Abstraksi
Yang muda, Yang berbisnis Cri Krishna Silalahi Wahana Visi Indonesia, Indonesia Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, 2016, ada 2,742,805 Pencari Kerja Tersedia lulusan SMK se Indonesia yang bersaing untuk memperebutkan 221 lowongan pekerjaan yang tersedia di 578 perusahaan yang terdaftar di dunia industri. Angka-angka tersebut menunjukkan kepada kita bahwa jumlah lowongan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja. Kenyataan ini membuat wirausaha menjadi alternatif pilihan yang paling menjanjikan untuk kehidupan yang akan datang. Sayangnya pilihan menjadi wirausaha ini belum begitu banyak tumbuh di kalangan generasi muda kita. Terlebih lagi, orang tua pada umumnya lebih suka bila anak mereka mencari pekerjaan menjadi CPNS atau karyawan di perusahaan swasta setelah menyelesaikan pendidikan dibandingkan menjadi wirausahawan. Wahana Visi Indonesia melalui Youth Entrepreneur Project bekerja sama dengan 4 Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur dan Jakarta Utara berupaya meningkatkan minat wirausaha di kalangan kaum muda berusia 15-18 tahun dengan melakukan rangkaian kegiatan yang dimulai dengan seminar motivasi dimana kaum muda dibukakan matanya untuk melihat wirausaha sebagai alternatif pilihan masa depan yang menjanjikan. Dilanjutkan dengan pelatihan entrepreneur yang disebut dengan kelas juragan dimana kaum muda dimampukan untuk membuat proposal bisnis yang potensial menguntungkan. Setelah itu, akan diberikan stimulan usaha bagi kaum muda yang proposal bisnisnya potensial menguntungkan berdasarkan analisa kelayakan usaha. Kemudian dilakukan monitoring terhadap usaha yang dijalankan kaum muda tersebut selama 3-6 bulan dengan melihat omset penjualan dan keuntungannya. Bagi kaum muda dengan omset dan keuntungan tertinggi (3 besar) serta rutin menjalankan usahanya akan mendapat apreasiasi/hadiah berupa tambahan modal usaha untuk menambah semangat. Dari 956 kaum muda (419 lelaki dan 537 perempuan) yang mengikuti seminar motivasi wirausaha, ada 378 anak muda atau sebesar 40% (106 lelaki dan 272 perempuan) yang tertarik untuk mengikuti kelas juragan, dan ada 105 di antaranya atau sebesar 28% (33 lelaki dan 72 perempuan) yang lulus (berhasil menyelesaikan simulasi bisnis selama 3 bulan dan mengembalikan modal yang dipinjam untuk memulai usaha tsb. Pendapatan yang mereka hasilkan dari usaha itu mereka pakai untuk membantu keuangan keluarga, atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi (kuliah). Selama mengikuti proyek wirausaha muda (Youth Entrepreneur Project), ada peningkatan kecerdasan emosional yang terjadi. Pada pemetaan kecerdasan emosional di awal proyek (self assessment- EQ test), peserta memiliki kelemahan dalam mengelola diri (self management) dan keperdulian social (social awareness) yang menyangkut rasa percaya diri, kedisplinan, keperdulian kepada orang lain, pengambilan keputusan, dan mengelola emosi namun setelah mengikuti program kewirausahaan terjadi perubahan yaitu sbb: 1. Rasa percaya diri meningkat 2. Kedisiplinan meningkat 3. Keberanian meningkat 4. Rasa tanggung jawab meningkat 5. Kemampuan mengelola emosi meningkat 6. Keperdulian pada orang lain meningkat Selama 3 (tiga) tahun implementasi proyek, tantangan terbesar yang dihadapi adalah sbb: 1. Mengatur jadwal kegiatan mengingat kesibukan anak-anak di sekolah seperti PKL dan kegiatan ekskul lainnya. 2. Monitoring keberlanjutan usaha setelah anak menyelesaikan sekolahnya. 3. Jumlah partisipan program yang sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada di SMK Untuk implementasi ke depan, berikut adalah rekomendasi perbaikan yang 1. Menjadikan program wirausaha muda (Youth Entrepreneur) menjadi salah satu kegiatan ekskul yang bisa dipilih siswa SMK. 2. Membangun system monitoring monitoring berbasis teknologi. 3. Melakukan peer education dari peserta yang berhasil menjalankan usaha dari program sebelumnya kepada peserta yang baru bergabung. Diharapkan dengan perbaikan dalam implementasi berdasarkan rekomendasi tersebut di atas maka jumlah anak muda yang menjadi wirausaha atau entrepreneur semakin meningkat sampai 2x lipat (mencapai angka 60% dari 28%). Diharapkan ke depan program serupa bisa meningkatkan angka pengusaha muda di Indonesia yang masih sedikit masih di kisaran 2-3% (sumber: HIPMI, 2018) dan Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi untuk pembangunan Indonesia. Catatan: 3 dari 4 SMK dampingan sekarang sudah menjalankan kelas wirausaha mudanya secara mandiri.