besar koperasi daring ini lebih cepat terwujud adalah dengan membangun basis koperasi di setiap kampus. Menggalakkan kembali edukasi koperasi yang selama ini terkesan “kuno”. Untuk mengingat kembali berikut lima prinsip dasar koperasi yang mengacu pada Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 5 menjelaskan (1) keanggotaan koperasi bersifat sukarela & terbuka, (2), pengelolaan koperasi di lakukan secara demokratis, (3) Sisa hasil usaha yang merupakan keuntungan dari usaha yang dilakukan di bagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing anggota. (4) Modal di beri balas jasa secara terbatas (5) Koperasi bersifat mandiri.

Dari ke-5 poin prinsip koperasi tersebut tercermin bahwa koperasi bukan hanya perihal jumlah modal atau meraih keuntungan semata, tapi terlebih mendukung serta meningkatkan kesejahteraan anggota dan terpusat pada rapat anggota. Secara gamblang, koperasi memiliki tujuan baik yang berfokus pada kemajuan anggota. Hal tersebut juga di perkuat dalam dua pilar koperasi yang pernah di sampaikan oleh Bung Hatta yaitu solidaritas ( semangat setia bersekutu ) dan individualitas ( kesadaran akan akan harga diri sendiri atau sadar diri ).

Dengan semakin meningkatnya pemahaman dan kesadaran kaum muda  kampus akan pentingnya kolaborasi antar mahasiswa yang saling mendukung ( solidaritas) pada pilar koperasi, akan mendorong mereka menggiring rekannya sehingga menjadi sebuah koperasi berbasis komunitas. Model pengembangan koperasi seperti inilah yang akan lebih progresif meningkatkan produktivitas. Tidak seperti model koperasi mahasiswa ( Kopma ), yang terkesan tidak mampu merubah model pengembangannya dan masih berkutat seputaran stok barang.

Para anggota komunitas koperasi model baru ini akan lebih mudah mengembangkan jenis koperasi baru, misal koperasi yang berkaitan dengan teknologi finansial, di mana dananya bisa bermamfaat untuk membeli buku, laptop, dan berbagai alat pendukung pembelajaran. Harga produk yang di tawarkan pun bisa relatif lebih murah. Bisa juga di kombinasikan dengan  jenis koperasi umum yaitu koperasi konsumen yang memenuhi kebutuhan dasar harian kaum muda seperti sabun, gula, dan lain sebagainya.

Hal ini bisa di lakukan dengan sistem kartu anggota, sehingga produk bisa di ambil di toko atau produsen yang telah bekerjasama, sehingga meminimalkan resiko stok barang yang tertahan dan efisien secara modal. Pola pengembangan koperasi zaman now ini dapat di bentuk dengan program aplikasi yang terintegrasi bersama akun keanggotaan sehingga lebih praktis, mudah di kontrol, dan sistem manajemen laporan lebih transparan.

Jika konsep koperasi daring berkembang di kampus, mamfaat yang akan di rasakan oleh para kaum muda terdidik tidak hanya sekedar memahami mamfaat ekonomi, organisasi, keuangan dalam koperasi tapi juga mengasah kepekaan sosial, memperkuat karakter gotong royong dan mempertajam jiwa kewirausahaan karena telah memahami pola-pola dasar ekonomi yaitu hukum permintaan dan penawaran. Semakin menarik, jika kaum muda ini telah lulus dari cangkang pendidikan kampus, akan terbuka kesempatan untuk menerapkannya lagi di tengah masyarakat. Sebagai bonus, pengembangan akan lebih profesional dan akuntabel karena sebelumnya telah di topang pengalaman koperasi kampus. Pada akhirnya di masa depan, kaum mudalah yang menjadi energi raksasa estafet kebangkitan kemajuan peradaban sebuah bangsa karena memiliki solidaritas “ jiwa koperasi” dalam pembangunan. Pelan tapi pasti, koperasi akan menjadi daya ungkit kaum muda mengikis superioritas sistem ekonomi kapitalisme.

 


Komentar
  • Generic placeholder image
    Lintang Ayu Saputri - 20 Apr 2019 7:14
    Keren... Selama ini justru banyak koperasi kampus yang tidak diketahui mahasiswa. Kalau begitu, untuk siapa koperasi kampus didirikan?
  • Success!
    Failed!
--> -->