• Akbar Tanjung, SM
    Akbar Tanjung, SM
    Nama lengkap saya Akbar Tanjung, SM. Biasa dipanggil Ajun. Saya lulusan S1 Manajemen Keuangan STIM Nitro Makassar. Profesi saya saat ini sebagai Entrepreneur dan Freelance writer. Berbekal ilmu manajemen keuangan dan hobi menulis mengantarkan saya meraih beberapa prestasi tertinggi, diantaranya The best sociopreneur DSEA 2014, The best creator oleh Bapak Marketing Indonesia dan beberapa penghargaan lainnya. Menyampaikan aspirasi melalui tulisan menjadi salah satu hobi saya. Saya percaya, berawal dari tulisan kita dapat menebar kebaikan dan menjadi orang yang bermanfaat, tidak hanya untuk sesama tapi juga di mata pemilik semesta. Lewat motto "Dreams to plan, plan to action, action to goal…
Ideas

Rumah JAMANNOW “Janda Mandiri, Don’t Worry”

2019
Rumah JAMANNOW “Janda Mandiri, Don’t Worry”

Masalah dan Fakta

Indonesia merupakan negara terbesar keempat setelah Cina, India dan Amerika dengan jumlah penduduk mencapai 265 juta jiwa (BPS, 2018). Besarnya jumlah penduduk di Indonesia mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup tinggi. Namun kenyataannya, besarnya sumber daya manusia tidak diimbangi dengan besarnya kesempatan kerja sehingga mengakibatkan adanya pengangguran.

Tingkat pengangguran Indonesia saat ini terus mengalami penurunan. Pada tahun 2018 tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,34% dari total angkatan kerja. Persentase ini menurun dari tahun sebelumnya sebesar 5,50% dan 5,61% di tahun 2016 (BPS, 2018). Meskipun jumlah pengangguran di Indonesia terus mengalami penurunan, namun jika dilihat dari sisi gender, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dibanding tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki. Seperti pada tahun 2017 dan 2016 persentase partisipasi angkatan kerja laki-laki mencapai 80% dari total angkatan kerja laki-laki. Sementara persentase partisipasi angkatan kerja perempuan hanya berkisar 50% dari total angkatan kerja perempuan.

Rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan berdampak pada jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tradisi atau budaya perempuan Indonesia cenderung mengurus rumah tangga, adanya ketidaksetaraan gender dalam dunia kerja hingga pendidikan perempuan yang rendah. Sebuah studi yang pernah dilakukan oleh Khotimah (2009) juga menyebutkan bahwa faktor sosial budaya turut mempengaruhi partisipasi angkatan kerja perempuan dalam dunia kerja. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa status perkawinan banyak melahirkan pengangguran. Pada umumnya, perempuan yang sudah berumah tangga menggantungkan hidupnya pada suami sehingga ketika mereka bercerai (mati atau hidup) perempuan tersebut berpotensi menjadi pengangguran.

Sebagai contoh, salah satu dusun yang ada di kecamatan Tomoni, kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan terdapat sekitar 20 perempuan yang berstatus single parent (janda) yang menjadi kepala keluarga bagi anak-anaknya. Sebagian dari mereka tidak memiliki pekerjaan. Adapula yang sudah bekerja namun memiliki penghasilan seadanya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan (pengetahuan) yang rendah, kurangnya pelatihan, tidak adanya akses permodalan hingga kesempatan mengeksplore usaha yang terbatas.   

Contoh lain dari keluarga penulis. Berawal dari pengalaman hidup sebagai anak yatim mengharuskan saya menjadi mandiri dan tidak banyak bergantung pada penghasilan ibu, karena status ibu saya pada saat itu sebagai single parent dengan penghasilan yang seadanya. Berbekal pengetahuan di bidang tataboga dan sedikit modal mendorong ibu saya untuk bekerja sebagai tulang punggung bagi anak-anaknya. Jatuh bangun dalam usaha seringkali dialami ibu saya, seperti kurangnya permodalan, kurangnya inovasi hingga kesempatan dalam memasarkan produk yang masih terbatas. Setelah menempuh pendidikan sarjana pada jurusan manajemen keuangan, saya mencoba membantu mengarahkan dan membangkitkan kembali usaha ibu saya yang sempat tertidur selama beberapa tahun.

Dari pengalaman itu, saya menilai bahwa pengetahuan yang minium, akses permodalan yang kurang hingga kesempatan memasarkan produk yang terbatas menjadi penghambat bagi suatu usaha untuk berkembang seperti apa yang telah dialami ibu saya. Saya yakin bukan hanya ibu saya yang mengalami hal demikian tapi masih banyak wanita single parent di luar sana yang ingin bekerja namun mengalami keterbatasan, baik dalam aspek pengetahuan, pelatihan, permodalan maupun kesempatan.

