Abstraksi
Makalah ini menjelaskan tentang dampak dari kebijakan pemerintah Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur tentang pemilikan ijazah SMA sederajat sebagai prasyarat pernikahan bagi pemuda setempat. Desa Ngadisari merupakan salah satu desa penyangga kawasan konservasi yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Lokasi yang strategis memungkinkan Desa Ngadisari beserta penduduknya terlibat dalam pusaran industri pariwisata berkelas internasional yaitu Gunung Bromo. Meskipun penduduk Desa Ngadisari mengaku masih aktif menjalankan usaha tani hortikultura, nampaknya usaha itu telah diduakan dengan mulai alih pekerjaan ke usaha wisata seperti persewaan vila, hardtop, ojek kuda dan perdagangan sektor informal. Sumber pendapatan dari pertanian dan pariwisata mampu mengentaskan tingkat pendapatan penduduknya sehingga desa ini terkenal sebagai desa yang paling makmur di antara desa-desa sekawasan Pegunungan Tengger. Peningkatan pendapatan penduduk memang diinvestasikan pada modal ekonomi tetapi sangat kurang untuk diinvestasikan pada modal manusia yaitu pendidikan formal. Sebagian besar penduduk Desa Ngadisari menganggap pendidikan formal tidak terlalu penting karena tidak sekolahpun mereka bisa mencari nafkah dan mengumpulkan kekayaan. Pemikiran semacam ini juga sempat menjangkiti generasi muda yang terbukti dengan banyaknya anak-anak yang lulus SMP selanjutnya bekerja atau menikah. Situasi ini menimbulkan keprihatinan dari salah seorang tokoh adat yang memiliki kemampuan sebagai agent of change. Saat agent of change ini menjabat sebagai kepala desa maka dibuatlah kebijakan yang mengatur tentang kepemilikan ijazah SMA sederajat sebagai prasyarat mengurus perkawinan. Kebijakan ini secara eksplisit mampu mencegah pernikahan dini dan secara implisit mengandung visi untuk meningkatkan kualitas modal manusia. Outcome dari kebijakan ini sudah mulai dirasakan yaitu munculnya pemuda-pemuda yang mampu merintis usaha dengan memanfaatkan potensi lokal dan memiliki kesadaran untuk terlibat aktif dalam pembangunan desa.