• Patih Rajahasta
    Patih Rajahasta
    Patih Rajahasta is. He has graduated from vocational education background, he took Chemical Industry vocational high school then pursued bachelor degree of medical laboratory technology in Bandung Health Polytechnic. His activity as an active student, He was a President of Student Executive Board Poltekkes Kemenkes Bandung and General Leader of Indonesia Student Association Medical Lab Technology. He actively represent Indonesia in Fully Residential School International Symposium Malaysia (2012), General Assembly of ASEAN Youth Leader Association Philippines (2015), and World Peace Ambassador Workshop Singapore (2016). Regarding his educational background and experiences in youth movement made him to initiate a movement being…
Papers

Voaksi Sebagai Solusi Dunia Vokasi di Indoneisia

2019

Abstraksi

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma (diploma 1, diploma 2, diploma 3 dan diploma 4) serta SMK. Pendidikan vokasi mengembangkan SDM melalui skema pendidikan dan pelatihan, sehingga diharapkan lulusan vokasi memiliki kompetensi yang baik sebagai tenaga kerja. Upaya menguatkan pendidikan vokasional adalah bentuk mempersiapkan bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia yang akan didapatkan Indonesia pada 2045. Namun, Fakta dilapangan banyak keluhan baik dari user maupun pelajar vokasi mengenai ketidaksesuaian pendidikan vokasi di Indonesia. “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, kalau cari kerja nanti susah” Begitu biasanya kebanyakan orang Indonesia berkata. Dengan kondisi ini, seharusnya sekolah vokasional seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) difavoritkan daripada Sekolah Menengah Atas (SMA), karena kurikulum SMK dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan lulusan siap kerja. Namun paradox yang terjadi yaitu banyak lulusan SMK yang mengalami pengangguran. Menurut data BAPPENAS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2017 sebesar 5,33% . Dari 131,55 juta orang yang masuk sebagai angkatan kerja, terdapat 124,54 juta orang yang bekerja dan sisanya 7,01 juta orang dipastikan pengangguran. Dari jumlah tersebut, pengangguran yang berasal dari jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menduduki peringkat teratas sebesar 9,27% yang disusul oleh pengangguran lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,03%. Sedangkan,Diploma III (D3) sebesar 6,35%, dan universitas 4,98%. Kontribusi lulusan SMK terhadap jumlah pengangguran di Indonesia salah satunya disebabkan oleh lebih rendahnya keahlian khusus atau soft skill lulusan SMK dibandingkan lulusan SMA. Lalu, apa arti kata “Lulusan Vokasi Siap Kerja” Apa kabar jargon “SMK bisa! Siap kerja, Cerdas dan kompetitif” yang diluncurkan pemerintah beberapa tahun lalu. Program untuk menciptakan lulusan SMK siap kerja belum terealisasi dengan baik. Seiring dengan itu, jumlah pengangguran lulusan SMK terus meningkat. Pemerintah tidak berhasil melakukan sinkronisasi antara lulusan SMK dengan dunia kerja. Tingginya tingkat penggangguran lulusan SMK bukan karena salah jenis sekolah kejuruan. Karena rendahnya employability masih melekat pada lulusan SMK. Data kualitas lulusan SMK yang lebih rendah dari SMA adalah sinyal bagi pemerintah untuk lebih serius lagi membenahi sekolah kejuruan. Maka pekerjaan rumah tambahan bagi pemerintah setelah meningkatkan kualitas adalah memperbaiki citra SMK. Di Indonesia, pendidikan vokasi masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Pandangan terhadap pendidikan vokasi tidak lebih baik dari sarjana masih begitu kuat. Hal ini dapat dipahami karena memang dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 menjelaskan penjenjangan tersebut. Dalam Peraturan Presiden tersebut dijelaskan bahwa pendidikan Diploma 1 (D-1) setara dengan jenjang 3, Diploma 2 (D-2) setara dengan jenjang 4, Diploma 3 (D-3) setara dengan jenjang 5, dan Diploma 4 (D-4) setara dengan jenjang 6. Sedangkan pendidikan Sarjana setara dengan jenjang 6. Namun yang menarik, meski sebenarnya D-4 setara dengan sarjana tetapi image masyarakat bahkan industri sendiri masih diskriminatif. Jika diskriminasi atas lulusan pendidikan vokasi dalam masyarakat tampak pada cara pandang atas mahasiswa