Kiat Tumbuhkan Industri dari Desa

March 24, 2020

Setelah hadirnya Undang-Undang Desa di akhir tahun 2013, desa mendapatkan akses untuk menumbuhkan ekonomi baru lewat dana desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Akses ini memberikan peluang desa untuk bisa bersaing dengan wilayah perkotaan dalam hal kawasan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Meski demikian, ada yang berbeda antara kawasan ekonomi kota dan desa. 

“Desa menyediakan fondasi kultural bagi ekonomi berbasis kolaborasi. Semangat kegotong-royongan sebagai bentuk kolaborasi, masih kuat di tertanam di desa-desa,” kata Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia Budiman Sudjatmiko saat ditemui pertengahan Maret 2020 lalu. 

Dengan dana desa dan BUMDes, Budiman mengatakan, desa mempunyai peluang untuk mengakumulasikan kapital dan menggerakan roda perekonomiannya. Pertumbuhan ekonomi desa berarti kesejahteraan dan pemerataan bagi warga desa. 

Saat ini, alokasi dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2020 mencapai Rp 72 triliun. Jika dibagi 74.957 desa, setiap desa mendapatkan Rp 960 juta per tahun. Dana desa ini biasanya digunakan untuk menjadi modal awal BUMDes. 

Menurut Budiman, pengelolaan dana desa harus dibarengi dengan teknologi sehingga alokasi yang besar bisa benar-benar dinikmati oleh masyarakat. Akses teknologi yang terbuka akan memungkinkan setiap orang memanfaatkan sumber daya yang ada ada di sekitarnya secara efektif. 

Karena itulah, Budiman menyarankan tiga teknologi yang fundamental untuk masyarakat desa yaitu teknologi informasi atau internet, teknologi untuk listrik murah seperti tenaga surya, dan teknologi untuk pertanian. Dengan ketiga teknologi ini, Budiman yakin di desa akan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru seperti industri pengolahan yang memberi nilai tambah hasil pertanian. 

“Teknologi informasi atau internet tidak hanya membuat kolaborasi antar-desa semakin mudah, tetapi juga membuat produk desa menyentuh pasar global,” kata Budiman. 

Budiman menambahkan perlu para inovator yang membantu pelaku industri di desa agar produknya bisa menyentuh pasar global dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Karena itulah, ia dan sejumlah teman-temannya mendirikan Komunitas Inovator 4.0 Indonesia. Komunitas Inovator 4.0 Indonesia adalah tempat berkumpulnya sejumlah ahli dalam berbagai bidang, terutama terkait gelombang industri keempat, baik dari dalam dan luar negeri. 

“Kami tengah menghubungkan para ahli ini dengan desa agar bisa meningkatkan perekonomian di desa,” kata Budiman.

Misalnya seperti menghubungkan antara desa dan PT Len Industri untuk bekerja sama dalam hal penyediaan energi di desa-desa yang belum teraliri listrik. Energi ini digunakan untuk berbagai macam kebutuhan mengatasi bencana kekeringan dan pengelolaan sampah di desa. 

Hasil dari proses menumbuhkan industri pengolahan yang bertaraf global dari desa masih membutuhkan waktu yang panjang. Budiman berharap semakin banyak kolaborasi yang terjalin di antara desa dan para inovator teknologi, bukan mustahil, masyarakat desa dapat menjangkau pasar global dengan kegiatan lokal yang memberi nilai tambah hasil produksi. 

Langkah yang dilakukan Inovator 4.0 Indonesia yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi di desa merupakan salah satu strategi mendorong industri mikro dan kecil naik kelas. Solusi-solusi seperti inilah yang diharapkan muncul di perhelatan Indonesia Development Forum 2020. 

Tahun ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) kembali menggelar Indonesia Development Forum (IDF) untuk kali keempat. Mengambil tema besar ‘Indonesia’s Future Industrialization Paradigm: Value Creation and Adaptive Capacity for Socio-Economic Transformation’, IDF 2020 akan digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali pada 28-29 Juli 2020. 

Sejak 2017, IDF bertujuan mengumpulkan aktor-aktor pembangunan untuk menyusun agenda pembangunan Indonesa. Mereka berkumpul guna mengomunikasikan hasil penelitian dan bukti atas berbagai tantangan pembangunan dan solusi-solusi efektif untuk mengatasinya. Hasil akhir yang diharapkan IDF ialah kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi persoalan pembangunan yang mendesak.

Kamu punya solusi menghubungkan industri di pedesaan menuju pasar global? Kirimkan ke Indonesia Development Forum 2020! 
 


--> -->