Kesenjangan Antar Wilayah dan Migrasi Tidak Aman Kelompok Muda: Rumah Singgah Sebagai Tawaran Solusi

Abstraksi

Salah satu konsekuensi tak terelakan dari adanya regional disparity adalah fenomena migrasi (internal) dari daerah-daerah yang relatif tertinggal menuju ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah lain. Di antara pelaku utama migrasi ini adalah kelompok-kelompok usia muda. Penelitian yang kami lakukan di tiga kabupaten di Nusa Tenggara Timur, salah satu provinsi paling tertinggal di Indonesia (BPS), menemukan bahwa bermigrasi menjadi bagian dari siklus hidup anak muda di NTT. Sayangnya, rendahnya kemampuan kelompok muda dan terbatasnya informasi komprehensif yang mereka dapatkan membuat proses migrasi menjadi rawan dan tidak aman (unsafe migration) yang berujung pada kondisi rentan bahkan membahayakan. Banyak anak muda yang akhirnya terjebak dalam pekerjaan-pekerjaan tidak layak bahkan kriminal yang pada gilirannya menimbulkan masalah baru baik bagi anak muda tersebut maupun bagi masyarakat. Riset kami juga menemukan bahwa migrasi (tidak aman) kelompok muda berkaitan dengan intergenerational disparity di level kebijakan di daerah maupun pusat yang ditandai dengan tiadanya kebijakan dan program yang secara serius memerhatikan kelompok muda terutama terkait penyediaan lapangan kerja yang layak. Berlatarkan masalah tersebut, studi kami memberikan tawaran solusi yang berpijak pada penggabungan pendekatan supply (peningkatan kapasitas pemuda) dan demand (penyedian informasi yang tepat tentang ketersediaan lapangan kerja). Bentuk kongkrit dari pendekatan ini adalah dengan membangun rumah singgah sebagai sarana mediasi, konsultasi, dan sharing informasi anak muda yang disinergikan dengan peningkatan kapasitas sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di tingkat lokal maupun nasional.