• Dr. Titiek Kartika Hendrastiti, MA
    Dr. Titiek Kartika Hendrastiti, MA
    Titiek Kartika Hendrastiti adalah dosen pada Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu. Ia menyelesaikan studi S1 pada Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada; mengambil studi S2 pada jurusan Politics of Alternative Development Strategies, di Institute of Social Studies, Den Haag, Belanda. Memiliki diploma non degree dalam bidang Women and Migration pada International Women’s University, Hannover, Jerman, tahun 2000. Menyelesaikan S3 pada Program Doktor Ilmu Sosial, Fisip, Universitas Airlangga tahun 2013, dengan judul disertasi “Identitas Gerakan Perempuan Lokal: Tinjauan Feminisme Poskolonial”. Beberapa kali mendapatkan dukungan dana penelitian dari Dikti, seperti…
Papers

Perempuan Praikaroku: Meletakkan Impian di Ruang Pelayanan Publik

2018

Abstraksi

Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan nexus antara ketimpangan akses sarana dan prasarana, kepentingan perempuan, konflik sumberdaya alam, dan kebijakan pelayanan publik untuk daerah terpencil. Desa Praikaroku Jangga adalah salah satu dari 65 desa di Kabupaten Sumba Tengah yang letaknya tersisolir karena fasilitas transportasi dan komunikasi yang buruk. Setelah porak poranda karena konflik tambang emas, desa kaya sumber mineral Praikaroku tetap terisolir, terlupakan, berkembang mandiri, hampir tanpa perlindungan dan pelayanan publik. Studi etnografi yang digunakan untuk mengurai gerakan sosial melawan operasi multinasional korporasi tambang, membuka fenomena tentang limitasi pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta transportasi dan komunikasi. Metode etnografi poskolonial memfasilitasi data narasi, teks dan wacana yang tersembunyi menjadi pemakna dan pola nexus antar kekuasaan dan kekuatan dengan warga dan lingkungan. Narasi, teks dan wacana memastikan kelindan penguasaan, inferioritas dan ketidak-berpihakan kebijakan. Hasil studi memperlihatkan bahwa komunitas lokal punya pengetahuan yang komprehensif tentang pengelolaan alam dan preservasinya. Masyarakat, terutama komunitas perempuan, melawan korporasi tambang emas bukan hanya untuk mencegah kerusakan lingkungan; tetapi mereka mempertahankan sumber air, mencegah pencemaran, dan reservasi air bersih untuk sanitasi dan rumah tangga, serta keselamatan hewan dan pertanian. Desain penurunan ketimpangan akses masih menjadi impian masyarakat Praikaroku, sepertinya mereka meletakkan impian itu di ruang kosong kebijakan pelayanan publik.

Komentar
--> -->