• Dina Sartika
    Dina Sartika
    Asisten Professor di Bidang Human Resource Management. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Bandung.
Papers

Kolaborasi Penta Helix pada Sistem Pendidikan dan Pelatihan Vokasi (TVET) di Indonesia untuk Menciptakan Pasar Tenaga Kerja Profesional

2019

Abstraksi

Revolusi Industri 4.0 adalah upaya transformasi untuk meningkatkan efisiensi pada setiap rantai nilai dengan mengintegrasikan kemampuan digital dan lini produksi di industri. Implementasinya ditandai dengan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine dan human-to-machine, artificial intelligence, dan pengembangan teknologi berkelanjutan pada industri. Kondisi ini tak dapat dihindarkan, tetapi harus disambut dengan mempersiapkan diri semaksimal mungkin guna menghadapi era tersebut. Implementasi Revolusi Industri 4.0 tersebut membutuhkan keterampilan baru sehingga penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kompetensi sesuai dengan pengembangan teknologi menjadi sebuah keharusan. Berdasarkan kajian perencanaan kebutuhan tenaga kerja sektor industri, Indonesia membutuhkan tambahan 600 ribu orang setiap tahunnya pada periode 2017-2020. Namun, jumlah pengangguran terbuka selama 2015–2017 sebanyak 7,02 juta orang. Padahal, untuk dapat memenangkan era persaingan saat ini, diperlukan SDM yang adaptif dan antisipatif terhadap perubahan di sektor industri. Di sisi lain, peningkatan kemampuan dan keterampilan calon tenaga kerja industri merupakan salah satu tanggung jawab dunia pendidikan karena pendidikan merupakan bagian integral dari proses penyiapan SDM berkualitas dan berdaya saing. Melalui pendidikan, akan lahir tenaga kerja-tenaga kerja berkualitas sehingga industri lebih produktif dan siap bersaing. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mempersiapkan SDM tersebut adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah pendidikan vokasi berbasis kompetensi yang link and match dengan industri. Pendidikan yang dapat mencetak tenaga kerja dengan keterampilan khusus sesuai kebutuhan pada masing-masing industri. Pengembangan pendidikan vokasi menjadi salah satu upaya untuk melahirkan SDM yang kompeten di bidangnya, sebagai syarat mutlak terselenggaranya industri yang mandiri dan berdaya saing. Pendidikan dan pelatihan teknis dan vokasi (TVET) adalah investasi penting untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk angkatan kerja yang baru. Upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa generasi angkatan kerja berikutnya memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja. Namun, sistem TVET Indonesia masih belum memadai kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari proses pengajaran dan pembelajaran yang belum efektif dan efisien, dan keterampilan yang diajarkan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan industri. Di sisi lain, faktor pendanaan juga menjadi pertimbangan penting. Pemerintah masih belum mampu untuk mendanai dan mengelola TVET dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan angkatan kerja Indonesia. Masalah lain terjadi di dunia kerja. Tak jarang lulusan pendidikan vokasi masih dipandang sebelah mata. Upah yang didapat dari seorang lulusan vokasi kadang lebih rendah daripada upah lulusan program Sarjana. Permasalahan lain yang timbul dalam pengembangan program vokasi adalah meningkatnya jumlah pengangguran dari angkatan kerja lulusan vokasi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa pengangguran dari angkatan kerja lulusan program diploma atau vokasi menunjukan kenaikan. Pada Februari 2014 misalnya, angka pengangguran tercatat sebanyak 195.258 orang. Kemudian per Februari 2015 angka pengangguran meningkat cukup banyak menjadi 254.312 orang. Sementara pada Februari 2016, jumlahnya menurun sedikit menjadi 249.362 orang. Terakhir pada Februari 2017, angka penganggurangan hampir sama dengan tahun lalu namun cenderung naik sebesar 249.705. Atas dasar itulah, pada rapat terbatas tentang pendidikan vokasi yang digelar 16 November 2017, Presiden Joko Widodo menyampaikan perlunya terobosan dan perubahan mendasar di bidang pendidikan vokasi. Untuk mengembangkan sistem TVET yang dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja masa depan maka harus melibatkan seluruh elemen masyarakat maupun lembaga terkait untuk berkolaborasi secara sinergis. Model kolaborasi yang dapat diterapkan dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan vokasi yaitu Penta helix. Penta helix (Lindmark, Sturesson & Roos, 2009) merupakan strategi kolaborasi dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga-lembaga non-profit dalam rangka mewujudkan inovasi. Kelima lembaga tersebut antara lain: akademisi, industri, pemerintah, asosiasi/komunitas, serta media. Melalui kolaborasi sinergis antar lembaga tersebut diharapkan terwujud suatu inovasi dalam mengembangkan dan mengelola sistem TVET di Indonesia agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing. Makalah ini disusun untuk menjawab rumusan masalah antara lain: (1). Bagaimana mengintegrasikan seluruh elemen Penta helix (akademisi, industri, pemerintah, asosiasi/komunitas, serta media) dalam mengembangkan dan mengelola system TVET yang efektif? (2). Bagaimana peran masing-masing elemen Penta helix dalam rangka meningkatkan daya saing lulusan TVET di Indonesia? Metode penelitian yang digunakan adalah explorative study dengan mengumpulkan data melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh elemen Penta helix antara lain akademisi, industri, pemerintah, asosiasi/komunitas, dan media. Data berupa transkrip FGD akan diolah dengan software Leximancer untuk dilakukan analisis secara kualitatif. Hasil dari peneitian ini diharapkan mampu menjawab rumusan masalah yang ada sehingga dapat diketahui pola integrasi elemen Penta helix dalam pendidikan vokasi di Indonesia guna mengembangkan dan mengelola system TVET yang efektif. Sehingga dapat dipetakan pula peran masing-masing elemen Penta helix dalam rangka meningkatkan daya saing lulusan TVET di Indonesia. Output dari penelitian ini juga dapat dijadikan landasan dalam mengambil kebijakan baik oleh pemerintah maupun industri dalam rangka memajukan sistem pendidikan vokasi di Indonesia dan penciptaan tenaga kerja yang professional dan berdaya saing.

Komentar
--> -->