• Abdillah Barkah
    Abdillah Barkah
    Mahasiswa aktif salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang Selatan, Politeknik Swadharma. Saat ini menjadi Mahasiswa Jurusan Akuntansi pegiat Literasi Sejarah, Pers Mahasiswa dan aktivitas Kerelawanan yang fokus pada isu kesenjangan sosial dan ekonomi di wilayah kota dan pedesaan dengan membawa isu krisis sandang. Memasuki usia 22 tahun, sudah 3 tahun pula terjun di dunia Kerelawan bersama Yayasan Outlet Dhuafa The Street Store Indonesia, ajak masyarakat berdonasi Sandang dengan BONGKAR - RAPIHKAN - SEDEKAHKAN.
Ideas

Kesetaraan Sandang Sebagai Upaya Atasi Kesenjangan di Indonesia

2018
Kesetaraan Sandang Sebagai Upaya Atasi Kesenjangan di Indonesia

September 2016, dikutip dari beritagar.id Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan bahwa selama 71 tahun Indonesia merdeka, baru menyanggupi kebutuhan Sandang ketimbang Pangan dan Papan. Demikian pula dijelaskan dari Tempo.co menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pada Februari 2017 sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 Indonesia baru mencukupi satu kebutuhan, yaitu Sandang.

Ungkapan dari kedua tokoh pemerintahan diatas menjelaskan, bahwa masalah sandang di Indonesia bukan lagi masalah yang serius. Bisa jadi dibenarkan, sebab menurut finansial.bisnis.com pertumbuhan konsumsi pada kuartal I/2018 meningkat tipis dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh penjualan eceran sandang yang tumbuh 8,83%. Bila dirunut dengan kacamata ekonomi yang lebih luas, tanpa melihat data, dapat kita perhatikan. Semakin banyak masyarakat mendapatkan akses tidak terhingga untuk mendapatkan pakaian yang hendak dipakainya esok hari. Hingga satu saat nanti, ungkapan berbelanja sandang satu tahun sekali hanya saat lebaran hari raya tidak ditemukan kembali.

Sedikit tentang Yayasan Outlet Dhuafa, Yayasan Sosial yang menggandeng Gerakan Internasional, The Street Store, melihat masalah sandang tidak hanya dengan kacamata ekonomi yang lebih luas, namun juga melihat melalui kacamata ekonomi yang lebih sempit dan detail juga tidak tertinggal melalui kacamata sosial dan budaya. Walau belum sampai tahap penelitian dan pencarian data, Yayasan Outlet Dhuafa The Street Store Indonesia telah menjangkau lebih dari 30 daerah di seluruh Indonesia sejak 2015 pendirian organisasi. Melihat langsung ke tempat yang disebut pemerintah Daerah Tertinggal, masalah sandang justru masih menjadi masalah yang serius.

Utamanya berkaitan dengan masalah Kesenjangan Sosial dan Budaya. Mari dianalogikan bersama. Kebutuhan utama masyarakat adalah Pangan. Katadata.co.id dalam Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras tahun 2010 - 2015, konsumsi beras Indonesia mencapai 33,3 Juta Ton dengan Produksi Beras 43,9 Juta Ton. Demikian, masih terdapat masyarakat yang kesulitan mendapatkan beras dengan harga terjangkau di tahun yang sama. Bagaimana 2018? Anda bisa bayangkan atau rasakan sendiri.

Klaim data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) September 2017, masih ada 26.58 Juta Masyarakat Kurang Mampu (Miskin), kurang mampu beli beras, apalagi beli sandang. Kok bisa? Tambahan dari BPS "Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan". Kembali ke Sandang. Dari segi ekonomi, masyarakat masih banyak belum mampu memenuhi pangan, sedangkan tidak ada dipikirkan sandang apa yang akan dipakainya nanti. Alhasil, masyarakat kurang mampu akan memfokuskan pemenuhan kebutuhan pangan daripada sandang. Sandang yang tidak layak pakai, jamak ditemui di perkotaan, daerah - daerah di luar pulau jawa, bahkan Daerah Tertinggal. Sandang tidak layak pakai dalam kategori kami, pakaian yang sudah lusuh, kumel, pudar warnanya dan tidak lagi terlihat baru dan benar - benar tidak layak dipakai kembali. Karenanya, dengan mudah didapati, terdapat kesenjangan sosial yang sangat tinggi dari model berpakaian antara daerah terutama Daerah Tertinggal dengan daerah yang lebih maju. Walau di kota - kota besar luar pulau jawa, pusat komersial atau pusat perdagangan mulai menjamur, tetap belum mampu menjangkau Daerah Tertinggal atau Daerah Perbatasan.

