Abstraksi
Makalah ini merupakan penelitian untuk mendapatkan alat ukur ketimpangan antar wilayah serta menyajikan strategi untuk mengatasi ketimpangan antar wilayah tersebut. Berdasarkan Goschin (2015), ketimpangan antarwilayah dapat diukur dengan metode New Synthetic Index of Economic and Social Development. Indeks tersebut memiliki kelebihan karena mencakup aspek ekonomi dan sosial wilayah. Dalam penelitian ini, indeks dihitung dengan menggunakan variabel PDRB per kapita, produktivitas tenaga kerja, dan angka harapan hidup. Atas analisis indeks yang terbentuk menghasilkan dua temuan utama sebagai berikut. Pertama, mayoritas daerah (27 provinsi) di Indonesia memiliki indeks di bawah 1 dan 5 provinsi memiliki indeks di atas 1, bahkan DKI Jakarta mencapai indeks 3. Hal ini menunjukkan tingginya ketimpangan antarwilayah yang dapat dijelaskan oleh faktor ekonomi dan sosial khususnya kualitas tenaga kerja yang terbedakan antara 5 provinsi dengan 27 provinsi lainnya. Kedua, melalui pengamatan antar waktu (antara tahun 2013 dan tahun 2016) dapat ditemukenali kecenderungan konvergensi dan divergensi suatu pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagai contoh, DKI Jakarta cenderung mengalami divergensi, sedangkan Riau relatif mengalami konvergensi. Setelah diperoleh alat ukur ketimpangan antarwilayah, dikembangkan strategi untuk mengatasi ketimpangan tersebut. Stretegi dihasilkan dari analisis pemetaan keterkaitan demand sektoral antardaerah. Dengan adanya keterkaitan demand, maka dapat dilakukan kerjasama yang berkesinambungan. Dengan demikian implikasi dari makalah ini akan menghasilkan konsep pertumbuhan ekonomi antardaerah yang lebih menuju ke arah konvergensi dan berkesinambungan.