Abstraksi
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan praktik cerdas Desa Pejeng dalam mewujudkan visi sebagai desa pembelajaran masa depan. Meski Pejeng merupakan desa pendamping kawasan wisata Ubud, namun desa tua ini tidak ingin bergantung pada pariwisata yang rentan gangguan dan ancaman. Pejeng mengarahkan visinya pada pengelolaan pertanian ramah lingkungan, mengingat 74% dari 281 hektare luas desa adalah sawah dan kebun. Metode observasi, wawancara terhadap tujuh narasumber kunci dan studi dokumentasi telah diaplikasikan pada penelitian ini guna menguraikan tiga praktik cerdas Desa Pejeng. Pertama, pemerintah desa dan LSM melakukan pemetaan potensi keanekaragaman hayati desa melalui Biodiverseni. Pemetaan ini memudahkan para warga dalam mengoptimalkan pendapatan dari segala aspek. Kedua, membangun Kebun Mai Organik Bali bagi kelompok pemuda untuk mengantisipasi kesulitan air yang akan terjadi pada Subak di masa depan sekaligus meregenerasi pertanian organik. Pengunjung juga dapat belajar mengenai pertanian organik ataupun berwisata organik. Ketiga, mengoptimalkan ruang publik bagi pemuda untuk berolahraga, berkreasi, dan berpengetahuan luas melalui fasilitas internet gratis. Keberadaan internet mampu memberdayakan kelompok kepemudaan desa dalam membuat dan mengelola media berbasis warga melalui website pejeng.desa.id. Ini berhasil membawa Desa Pejeng menjadi salah satu desa di kabupaten Gianyar Bali yang berprestasi di tingkat nasional dalam penghargaan Destika Awards 2015. Desa Pejeng percaya bahwa pembangunan desa tidak hanya bergantung pada perhatian pemerintah dan sektor pariwisata. Para pemuda lah yang harus aktif sebagai agen pemberdaya dan perubahan di masa depan.