Kesenjangan Sosial ini menimbulkan permasalah sosial yang cukup serius. Yayasan Outlet Dhuafa The Street Store Indonesia, melalui penyaluran-sandang-nya ke daerah - daerah yang bahkan hanya pinggiran perkotaan saja, bagaimana mode berpakaian dan tren berpakaian yang berbeda terlihat jelas tampak perbedaan yang menjulang tinggi ke bawah, antara daerah pinggiran dengan perkotaan. Lantas, bagaimana Daerah Tertinggal mampu memenuhi kebutuhan sandang sehingga timbul kesetaraan sosial (Tren dan Mode Berpakaian) dengan daerah - daerah besar lainnya, sehingga tidak ada lagi ungkapan Daerah Tertinggal melekatnya termasuk Daerah Perbatasan?

Kesetaraan Sandang yang dimaksud, Sandang yang digunakan sehari - hari digunakan oleh masyarakat kurang mampu sama layak pakainya dengan sandang yang dipergunakan oleh masyarakat perkotaan dan sekitarnya sesuai dengan Tren Fesyen dan Mode yang tengah berkembang. Dukungan terhadap Kesetaraan Sandang ternyata banyak didukung oleh masyarakat. Baik personal maupun melalui Yayasan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Yayasan Outlet Dhuafa The Street Store Indonesia, dibantu berbagai jaringan LSM, Corporate Social Responsbility (CSR) berbagai perusahaan nasional dan multi-nasional, juga mendapat bantuan langsung dari pemerintah melalui Kementerian Sosial RI dengan program The Street Store On The Bus telah menyalurkan sekitar 19.500 Penerima Manfaat dengan total sandang layak pakai yang disalurkan sebanyak 85.000 Sandang Layak Pakai.

Angka 19.500 tidak ada apa - apa dibandingkan dengan 26.58 Juta Masyarakat Kurang Mampu di Indonesia. Maka itu, dalam upaya meningkatkan Kesetaraan Sandang Sebagai Upaya Atasi Kesenjangan di Indonesia, penulis ingin menyampaikan beberapa solusi :

1. Bangun Pusat Penyediaan Sandang Gratis atau Murah dan Layak Pakai

Bisa dilakukan dengan pengadaan pasar murah atau gratis sandang layak pakai sehingga masyarakat Daerah Tertinggal dan kurang mampu dapat memenuhi kebutuhan sandang dengan seimbang dengan kebutuhan pangan.

2. Jadikan Program Peningkatan Kesetaraan Sandang Sebagai Upaya Mengatasi Kesenjangan di Indonesia

Melalui program ini, pemerintah dapat membuat rekomendasi - rekomendasi terkait Upaya Peningkatan Kesetaraan Sandang. Contohnya, membuat rekomendasi kepada Perusahaan Nasional dan Multi - Nasional untuk mendukung Kesetaraan Sandang dalam bentuk Partisipasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Masyarakat.

3. Kolaborasi dengan Komunitas, Organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI telah memberikan dukungan berupa kerjasama kegiatan bersama Yayasan Outlet Dhuafa The Street Store Indonesia dalam beberapa kesempatan penyaluran sandang ke Daerah Tertinggal dan Daerah dengan tingkat kesenjangan yang tinggi di Indonesia. Namun, karena isu Kesetaraan Sandang belum menjadi perhatian pemerintah, sejauh ini bentuk kolaborasi dengan pemerintah hanya dilakukan di saat tertentu. Kolaborasi dengan Komunitas, Organisasi dan LSM dapat memberikan bantuan dari masyarakat kepada pemerintah dalam mendukung Kesetaraan Sandang di Indonesia.

4. Mengajak Para Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Jasa Penyedia Kebutuhan Sandang untuk Membantu Atasi Kesenjangan dengan Peningkatan Keseteraan Sandang

Para pengusaha UMKM mulai jamak ditemui. Baik dibuka melalui Kios/Ruko atau Media Sosial (Medsos). Upaya masyarakat meningkatkan kesejahteraan dirinya sangat besar belakangan, anak - anak muda memulai usaha menjual pakaian atau endorsement sudah menjamur. Bukankah para pengusaha muda ini adalah pelaku UMKM?

Peran Masyarakat yang tinggi dalam Peningkatan Kesetaraan Sandang tidak dapat dibantah. Sebanyak 85.000 Sandang Layak Pakai sebagian besar berasal dari partisipasi donasi masyarakat. Demikian, Sandang tersebut memang merupakan sandang bekas namun layak pakai, tetapi apa jadinya, bila penyaluran sandang berupa pakaian baru? Tentu akan mempercepat upaya Peningkatan Kesetaraan Sandang. Karenanya, para pelaku UMKM Jasa Penyedia Kebutuhan Sandang juga dapat diikutsertakan sebagai partisipan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Meski, saat ini yang penulis lihat, bentuk partisipasi UMKM lebih banyak pada program peningkatan kualitas personal (Pelatihan dan Himbauan), namun program penyaluran produk secara gratis kepada penerima manfaat belum sampai.


Komentar
--> -->