Abstraksi
Aspek terakhir SDGs (Sustainable Development Goals) bertujuan memperkuat sarana pelaksanaan kemitraan global untuk pengembangan kebijakan berkelanjutan. Pada tingkat daerah, kebijakan dikembangkan untuk mengatasi berbagai tantangan seperti permasalahan gizi. Kabupaten Sumbawa Barat memiliki potensi sumber pangan lokal bergizi yang melimpah yakni kelor. Namun, kelor belum terberdayakan dengan baik untuk meningkatkan status gizi masyarakat. Survey yang dilakukan Tim Pencerah Nusantara, gerakan bidang kesehatan dan kepemudaan dengan mengirimkan tim kesehatan ke daerah terpinggirkan Indonesia, menunjukkan terdapat gizi kurang (19,3%) dan gizi buruk (5,2%) pada balita di Kecamatan Pototano pada tahun 2016. Pendampingan dilakukan kepada Puskesmas Pototano untuk mengganti PMT (Pemberian Makanan Tambahan) di posyandu dari makanan kemasan berpengawet menjadi makanan bergizi berbahan dasar kelor. Advokasi dilakukan kepada Camat dan seluruh kepala desa melalui pertemuan lintas sektor dengan hasil kesepakatan PMT berbasis kelor (kelorisasi) serentak di posyandu seluruh desa. Potensi kelorisasi disampaikan Camat melalui Forum “Pengajian Bupati” yang dihadiri seluruh SKPD, Pemerintah Lokal, dan masyarakat. Inovasi ini diekskalasi Bappeda menjadi bagian Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah (RAPGD), diatur dalam Peraturan Bupati No. 80 Tahun 2017 tentang Pelestarian Kelor. Pemerintah Daerah melibatkan Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dinas Pertanian, dan TP PKK Kabupaten. Penguatan kemitraan lintas sektor berbasis potensi lokal ini memberikan kontribusi positif dalam penurunan gizi kurang menjadi 9% dan 0% untuk gizi buruk pada awal tahun 2018. Tidak hanya perubahan dalam perbaikan gizi masyarakat, saat ini inovasi olahan kelor yang terus dikembangkan oleh TP PKK menjadi salah satu produk unggulan Usaha Masyarakat Kecil Menengah (UMKM) yang diharapkan meningkatkan ekonomi masyarakat.