• Sri Sulistiyani
    Sri Sulistiyani
    saya bekerja di stasiun TV lokal di kota Bandung. saya juga sering membuat film-film indie.
Ideas

Mengangkat Potensi Daerah Tertinggal Dan Perbatasan Melalui Media Film

2018

Film adalah media yang menggunakan sarana audio dan visual untuk bercerita. Maka, seperti halnya sebuah cerita. Film juga memiliki unsur-unsur intrinsik didalamnya. Salah satu unsur intrinsik tersebut adalah setting atau latar. Latar dalam sebuah film dibagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar suasana, dan latar tempat. Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik yang menjadi tempat terjadinya perstiwa-peristiwa dalam cerita. Sebagai media yang menggunakan sarana gambar, latar tempat ini tentu menjadi sesuatu yang sangat penting dan menentukan berhasil tidaknya visualisasi film tersebut.

Di era saat ini, film seolah menjadi media yang memiliki pengaruh kuat terhadap para penontonnya. Pengaruh ini termasuk pada latar / setting lokasi yang menjadi lokasi shooting film tersebut. Contoh yang paling terkenal tentu saja pulau Belitong yang mendapat kunjungan pariwisata membludak setelah dijadikan lokasi syuting film Laskar Pelangi. Atau meningkatnya antusias para anak muda untuk mendaki gunung Semeru setelah film 5 CM. Dan yang terbaru, meningkatnya pariwisata ke Yogyakarta setelah suksesnya film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang mengambil setting lokasi di kota tersebut.

Dalam bahasa akademis, fenomena ini disebut film induced tourism, atau definisi sederhananya adalah kunjungan wisatawan ke lokasi yang dijadikan tempat shooting film. Salah satu negara yang sudah cukup banyak memanfaatkan ini contohnya adalah Selandia Baru, dengan beragam lokasi wisata film Lord of the Ring, Avatar, dan The Hobbit. Indonesia seharusnya bisa menggunakan kekuatan film seperti ini untuk meningkatkan potensi-potensi yang ada di daerah. Apabila dikelola dengan baik dan serius, hal ini bisa menguntungkan bagi daerah-daerah yang selama ini menjadi daerah tertinggal.

Saat ini perfilman Indonesia bisa dibilang sedang kembali bergeliat. Sebuah film bisa memberikan efek yang masif, terlebih lagi film-film yang dipasarkan secara luas dengan media promosi yang besar kepada masyarakat. Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam corak budaya masing-masing, termasuk juga daerah-daerah tertinggal dan daerah-daerah di perbatasan. Apabila dilakukan riset lebih lanjut, daerah-daerah tersebut pasti memiliki sebuah ide menarik yang bisa diangkat menjadi sebuah film, baik itu kekayaan geografis, antropologi penduduk, ataupun tradisi dan budaya.

Ide cerita semacam itu justru bisa memberi nilai lebih untuk film yang dibuat dibandingkan dengan film yang menggunakan ide cerita yang sudah biasa. Namun, biaya produksi sebuah film memang tidak bisa dibilang murah. Terlebih apabila produksi tersebut menggunakan setting lokasi yang jauh dan sulit dijangkau. Maka dari itu, dibutuhkan peran pemerintah untuk mendukung kegiatan kreatif para sineas-sineas perfilman untuk mengangkat potensi-potensi yang ada di daerah tertinggal dan perbatasan. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan dua hal sekaligus, yakni usaha untuk mengurangin kesenjangan daerah tertinggal dan perbatasan, serta mendukung kemajuan perfilman Indonesia.


Komentar
--> -->