vokasi yang berbeda dengan mahasiswa sarjana, maka di perusahaan model diskriminasinya adalah pada jenjang kepangkatan dan karir. Contohnya adalah anak vokasi yang sempat kami undang untuk memberikan insight di acara kami, dia mengikuti paket C untuk mengambil prodi kedokteran karena cita-citanya. Adapula anak vokasi yang masih outsourcing setelah 2 tahun kontrak di pecat, tidak diberikan kesempatan menjadi pegawai tetap atau perpanjang kontrak. Hal tersebut membuat mereka yang mengambil jenjang vokasi menjadi kurang percaya diri. Kecenderungan ketidakpercayan diri ini muncul di banyak program vokasi bahkan lulusan yang berlatar belakang vokasi. Dari permasalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak-anak vokasi membutuhkan ruang untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Voaksi (Vokal Beraksi), merupakan inspiring platform untuk anak-anak vokasi. Menurut bahasa vocal beraksi yaitu “vocal” berarti lafal dan “beraksi” berarti berani bertindak. Jadi voaksi merupakan platform untuk anak-anak vokasi agar berani menyampaikan pendapatnya dan berani bertindak. Voaksi hadir untuk memberi ruang bagi anak vokasi di seluruh Indonesia. Voaksi terbentuk atas dasar pemikiran bahwa vokasi memerlukan ruang untuk mengembangkan diri. Voaksi lahir dari kepedulian bersama untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi pelajar vokasi dalam berbagai bidang. Keahlian praktikal yang dimiliki pelajar vokasi tidak semerta-merta menjauhkan pelajar vokasi dari luasnya dunia luar. Bertambahnya wawasan baru dan juga semakin luasnya cakrawala pelajar vokasi dalam melihat dunia adalah salah satu cara yang kami percaya dalam mengakselerasi pengembangan sumber daya pelajar vokasi. Voaksi berdiri dengan tiga visi yaitu : 1. Sebagai Inspiring platform Voaksi memberikan inspirasi kepada pelajar/lulusan vokasi di indonesia. 2. Pemberdayaan (Ide dan Kemampuan) Voaksi menjadi ruang bagi pelajar vokasi untuk mengembangkan ide dan kemampuanya sesuai minat,bakat dan potensi yang dimiliki. 3. Kolaborasi Voaksi mengutamakan kolaborasi untuk meningkatkan jejaring bagi pelajar vokasi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Kolaborasi disini adalah aliansi antara vokasi dan non vokasi. Visi tersebut kami capai melalui program Vocatalk (Vocational Talk) dan Vocano (Vocational Network). Vocatalk merupakan program kerja voaksi yang menghadirkan sosok inspiratif untuk meningkatkan semangat bagi pelajar serta lulusan vokasi. Vocatalk menjadi ruang bagi pelajar/lulusan vokasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Vocatalk dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berkarya dan berinovasi tanpa rasa minder. Dengan diberi motivasi dan inspirasi, mereka akan terbuka wawasan dan pemikiranya agar dapat bersaing dilingkunganya dan dapat meningkatkan softskill dan lifeskill mereka. Vocatalk hadir dengan tema yang sesuai dengan perkembangan zaman dan mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan dunia kerja sehingga dapat menambah informasi yang up-to-date bagi dunia vokasi. Selain itu acara vocatalk tidak hanya dihadiri oleh pelajar dan lulusan vokasi saja, mereka yang bukan berlatar belakang vokasi juga turut hadir dalam acara vocatalk. Sehingga, membuka ruang bagi pelajar/lulusan vokasi untuk membangun kolaborasi yang dapat menjadi ajang tukar pendapat. Vocatalk hadir di tiga kota besar di Indonesia yakni Bandung, Jakarta dan Palembang. Selain Vocatalk, untuk mendukung kolaborasi Voaksi mengadakan program Vocano (Vocational Network). Program ini membuka peluang kolaborasi seluas-luasnya untuk teman-teman berlatar belakang vokasi maupun non vokasi. Sampai saat ini Voaksi sudah menjalin network bersama aliansi-aliansi keorganisasian mahasiswa dan teman-teman di dunia kerja seperti FORKOMPI (Forum Komunikasi Poltekkes Se-Indonesia), FKMPI (Forum Komunikasi Politeknik Se-Indonesia) , IKMVI (Ikatan Keluarga Mahasiswa Vokasi Indonesia), network yang dilakukan bersama teman-teman program vokasi di perguruan tinggi serta lulusan vokasi yang sudah berkerja. Hal ini dilakukan agar pelajar vokasi memiliki ruang untuk kolaborasi terutama dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan kebutuhan pelajar/lulusan vokasi di Indonesia.

Komentar
--> -->