Dari permasalahan di atas dan pengalaman hidup penulis, maka perlu adanya suatu terobosan baru dalam mengurangi angka pengangguran khususnya bagi single parent atau janda. Olehnya itu, penulis menawarkan satu ide yaitu RUMAH JAMANNOW.

Solusi dan Implementasi

Rumah JAMANNOW merupakan wadah bagi para janda untuk memperoleh akses pendidikan, pelatihan, permodalan dan kesempatan (P3K) untuk merintis atau mengembangkan suatu usaha. Selain mengurangi pengangguran, tujuan dari Rumah JAMANNOW adalah menciptakan kemandirian ekonomi bagi para janda. Makna dari label Rumah JAMANNOW yaitu Rumah sebagai wadah dan JAMANNOW singkatan dari Janda Mandiri Don’t Worry yang mengandung filosofi bahwa Janda harus hidup mandiri tanpa khawatir dengan keberlangsungan hidup keluarganya termasuk menafkahi anak-anaknya.

Rumah JAMANNOW memiliki 4 fokus utama yaitu pendidikan, pelatihan, permodalan dan kesempatan atau yang disingkat P3K.

1. PENDIDIKAN diberikan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para janda mengenai dunia kewirausahaan mulai dari produksi barang dan jasa, cara mengelola keuangan, ilmu pemasaran hingga pegetahuan seputar industri digitalisasi. Pendidikan diberikan agar para janda memiliki bekal dan mampu berinovasi.

2. PELATIHAN diberikan dengan tujuan melatih para janda dalam mengelola usahanya. Pendidikan hanya sebatas teori, sementara pelatihan, para janda dilatih secara langsung seperti pembuatan produk, bagaimana menggunakan peralatan produksi, hingga cara memanfaatkan market place untuk promosi produk.

3. PERMODALAN diberikan dengan tujuan agar para janda mendapat akses keuangan untuk memulai atau mengembangkan usahanya. Di sini, para janda akan terhubung dengan para investor, lembaga keuangan dan pihak terkait.

4. KESEMPATAN diberikan dengan tujuan membuka market yang sebesar-besarnya bagi para janda untuk memasarkan produknya seperti mempermudah ijin usaha dan sertifikasi produk, hak paten, menambah pasar tradisional, membuka pameran dan festival, pemberian penghargaan dan lain sebagainya.

Pendidikan, pelatihan, permodalan dan kesempatan (P3K) dapat dikembangkan melalui platform Rumah JAMANNOW. Sehingga penulis menyadari, bahwa wadah tersebut perlu diimplementasikan. Implementasi Rumah JAMANNOW melibatkan perangkat desa, pemerintah daerah dan lembaga keuangan.

Peran pihak tersebut dimulai dari perangkat dusun atau desa setempat yang bertugas mendata masyarakat yang berstatus janda, baik yang belum memiliki usaha maupun yang ingin mengembangkan usahanya. Di samping itu, perangkat desa berperan dalam menyediakan fasilitas seperti rumah sebagai tempat terlaksananya program, pemateri atau pelatih, bahan produksi, dan lain-lain. Secara rutin perangkat desa memberikan pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya, perangkat desa bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membantu para janda dalam mendapatkan izin usaha, PIRT, dan sebagainya. Pemerintah daerah juga memiliki peran dalam memperluas akses pasar tradisional dan pasar modern (seperti indomaret dan alfamart) agar usaha para janda memiliki pangsa pasar.

Selian itu, perangkat desa juga bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada di desa seperti bank dan koperasi dalam mempermudah para janda untuk mendapatkan akses permodalan. Dengan kolaborasi antara perangkat desa, pemerintah daerah dan lembaga keuangan, maka Rumah JAMANNOW dapat terealisasi dengan baik.

Sebagai kesimpulan, Rumah JAMANNOW diharapkan mampu menjadi satu terobosan di setiap desa dalam rangka mengurangi pengangguran khususnya bagi para janda. Dengan demikian, para janda dapat mencapai kemandirian ekonomi serta mampu menjadi penggerak perekonomian di desa. Penulis percaya, dimulai dari desa dan memberdayakan wanita singleparent adalah suatu kemuliaan. Kodrat wanita bukan hanya menstruasi, melahirkan dan menyusui tapi setiap wanita memiliki hak untuk berkarya dan hidup mandiri.


Comment
--> -->