Kinerja Industri Anjlok saat Pandemi, Kemenperin: Sangat Menyedihkan

08 September 2020

Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih mengungkapkan kinerja industri non-migas sangat menyedihkan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Di kuartal II-2020, Kemenperin mencatat pertumbuhan industri non migas minus 5,74%.

"Saya ingin kasih tahu sedikit mengenai kinerja industri non-migas. Kita tahu ini sangat menyedihkan, turunnya sangat drastis, menjadi minus 5,74%," ungkap Gati dalam webinar IDF Bappenas, Selasa (8/9/2020).

Gati mengatakan, hanya segelintir sektor yang mengalami pertumbuhan di tengah pandemi ini, antara lain industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh 8,65% di kuartal II-2020, industri logam dasar 2,76%, dan industri makanan dan minuman 0,22%.

"Yang positif tumbuh hanya kimia, farmasi, dan obat tradisional, kemudian logam dasar, lalu industri makanan dan minuman," tuturnya.

Ia melanjutkan, industri logam dasar mengalami pertumbuhan positif, dan juga memperoleh investasi terbesar yakni Rp 45,21 triliun selama periode Januari-Juni 2020. Namun, kondisi itu tak ikut mengerek industri otomotif,

"Investasi di industri logam dasar, barang logam bukan mesin, Rp 45,21 triliun. Lalu industri makanan, kimia dan farmasi. Memang kalau kita lihat di masa pandemi ini orang banyak makan dan menggunakan kimia. Yang lebih menarik lagi, kenapa logam dasar dan logam bukan mesin ini naik, tapi industri otomotif tidak terpengaruh oleh itu," paparnya.

Menurutnya, memang industri otomotif terutama pelaku IKM sangat tertekan dengan adanya pandemi ini.

"Tanyain Bu Ocha (Ketua Umum Perkumpulan IKM Komponen Otomotif) deh, pasti beliau sudah pusing banget sebagai pelaku IKM, apa lagi benar-benar sektor yang terdampak, yaitu otomotif. Karena industri otomotif penjualannya turun, pasti berdampak pada IKM-nya," jelas dia.

Berdasarkan data yang diterimanya dari Pemda 34 provinsi, pada awal Juni 2020 sebanyak 1 juta Industri Kecil dan Menengah (IKM) terdampak pandemi, yang otomatis juga berdampak pada tenaga kerjanya.

"Kami bikin pendataan bersama kepala dinas di 34 provinsi, awal Juni itu 1 jutaan IKM yang terdampak. Tenaga kerjanya kami tidak hitung. Hari ini saya dapat info 2 juta tenaga kerja," urainya.

Oleh sebab itu, Gati mengatakan langkah utama yang harus dilakukan para pelaku sektor industri, terutama IKM harus melakukan efisiensi dalam segala kegiatan usahanya, kreatif, dan inovatif.

"Teman-teman harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini, bagaimana tetap berproduksi tapi menjalankan protokol kesehatan. Ini menjadi beban besar bagi IKM, karena resource-nya nggak semudah industri besar untuk menyesuaikan diri," katanya.

Sumber: Detik.com

Reporter: Vadhia Lidyana


--> -->