Sistem Monitoring Stunting Terintegrasi di Tingkat Desa Sebagai Basis Penganggaran dan Perencanaan yang Lebih Efektif

Abstraksi

Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stunting dan Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia. Sebagai dampaknya, stunting beresiko menurunkan tingkat produktivitas sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Untuk itu, Pemerintah dalam RPJMN 2015-2019 telah menargetkan penurunan stunting pada anak di bawah 2 tahun menjadi 28% di 2019. Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2018, penurunan stunting telah dijadikan sebagai salah satu Proyek Prioritas Nasional. Desa diharapkan dapat menjadi salah satu tumpuan dalam menekan stunting. Dari segi kewenangan, sesuai dengan UU tentang Desa, sangat memungkinkan untuk menyusun kegiatan yang relevan dalam skala desa melalui APBDes. Tantangannya, data resmi pada saat ini hanya memberikan angka stunting di tingkat Kabupaten, dan belum ada data terperinci mengenai faktor penyebab stunting di tingkat desa, sehingga proses penganggaran di desa masih belum berdasarkan data kongkrit. Makalah ini menawarkan suatu skema solusi penyajian data stunting di tingkat desa, bahkan tingkat rumah tangga, disajikan secara spasial dengan mengintegrasikan data ibu dan anak yang diperoleh dari catatan tenaga kesehatan, serta dikaitkan dengan data demografi. Selain lebih akurat karena dilakukan melalui metoda sensus, frekuensi pengambilan data dilakukan 4 kali salam setahun sehingga memungkinkan tindakan pencegahan. Skema ini telah dicobakan di 100 desa, 11 provinsi wilayah Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat. Dengan adanya skema ini, diharapkan proses perencanan dan penganggaran di tingkat Desa dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien karena dibuat berdasarkan data kongkrit di tingkat rumah tangga.