• RIZA ANNISA ANGGRAENI
    RIZA ANNISA ANGGRAENI
    Riza Annisa Anggraeni is a researcher in International Relations studies. She is also a constituency member of the global youth for the environment - the United Nations Environment Program. She holds a Bachelor's degree from Universitas Multimedia Nusantara (2014) and a Master's degree from Universitas Padjadjaran (2018). Annisa previously held positions as a journalist at Kompas Gramedia Group. During her master's studies, she completed a fellowship in Asian Community Lectures and Sustainable Global Competitiveness (2016). After she had graduated, she was awarded “The Winner of Outstanding SDGs Concepts” Inaugurated by UN-Habitat Official (2019).
Ideas

Langkah sederhana secara lokal, untuk dampak yang mengglobal.

2019
Langkah sederhana secara lokal, untuk dampak yang mengglobal.

Jadilah manusia yang bernilai, untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Tanpa kita sadari, fungsi kita sebagai manusia yang utuh adalah dengan berinteraksi. Tanpa melakukan interaksi, kita tidak dapat mempelajari sesuatu, dan kita tidak akan mendapatkan hal-hal yang menurut kita berharga. Interaksi dapat kita lakukan dengan berbagai cara. Bagi saya sendiri, interaksi saya lakukan dengan mengikuti beberapa komunitas, dan berpartisipasi dalam proyek anak muda untuk menghasilkan dampak sosial yang positif terhadap masyarakat. 

Mendengar kata 'komunitas' atau 'proyek anak muda', mungkin yang terlintas di benak Anda adalah kata 'relawan'. Menjadi relawan adalah hal yang mudah, kita cukup memiliki ketulusan dan pemikiran yang tidak money oriented, untuk membuat lingkungan kita menjadi lebih baik lagi. Sebagai relawan pada sebuah komunitas dan organisasi, saya membuka diri saya untuk 'diskusi terbuka', 'pemikiran yang luas', 'mengesampingkan rasisme', dan 'prasangka buruk terhadap ras/agama lain.' Untuk itu, menjadi bagian dari sebuah komunitas dan organisasi yang bersifat universal, sangat saya sarankan untuk para generasi muda jaman sekarang, agar kita dapat hidup berdampingan secara harmonis mengingat fokus ideologi kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. 

Pertama kali terjun ke dunia relawan, baru saya lakukan di tahun kemarin, yakni 2018. Awalnya, saya sedikit menyesal untuk keterlambatan tersebut, tetapi saya kemudian sadar, ada hal yang saya fokuskan sebelum terjun membantu masyarakat, yakni pendidikan saya. Setelah mendapat gelar magister Hubungan Internasional, saya pun mulai berpikir bahwa, hidup telah memberi begitu banyak untuk saya, ijazah saya menumpuk, tetapi apa yang telah saya berikan ke kehidupan? Apa yang telah saya berikan ke masyarakat? Belum ada (saat itu), mungkin kali ini, sudah saatnya saya memberikan 'kehidupan' kepada masyarakat. Saya lalu tersadar, bahwa kala itu, saya tidak memiliki bekal apapun untuk masyarakat kecuali keikhlasan. Sebelum melanjutkan pendidikan magister, saya sempat menjadi jurnalis, yang kala itu saya belajar banyak akan perjuangan. Saya lalu menyatukan dua keahlian saya, yakni perjuangan dan keihklasan, yang saya yakini, menjadi satu-satunya cara bagi saya, untuk memberikan dampak positif kepada saudara-saudara saya di luar sana.

Tidak lama setelah wisuda magister, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi relawan di bidang pendidikan pada salah satu komunitas di kota Bandung. Komunitas ini kerap melakukan kegiatan berbagi pendidikan dan kesehatan dengan dasar kebahagiaan di daerah-daerah terpencil Jawa Barat. Tidak ketinggalan pula kala itu ketika Bencana Tsunami terjadi di Banten, komunitas saya berinisiatif untuk membantu para korban bencana, dan akhirnya saya mendapatkan pengalaman paling berharga dalam kehidupan saya selama ini. Terima Kasih untuk komunitas saya, Arsa Bandung.

