Abstraksi
Teori pertumbuhan wilayah yang dikemukakan oleh Kaldor (1966) dalam Dasgupta dan Singh (2006) menyatakan bahwa sektor industri pengolahan dianggap sebagai mesin pertumbuhan bagi suatu wilayah/negara sehingga banyak negara melakukan industrialisasi untuk mempercepat transformasi struktural dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negaranya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) di Indonesia selama kurun waktu 1983-2008 menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan telah mendorong sektor lainnya untuk tumbuh lebih cepat. UNIDO menyebutkan bahwa saat ini Indonesia telah menempati peringkat ke-4 dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB, dengan sumbangan kontribusi sebesar 22%, dibawah Korea Selatan (29%), Tiongkok (27%) dan Jerman (23%). Boediono (2017) dalam www.bankdunia.org (2017), menyebutkan bahwa menurut Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, penguatan sektor industri di Indonesia akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan nasional serta penyerapan tenaga kerja, berkontribusi positif untuk menekan angka pengangguran serta dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah output industri secara kualitas maupun kuantitas juga akan memperkuat peranan dan daya saing Indonesia dalam persaingan perdagangan global. Sektor industri bahkan pernah mengalami kejayaan di era 1990-an dengan penyerapan tenaga kerja di sektor industri yang juga tinggi serta laju pertumbuhan pada angka 11% per tahun. Sektor industri akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia jika dibantu dengan kuatnya struktur ketenagakerjaan di sektor ini. Sektor-sektor yang menjadi penopang industri nasional dan mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional hingga pertengahan tahun 2018 antara lain : industri karet dan barang dari karet; industri kulit dan barang dari kulit; industri tekstil dan pakaian jadi; dan industri makanan dan minuman. Produktivitas sektor industri secara nasional maupun regional dipengaruhi banyak hal. Salah satu yang sangat penting adalah keterlibatan pemerintah daerah hingga pemerintah pusat dalam menyediakan fasilitas dan kebijakan yang mendukung pembangunan di sektor industri. Kebijakan pembangunan yang sangat penting dan berhubungan dengan pembangunan sektor industri adalah pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur utama dan pendukung yang memadai seperti jalan dan jembatan, pelabuhan laut dan udara, sarana transportasi hingga tenaga listrik, ditujukan untuk mendorong minat investor untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya mendorong pembangunan ekonomi nasional (Alhusain, 2013). Selanjutnya Ma’ruf dan Wihastuti (2008) menyatakan, dalam teori pertumbuhan endogen, investasi modal sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Ia juga menyebutkan bahwa kontribusi pemerintah dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah untuk sektor publik serta dari sisi penerimaan pendapatan perpajakan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan belanja pemerintah untuk kepentingan publik masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Ada tiga lapangan usaha utama yang berkontribusi besar terhadap perekonomian di Provinsi Jambi yaitu sektor pertanian, kehutanan dan tanaman pangan; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor industri pengolahan. Ketiga sektor ini tumbuh positif selama periode 2011-2014. Akan tetapi pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Jambi mengalami kemunduran. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi yang hanya mencapai angka 4,21 %. Sektor Industri Pengolahan masih memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Jambi yaitu sebesar 11,05% pada tahun 2015, namun sektor ini hanya melaju pada angka pertumbuhan 2,33%, lebih lambat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,81%. Pada periode 2011-2015, menurut BPS (2015), industri-industri baru di Provinsi Jambi terus berkembang dan menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan PDRB. Meskipun demikian apabila dilihat lebih rinci, pada kondisi dimana jumlah tenaga kerja dan realisasi investasi terus meningkat justru peranan dan laju pertumbuhan PDRB di sektor industri pengolahan di Provinsi Jambi cenderung menurun meskipun nilai tambah bruto sektor ini tumbuh positif. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa kinerja sektor industri pengolahan cenderung menurun, bahkan pada tahun 2013-2014, ketika jumlah tenaga kerja dan realisasi investasi mengalami peningkatan yang besar, terjadi penurunan kinerja yang besar pula. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah industri, jumlah tenaga kerja dan realisasi investasi tidak diiringi dengan peningkatan kinerjanya. Dalam Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Jambi 2015, disebutkan sasaran pengurangan tingkat pengangguran perlu diarahkan pada penciptaan lapangan pekerjaan di sektor-sektor nonpertanian. Hal ini selain bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi juga sekaligus untuk mengurangi penumpukan tenaga kerja di sektor pertanian yang mengakibatkan tingkat produktivitas petani yang rendah. Hal yang juga perlu dilakukan adalah mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor industri, baik melalui peningkatan investasi PMA dan PMDN maupun mendorong tumbuhnya wirausaha lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan “Bagaimanakah pengaruh belanja modal, investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Jambi selama kurun waktu 2011-2015?”. Subjek dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di Provinsi Jambi sedangkan objek yang diteliti berupa data-data kuantitatif/data sekunder seperti nilai PDRB, jumlah tenaga kerja dan realisasi investasi di sektor industri pengolahan serta belanja modal. Data sekunder dikumpulkan dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi selama periode 2011-2015 dan membentuk sebuah data panel. Data panel kemudian di analisis menggunakan metode regresi linier berganda melalui tiga pendekatan/estimator yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect (FEM), dan Random Effect (REM), untuk menguji model terbaik yang tidak bias. Terakhir, melakukan dua pengujian statistik yaitu uji F (F-test) dan uji Hausman. Hasil analisis menunjukkan bahwa tenaga kerja dan investasi di sektor industri pengolahan serta belanja modal secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor industri pengolahan namun secara parsial hanya belanja modal dan investasi sektor industri saja yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor industri pengolahan di kabupaten dan kota di Provinsi Jambi sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap PDRB sektor industri pengolahan. Berdasarkan temuan penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah untuk meningkatkan pendapatan regional di sektor industri pengolahan maka pemerintah daerah diharapkan mampu mengoptimalkan alokasi belanja modal secara lebih proporsional dan terarah, mengoptimalkan realisasi dan menjaga iklim investasi PMDN dan PMA agar lebih stabil serta meningkatkan keterampilan dan kompetensi sumber daya manusia sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja industri yang handal.