Ekspor Indonesia USD 186,32 Miliar, Kontribusi 77 Persen Dari Sektor Industri

December 22, 2021

JAKARTA - Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 143,76 miliar sepanjang Januari-Oktober 2021, meningkat 35,53 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar USD 106,08 miliar. Dengan capaian tersebut, sektor industri memberikan kontribusi paling besar hingga 77,16% dari total nilai ekspor nasional selama delapan bulan pada 2021 yang mencapai USD 186,32 miliar.

Pada Oktober 2021, nilai ekspor industri pengolahan mencapai USD 16,07 miliar atau naik 3,61% dibanding September 2021, serta meningkat 36,50% dibanding periode yang pada 2020. Pangsa pasar utama ekspor nonmigas Indonesia di antaranya Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan India. Pada Oktober 2021, pangsa ekspor Indonesia ke ASEAN sebesar USD3,55 miliar dan ke Uni Eropa sebesar USD 1,54 miliar.

“Sektor industri manufaktur masih konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Artinya, sektor industri masih punya tingkat resiliensi yang tinggi terhadap berbagai tantangan global, termasuk dampak pandemi Covid-19,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis, Senin (15/11).

Menteri Agus menegaskan sektor industri manufaktur memiliki peranan penting terhadap pembentukan struktur neraca perdagangan nasional. Pada Januari-Oktober 2021, neraca perdagangan sektor industri pengolahan menunjukkan surplus sebesar USD26,33 miliar. “Melihat kinerja ini, saya kira tidak lepas dari peran serta seluruh pihak yang bahu membahu dalam penanganan pandemi Covid-19 wehingga kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia dapat berangsur membaik, saya mendapat laporan bahwa order-order dari luar negeri makin kencang ke Indonesia,” ungkapnya. Beberapa sektor industri yang mengalami kenaikan ekspor, misalnya industri otomotif yang ekspor CBU-nya naik 30 persen, kemudian industri elektronika rumah tangga yang naik dua kali lipat ekspornya.

Menperin Agus menambahkan pihaknya bertekad mewujudkan sektor industri nasional yang mandiri, berdaulat, maju, dan berdaya saing global. Hal ini sejalan dengan target besar dari peta jalan Making Indonesia 4.0, yakni menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030. Kemenperin juga terus mendorong optimalisasi beberapa program, di antaranya program substitusi impor 35 persen pada 2022, program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), dan hilirisasi sumber daya alam.

Selanjutnya, upaya mewujudkan industri yang maju dan berdaya saing dilakukan melalui empat program. Pertama, program Making Indonesia 4.0. Kedua, program industri hijau dan industri biru. Ketiga, program stimulus produksi dan daya beli. Keempat, implementasi non-tariff barrier. “Kemudian kebijakan atau program yang mengarah pada upaya mewujudkan industri yang berkeadilan dan inklusif di antaranya adalah implementasi harga gas bumi tertentu. Selain itu, program pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) serta Bangga Buatan Indonesia (BBI), pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa, serta program industri halal,” tutup Menteri Agus.


--> -->