Tidak lama setelah itu, di awal tahun 2019, saya mendapatkan kesempatan di kancah internasional. Kala itu, saya berinteraksi melalui kegiatan Leadership. Kegiatan Leadership sebenarnya sangat bermanfaat untuk para generasi muda; Pertama, kita pasti akan mengetahui kapasitas diri kita dalam progam Leadership. Kedua, kita akan bertemu dengan beragam kepribadian, yang berasal seluruh dunia, dan mendiskusikan satu topik yang sama, untuk tujuan yang sama. Ketiga, membuka peluang kita secara meluas untuk kolaborasi dalam proyek-proyek yang terfokus pada masalah-masalah isu dunia. Keempat, jalinan pertemanan yang kita dapatkan merupakan satu hal yang berharga, karena kita menemukan saudara kita yang ternyata masih banyak kepedulian terhadap masalah-masalah dunia. 

Dalam program tersebut, saya lalu mendapatkan organisasi baru, yakni "Global Action Ambassador," yang diresmikan oleh UN Habitat Official. Dimana, sebagai Ambassador, kita wajib melakukan advokasi-advokasi terhadap hal-hal yang kita yakini untuk dapat membantu terciptanya Sustainable Development Goals untuk 2030. Saya kemudian memperluas pengetahuan saya untuk berdiskusi dan menjadi bagian dari SDGs Jabar di Bappeda Provinsi Jabar, untuk mengetahui bagaimana penerapan-penerapan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap TPB Indonesia. Hal ini saya perlu dilakukan karena bagaimana mungkin saya melakukan advokasi jika saya tidak melihat kondisi daerah tersebut terlebih dahulu. Untuk itu, terima kasih banyak untuk SDGs Jabar dan Bappeda Provinsi Jabar telah memberikan saya kesempatan untuk memiliki peran terhadap daerah Jabar dalam TPB, semoga kita dapat mencapai 17 goals secara merata sebelum 2030. 

Fokus utama saya, dalam TPB adalah Kualitas Pendidikan (4), Kesetaraan Gender (5), dan Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh (16). Dalam hal ini, saya kemudian mendaftarkan diri pada sebuah komunitas lain di kota Bandung yang berperan terfokus terhadap guru relawan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu dalam mencapai pendidikan mereka. Melihat saya adalah manusia yang beruntung, karena saya wanita, dan saya mampu memiliki pendidikan yang tinggi tanpa diskriminasi dari keluarga dan teman saya. Untuk itu, saya ingin mendorong, menginspirasi, dan memberdayakan untuk para perempuan, terkhusus adik-adik perempuan, agar memiliki kesempatan yang sama seperti saya, yakni terus berkeinginan untuk sekolah. Karena saya yakin, mengedukasi perempuan dapat merubah nasib sebuah negara, karena perempuan bekerja dengan empati yang lebih dari para pria, untuk itu dapat menghasilkan sebuah pemikiran yang dilihat dari seluruh sisi, hingga menghasilkan dampak yang luar biasa. Untuk itu, saya ingin berterima kasih kepada komunitas Matahari Kecil Bandung, karena telah memberikan kesempatan yang berharga ini dan membuka hati saya untuk menjadi bagian dari mimpi anak-anak Indonesia.

Selain menjadi relawan di Indonesia, anugerah yang saya dapatkan dari 'berinteraksi' adalah mendapatkan kesempatan secara internasional untuk berdiri berdampingan bersama pengungsi, yang terfokus pada pengungsi dari negara-negara konflik seperti Middle East. Saya lalu kembali pada, 'Apa mimpi saya? dan Apa tujuan hidup saya?" Jawabannya adalah, trying to achieve equal opportunities and equal rights to everyone such as poor people, disabilities, refugees, and minorities.  Saya percaya, ada kewajiban yang harus saya lakukan atas pertanggung-jawaban saya karena gelar yang telah saya dapatkan yaitu, berdampingan dan berjuang bersama kaum-kaum minoritas. Lalu kemudian, pertanyaan lain timbul, "Apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkan itu?" Dan jawabannya adalah "Stand Together." Karena saya yakin, dengan bersama-sama pada sebuah komunitas atau organisasi, dan mengikuti kegiatan Leadership, akan membuka peluang untuk "Talk Diversity," agar tercipta dampak yang positif pada masyarakat yang memiliki pikiran terbuka dan mengembangkan rasa toleransi terhadap perbedaan. Saya percaya, dengan berinteraksi maka akan membuka peluang diskusi untuk membuat masyarakat sadar bahwa kita hanyalah manusia, kita berkedudukan sama, dan kita harus diperlakukan setara, tanpa diskriminasi terhadap kaum minoritas. Saya rasa ini kunci dari perdamaian yang selama ini ingin kita capai.

Be more valuable human, for a better world, and that change starts locally.


Comment
--> -->