Abstraksi
Masalah: Jawa barat merupakan salah satu dari 6 provinsi prioritas penanganan gizi buruk. Kabupaten Cirebon menjadi penyumbang gizi buruk di Jawa Barat dengan 275 kasus. Di kecamatan Losari, Cirebon, ditemukan 24 balita gizi buruk,260 balita gizi kurang, dan 9.1% balita stunting. Salah satu upaya peningkatan dan pemantauan gizi anak adalah melalui Posyandu. Ironisnya,posyandu di Kecamatan Losari belum optimal. Pencerah Nusantara melakukan program peningkatan kualitas pelayanan posyandu melalui Revitalisasi Posyandu. Program ini bertujuan mengoptimalkan kerjasama lintas sektor dalam kualitas pelayanan gizi dan kesehatan anak di Posyandu. Metodologi Program Revitalisasi posyandu dilaksanakan di 6 desa Kecamatan Losari. Program ini menggunakan pendekatan Supply and enabling environment (SED). Penguatan supply melalui pelatihan kader posyandu dan penyediaan materi edukasi kader. Enabling environment melalui pemetaan aktor lokal yang mendukung pengelolaan posyandu, advokasi isu gizi dan posyandu dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), dan advokasi dana desa untuk posyandu dan kesehatan. Hasil Dalam 2 tahun pelaksanaan program, peningkatan partisipasi masyarakat ke Posyandu (D/S) naik 10%. Selain itu, 74% Posyandu meningkat stratanya menjadi posyandu madya dan adanya penambahan jumlah kader di 6 Desa. Pendekatan enabling environment menghasilkan pemanfaatan dana desa untuk pelatihan kader terkait sistem 5 meja dan 9 langkah penimbangan. Implikasi. Program revitalisasi posyandu berhasil meningkatkan peran dan koordinasi lintas sektor dalam peningkatan pelayanan Posyandu dan penanganan balita gizi kurang dan gizi buruk. Implikasi dari program ini adalah pemberian PMT khusus gizi kurang dan buruk di Posyandu dan pelayanan kunjungan rumah oleh kader. Pengukuran status gizi (PSG) mengalami peningkatan pengan adanya pengukutan panjang badan (PB) untuk memonitor stunting