Mau Ekonomi Kreatif Mendunia, Ini Cara Indonesia Kejar K-Pop

April 04, 2019

Menteri Kominfo Rudiantara saat menjelaskan mengenai Tol Langit. (Foto: Humas Kementerian Kominfo)

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf berharap ekonomi kreatif tanah air, industri musik khususnya, bisa mengikuti K-Pop yang mendunia. Dia mengatakan ekonomi kreatif Indonesia jauh tertinggal dibanding Korea Selatan, meski sama-sama mempunyai kekayaan budaya yang melimpah.

“Tari kecak Bali adalah ekonomi kreatif pertama di Indonesia, mulai dikenalkan keliling dunia tahun 1930-an,” kata Triawan saat mengisi gelar wicara bertajuk “Milenial Indonesia dalam Ekonomi Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0” pada 3 April 2019.

Artinya, kata Triawan, monetisasi budaya nusantara lebih dahulu dibanding Korea. Untuk mengatasi ketertinggalan tersebut, dia mengatakan Bekraf melakukan beberapa langkah agar pekerja seni dan komunitas seni bisa berkembang. Salah satunya dengan platform aplikasi Portamento yang menggunakan teknologi blockchain (sistem pencatatan atau database yang tersebar luas di jaringan).

"Saat seorang musisi memasukkan karyanya dalam database Portamento, sistem akan menghitung valuasi karya itu berdasarkan berapa banyak lagu tersebut diunduh atau dinikmati secara online," kata Triawan.

Proyek Portamento dibuat untuk melindungi hak cipta para seniman. Dalam Portamento ada sistem yang menghubungkan para pemilik hak cipta dengan konsumen. Tahun 2018, naskah akademik Portamento telah diselesaikan sebagai landasan pembangunan sistem elektronik Portamento pada tahap selanjutnya. Platform ini mulai dikerjakan tahun ini.

Selain Portamento, Bekraf telah menjalin kerja sama dengan komunitas seni daerah dan memperkenalkan musik Indonesia ke acara internasional. Triawan memaparkan langkahnya membawa beberapa musisi dangdut ke dalam festival seni SXSW di Texas, Amerika Serikat, selama tiga tahun berturut-turut.

Upaya lain seperti Digitalisasi Lagu Museum Musik Indonesia dan dukungan Ambon sebagai Kota Musik Dunia. Cara-cara ini, disebut oleh Triawan, sebagai upaya adaptasi di era revolusi industri 4.0.

Musisi muda Indonesia Gita Gutawa mengatakan pekerja seni bisa memanfaatkan revolusi industri 4.0 untuk menyebarkan hasil karyanya. Dulu, kata Gita, seniman harus datang ke label musik agar karyanya bisa dinikmati masyarakat. Kini, seniman bisa langsung menampilkan kreativitasnya di platform digital tanpa perantara.

“Kreativitas itu bukan bakat tapi bisa dilatih terus menerus dan dikembangkan. Kunci kreatif hanya kebiasaan, kebisaan, dan kemauan,” kata Gita.

Ihwal hak cipta, Gita sepakat musisi masih mengalami masalah dengan pembajakan. Dia berharap Portamento yang digagas oleh Bekraf menjadi solusi bagi hak kreatif pekerja seni.

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang Beom, mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam memompa laju ekonomi kreatif. Berkaca pada industri K-Pop, Chang Beom mengatakan upaya Pemerintah Korea Selatan telah membangun komunitas kreatif yang menghasilkan produk musik dan drama berkualitas sejak periode 90-an secara konsisten.

K-pop menjadi komoditas dan alat diplomasi luar negeri Korea Selatan secara holistik. Chang Beom menuturkan K-pop mendorong sinergi perkembangan industri lainnya seperti kecantikan, pariwisata, drama Korea, dan produk dagang lainnya. Karena itulah, Pemerintah Korea Selatan sangat perhatian dengan industri kreatif karena menopang sektor lain dan menciptakan lapangan kerja yang besar.

Chang Beom memberikan saran agar industri kreatif Indonesia berkembang seperti di Korea Selatan. Ada tiga hal yang membuat K-Pop bisa berkembang yakni internet lancar agar mempermudah penyebaran konten, pengurangan regulasi, dan jaminan kreativitas tanpa batas.

“Saya berharap Indonesia juga bisa memunculkan I-Pop yang mendunia,” kata Chang Beom.

Dukungan internet lancar merupakan tugas dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Menteri Kominfo Rudiantara menjanjikan seluruh Indonesia bisa terkoneksi internet broadband tahun ini dengan proyek infrastruktur Palapa Ring. Proyek pembangunan serat optik ini didukung dengan Satelit Republik Indonesia (Satria) yang pengerjaannya dimulai April tahun ini.  Kedua proyek pemerintah tersebut menjadi penunjang bagi pemerataan akses internet di seluruh Indonesia.

"Ini yang disebut Tol Langit, kombinasi antara Palapa Ring dengan satelit," kata Rudiantara.

Kominfo juga telah mengurangi 37 jenis perizinan menjadi lima jenis yakni Izin Jaringan, Izin Jasa, Izin Pos, Izin Frekuensi Radio, dan Izin Penyiaran. Dengan demikian, kata Menteri Rudiantara regulasi yang berkaitan dengan ekonomi kreatif kian memudahkan.

“Semua izin diajukan secara online. Kalau sudah diajukan sebelum jam 12 siang, izin keluar pada hari itu juga,” kata Rudiantara.

Berdasarkan data Bekraf, ekonomi kreatif menyumbang Rp 1.105 trilun ke Produk Domestik Bruto Indonesia dan nilai ekspor USD 22, 6 miliar sepanjang 2018. Sektor ini juga menyerap 18 juta tenaga kerja atau sekitar 13,7 persen dari total keseluruhan pekerja.  Besarnya sumbangan ekonomi kreatif menunjukkan perannya sebagai penggerak peluang kerja inklusif.

Dalam menggagas peluang kerja inklusif, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan Indonesia Development Forum (IDF) yang ketiga pada 22 - 23 Juli 2019 di Jakarta. Forum ini akan mempertemukan para pembuat kebijakan, akademisi, praktisi dan para profesional pegiat pembangunan baik dari sektor pemerintah, swasta maupun masyarakat sipil untuk membangun solusi berbasis bukti.

Tema yang  diusung di IDF 2019 adalah “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerja Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”. Ada ide memanfaatkan ekonomi kreatif bagi pembangunan? Ayo segera kirimkan ke Indonesia Development Forum!**

 

--> -->