IDF 2019: Memberi Panggung Setara untuk Penyandang Disabilitas
July 23, 2019Indonesia Development Forum (IDF) 2019 menjadi wadah bagi para penyandang disabilitas untuk turut andil menggagas kebijakan, menuangkan ide, dan menunjukkan peran dan produktivitasnya, dalam pembangunan yang inklusif. IDF yang digelar pada 22-23 Juli 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) ini menghadirkan banyak penyandang disabilitas dari berbagai jenis disabilitas dan organisasi penyandang disabilitas (Disabled People’s Organizations/DPO).
Angkie Yudistia, CEO Thisable Enterprise dalam sesi Imagine Plenary bertema Inclusive Jobs mengatakan, Thisable telah delapan tahun bekerja untuk pemberdayaan disabilitas. Thisable Enterprise adalah wirausaha sosial yang berdiri sejak 2011 yang memiliki misi untuk memberdayakan disabilitas Indonesia secara ekonomi di dunia tenaga kerja.
“Kita melakukan training sesuai kebutuhan pasar,” katanya.
Menurutnya, para penyandang disabilitas dapat diberdayakan sesuai dengan penempatan pada posisi yang tepat.
“Contohnya, teman-teman tuli dapat diberdayakan menjadi seorang admin," tambahnya.
Ia juga menggarisbawahi pendidikan vokasi sangat penting dalam pemberdayaan penyandang disabilitas agar bisa memiliki skill. Training vokasional juga diberikan kepada shelter yang dibangun Kementerian Sosial. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Edi Suharto, dalam sesi yang sama.
Senada dengan Noviana, Ajiwan A. Hendradi, Media Staff Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) juga menegaskan penyandang disabilitas menginginkan inklusivitas, bukan diperlakukan berbeda.
“Para difabel netra tidak perlu dikhususkan, kami hanya ingin pemberdayaan secara inklusif,” katanya saat menjadi pembicara di sesi INSPIRE Creating Inclusive Employment Opportunities.
Di sesi yang sama dengan Ajiwan ada Putri Santoso, CEO, Sampaguita Foundation and Co-founder, Kopi Tuli (KopTul).
“Tujuan utama mendirikan KopTul adalah untuk menjembatani komunitas bahasa isyarat dan memberdayakan teman-teman tuli,” katanya.
Di KopTul, kata Putri, teman tuli terbukti bisa bekerja sebagai kasir dan berkomunikasi dengan para pelanggan. Putri mendirikan Kopi Tuli, bermula dari pengalaman pribadi tatkala sulit mendapat pekerjaan akibat disabilitasnya.
“Pemberi kerja yang fokus pada hambatan teman tuli akan kehilangan kesempatan emas,” lanjut Putri yang kini sudah membangun dua cabang Kopi Tuli, yaitu di Depok Jawa Barat dan Duren Tiga Jakarta.
“Visi kami untuk membangun wadah kaum disabilitas indonesia khususnya tuli,” kata Putri dalam sesi INSPIRE Creating Inclusive Employment Opportunities.
Pada sesi Ideas and Innovations Marketplace - Connecting for Scaling Up, Eva Rahmi Kasim mengingatkan selama ini banyak kewirausahaan sosial yang menjadikan para penyandang disabilitas hanya sebagai pendamping, bukan pelaku utama. Hal ini membuat pemberdayaan penyandang disabilitas tidak maksimal.
“Pemberdayaan ini harus mencakup pelatihan produksi, pemasaran, serta pelatihan untuk mereka bisa menjadi pendamping untuk sesama penyandang disabilitas,” katanya.
Masih terkait kesempatan kerja bagi disabilitas, hadir pula Rubby Emir, CEO, Kerjabilitas.com. Kerjabilitas merupakan platform yang membantu kaum penyandang disabilitas memperoleh pekerjaan yang layak. Kerjabilitas juga memberi pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pekerja, secara online dan offline.
Menurut Rubby Emir, dua dari 10 perusahaan tahu tentang disabilitas dan satu dari dua perusahaan yang tahu tentang disabilitas, setuju untuk mempekerjakan disabilitas.
“Sisanya 9 perusahaan masih belum ingin mempekerjakan disabilitas,” lanjutnya.
Alasannya karena masih mengutamakan pekerja yang non-disabilitas dan mencari yang tidak sakit yang bisa bergerak ke mana-mana.
“Alasan lainnya adalah kantor perusahaannya masih belum aksesibel atau menyatakan, belum siap menerima penyandang disabilitas,” lanjutnya.
Dalam hal ini, Kerjabilitas mencoba mendorong dan mengadvokasi perusahaan untuk memberi peluang setara bagi pekerja dengan disabilitas. Antara lain, dengan membantu audit penilaian tempat kerja aksesibel atau tidak, dan membantu perusahaan melakukan perekrutan.
“Memberi pelatihan agar teman-teman non-disabilitas dapat berinteraksi dengan teman disabilitas di lingkungan kerja,” lanjut Rubby.
Menurut Ruby perusahaan tidak perlu membuat lowongan kerja dengan kriteria khusus.
“Perusahaan tidak perlu mengubah kriterianya. Namun hanya perlu melakukan tindakan afirmatif, yaitu setiap lowongan yang dibuka dapat memberikan dampak bagi pihak-pihak yang lebih membutuhkan, dalam hal ini adalah teman disabilitas,” lanjutnya.
IDF 2019 juga menghadirkan pembicara tentang disabilitas dari luar. Jo Verrent, Senior Producer, UK Unlimited mengisahkan tentang UK Unlimited yang memiliki 280 seniman penyandang disabilitas yang kini memiliki karir seniman. Ia juga memberi apresiasi pada Indonesia dalam upaya membangun cara-cara inklusi bagi penyandang disabilitas.
"Kecepatan pembangunan di Indonesia untuk memberdayakan para penyandang disabilitas luar biasa. Cara pemerintah dapat fokus dalam inklusi adalah luar biasa. Saya benar-benar menghargai apa yang Anda lakukan di sini," urai Verrent.
Ada perempuan yang dijuluki pahlawan bagi para penyandang disabilitas di Semarang, sekaligus pendiri Komunitas Sahabat Difabel, Noviana Dibyantari. Ia mengisahkan bagaimana dia memberdayakan sahabat disabilitas menjadi disabilitas yang berbudaya.
"Teman-teman difabel sering berkata 'kami tidak perlu dikasihani namun berikanlah kami kesempatan'. Jadi bagi para orangtua, mari kita beri mereka kesempatan," kata Noviana Dibyantari yang berbicara dalam sesi Ideas and Innovations Marketplace - Capturing and Sharing Knowledge.
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus 2015, jumlah penyandang disabilitas mencapai 8,56 persen dari total keseluruhan penduduk. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas 2017, penduduk usia kerja disabilitas nasional berjumlah 21,9 juta orang. Dari total angka tersebut, yang termasuk angkatan kerja sebanyak 11,2 juta lebih atau 51,18 persen.
Kontribusi para penyandang disabilitas sangat penting untuk memberikan masukan terhadap perumusan kebijakan terkait peluang yang setara bagi penyandang disabilitas. Ini sejalan dengan tema IDF 2019, Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif. Mari menuju Indonesia inklusif!
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Bappenas Paparkan Proyeksi Ekonomi Biru di Indonesia Development Forum 2023
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Road to IDF 2023: Komitmen Bappenas Optimalkan Potensi Ekonomi Biru Berkelanjutan Di Papua dan Indonesia
Bappenas Pastikan Blue Economy Jadi Prioritas Kerja Sama Negara ASEAN
Tweets by IDDevForum