Abstraksi
ABSTRAK Tahun 2030, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyediakan 113 juta lapangan kerja baru. Di saat yang sama, Indonesia memiliki 200 juta penduduk usia produktif. Sektor pendidikan khususnya pendidikan dasar diharapkan mampu menangkap peluang ini dan menyediakan tenaga kerja yang berdayasaing. Salah satu tantangan di sektor pendidikan saat ini adalah rendahnya keterampilan membaca di jenjang SD. Kemampuan ini akan mempengaruhi kemampuan belajar mereka di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak mahir membaca pada usia awal sekolah (kelas 1-3 SD) akan berdampak kepada daya saing dan rendahnya produktivitas di masa depan. Mereka menjadi tidak mampu beradapatasi dengan perubahan. Pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten/kota berpacu dengan waktu agar membantu anak terampil membaca paling lambat kelas 3 SD. Pemerintah Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) menjawab tantangan ini dengan tiga strategi yakni meningkatkan keterampilan mengajar guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), penyediaan buku kelas awal yang berkelanjutan, dan layanan khusus bagi siswa yang lamban membaca. Kata kunci: daya saing, pertumbuhan ekonomi, kemampuan membaca, literasi, kelas awal, KKG, buku kelas awal, layanan khusus anak. LATAR BELAKANG Mampu membaca lancar dan paham arti bacaan adalah hak dasar anak. Keterampilan literasi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Studi menemukan kenaikan 10 % jumlah pelajar yang memiliki kemampuan membaca dasar dan tingkat lanjutan, bisa memicu pertumbuhan ekonomi lebih dari 1,3 %. McKensey Global Institute (MGI) menyatakan Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga kerja terlatih baru pada 2030. Pada saat itu penduduk usia produktif Indonesia, diproyeksikan mencapai 68 persen dari total populasi. Indonesia menjadi negara dengan populasi usia produktif terbesar di Asia Tenggara. Ini akan menjadi peluang, jika kita dapat mendorong sektor pendidikan menyediakan SDM yang produktif. Salah satu tantangan pendidikan Indonesia adalah rendahnya keterampilan literasi. Keterampilan literasi kita salah satu yang terendah di dunia. Terampil membaca adalah kunci bagi anak untuk bisa belajar dan berkembang. Terampil membaca maksudnya, anak mampu membaca teks, paham isi bacaan dan mampu mengembangkan isi bacaan itu dengan bahasa sendiri. Hanya dengan terampil membaca, anak bisa mempelajari pengetahuan dan skill yang dibutuhkan. Anak harus bisa membaca, paling lambat kelas 3 SD. Jika tidak produktivitasnya akan menurun. Mereka gagal beradapatasi dengan perubahan, bekerja tidak efektif dan efesien. Jika tidak ditangani segera, maka kondisi ini akan menciptakan kesenjangan mutu SDM di masa depan. Dibutuhkan investasi dan program jangka panjang di sektor pendidikan dasar untuk memperbaiki situasi ini. Ketersediaan guru bermutu, perbaikan metode mengajar dan akses buku merupakan kunci. Sesuai UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kabupaten/kota diberi tanggung jawab untuk mengurus tantangan ini. Itu sebabnya, Kabupaten Bulungan melakukan terobosan memperbaiki keterampilan literasi siswa kelas awal. TANTANGAN LITERASI BULUNGAN Hasil Assessment Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Kemendikbud tahun 2016, menunjukkan 46 persen pelajar kelas 4 SD tidak terampil membaca. Di Kaltara, keterampilan siswa membaca bahkan berada dua poin di bawah nilai rata-rata nasional. Dari analisis kami ada tiga penyebabnya: 1. Kemampuan Mengajar Guru Beberapa hasil RSPA yang diperdalam melalui survai SIPPI , menemukan pendekatan mengajar di sekolah masih dominan berpusat pada guru (teacher centre). Padahal pendidikan abad 21 menuntut siswa lebih aktif sehinga menjadi pembelajar mandiri di masa depan. Cara mengajar guru harus diubah menjadi student centre (berpusat pada siswa). Semakin baik cara mengajar guru, maka semakin baik pula mutu lulusan. 2. Ketersediaan Buku Non-Teks Kelas Awal SIPPI menemukan bahwa 85% siswa kelas awal suka membaca. Masalahnya 68% buku yang dibaca adalah buku teks. Hanya 17% membaca buku cerita dan lainnya. Padahal memberikan buku yang cocok, merupakan kunci untuk menumbuhkan minat membaca anak. Hanya saja buku yang sesuai dengan siswa kelas awal tidak cukup tersedia di sekolah, TBM dan perpustakaan daerah. 3. Layanan Bagi Siswa Lamban Membaca Publikasi Neraca Pendidikan Daerah (NDP) Kaltara menunjukkan bahwa angka putus sekolah dan angka mengulang kelas di SD cukup tinggi. Salah satu dugaan penyebabnya adalah ketidak mampuan anak belajar karena tidak terampil membaca. Harus ada layanan khusus untuk membantu anak-anak ini. SOLUSI: TIGA STRATEGI 1. Penyediaan Buku Kelas Awal • Melalui Peraturan Bupati (Perbup) No. 14 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan BOSDA (Biaya Operasional Sekolah Daerah) seluruh SD dan SMP diwajibkan membeli buku nonteks pembelajaran. • Menggunakan buku digital untuk penumbuhan minat baca dan pembelajaran. 2. Memperkuat Keterampilan Mengajar Literasi Guru Kelas Awal Melalui KKG • Membangun sistem peningkatan mutu guru secara berkelanjutan melalui penguatan KKG (Kelompok Kerja Guru). Implementasi KKG ini didesain bertingkat dan menjangkau seluruh SD baik diperkotaan, pedesaan, pesisir dan pedalaman. • Implementasi KKG menggunakan material yang praktikal, fasilitator terlatih serta pendampingan dengan model in-on-in. Lewat tiga cara ini, mutu KKG bisa dijaga. • Menggunakan pembiayaan multi sumber seperti APDB, BOSNAS, BOSDA, Tunjangan Profesi dan CSR. Melalui pendekatan ini, kegiatan pembiyaan pelatihan guru menjadi lebih murah dan efektif. Untuk satu tahun pelatihan guru, dibutuhkan rata-rata biaya per orang (unit cost) sebesar Rp. 3,865,559,- • Proses KKG diakui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kalimantan Utara. LPMP ikut membubuhkan tanda tangan di sertifikat, sehingga bisa digunakan sebagai bukti PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) dan digunakan untuk berbagai kebutuhan administrasi guru, seperti kenaikan pangkat dan sertifikasi. 3. Memberikan Layanan Khusus Bagi Siswa Lamban Membaca • Sekolah wajib memberikan layanan khusus kepada siswa yang lamban. Layanan diberikan sewaktu pembelajaran atau di luar jam pembelajaran. Layanan khusus dimulai dengan memetakan kemampuan membaca anak, sehingga mereka bisa ditentukan cara penangannnya. • Layanan juga diberikan melalui kegiatan di TBM dan Perpusdes saat anak tidak berada di sekolah. KESIMPULAN Pertumbuhan ekonomi membutuhkan pasokan tenaga kerja yang berdayasaing. Tenaga kerja yang berkualitas didapatkan melalui proses pendidikan yang bermutu. Peningkatan keterampilan literasi siswa kelas awal adalah langkah awal untuk menuju tenaga kerja berkualitas.