Abstraksi
Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya sumber daya kesenian. Namun, potensi tersebut belum maksimal dimanfaatkan sebagai penggerak pertumbuhan wilayah, terutama di wilayah Indonesia bagian timur dan perbatasan negara. Studi ini bertujuan mengembangkan kerangka konsep pembangunan klaster seniman dan perusahaan kesenian (Artpolis) sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis isi. Studi kasus empiris dalam studi ini antara lain klaster seniman dan perusahaan kesenian yang telah tumbuh di Kota Bandung dan Kota Bandar Lampung. Pengalaman baik dari studi kasus tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi pengembangan pusat pertumbuhan baru di Indonesia di bagian timur dan perbatasan negara yang memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya kesenian etnik yang dapat diintegrasikan dengan kegitan pariwisata alam. Studi ini menemukan bahwa seniman dan perusahaan kesenian sebagai pelaku utama dalam ekonomi kreatif mengklaster di suatu kawasan membentuk pusat pertumbuhan wilayah dengan sektor penggerak (purpolsive industry) berupa kesenian. Pusat-pusat pertumbuhan tersebut membentuk suatu ekosistem inovasi kesenian yang berhirarki. Studi ini mengungkap bahwa bentuk klaster seniman dan perusahaan kesenian yang terbentuk adalah klaster jejaring sosial. Kegiatan di dalam klaster seniman terbukti telah memberikan efek pengganda terhadap munculnya kegiatan ekonomi lain di sekitar kawasan seperti perdagangan, perhotelan, telekomunikasi, dan transportasi. Namun, efek pengganda yang dihasilkan saat ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan potensi besar yang dimiliki sektor tersebut. Oleh karena itu, pembangunan Artpolis perlu dilakukan dengan inisiatif dapat berasal dari perguruan tinggi, badan usaha, dan Pemerintah. Konsep Artpolis, strategi dan rencana aksi percepatan pembangunannya diuraikan dalam studi ini.