Abstraksi
Mobilitas penduduk angkatan kerja akan terus terjadi saat ada keterbatasan kesempatan kerja di daerah asal. Penduduk berbondong-bondong pindah ke daerah lain dengan berbagai skenario saat daerah tempat tinggalnya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses globalisasi yang ada disinyalir semakin meningkatkan intensitas mobilitas penduduk angkatan kerja, yangkerap disebut dengan istilah mobilitas tenaga kerja, ke luar negeri atau antar daerah di Indonesia. Kota Batam merupakan salah satu daerah tujuan utama migrasi internal di Indonesia, khususnya penduduk usia muda. Kota Batam adalah salah satu kota industri dan perdagangan utama di Indonesia. Ditopang dengan kondisi geografisnya yang strategis dan kesiapan infrastruktur pendukung, kota ini bersama dengan Bintan dan Karimun, ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) pada tahun 2007. Motivasi utama masuknya penduduk pendatang ke kota ini terkait dengan pekerjaan, baik untuk bekerja maupun mencari pekerjaan. Kesempatan untuk memanfaatkan peluang kerja di luar daerah asal hanya dapat dilakukan jika calon migran memiliki modal manusia dengan kapasitas yang memadai. Hal ini diperlukan agar para migran ini memiliki daya saing yang tinggi agar dapat berkompetisi dengan tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja dari wilayah-wilayah lainnya. Migran dengan modal manusia rendah, migrasi umumnya bersifat utilisasi modal manusia yang terbatas dalam rangka memperoleh modal finansial, yang disokong oleh jaringan sosial yang kuat di daerah tujuan. Sementara itu, bagi para migran dengan latar belakang pendidikan tinggi, migrasi saat ini utamanya ditujukan untuk optimalisasi modal manusia, yang membutuhkan modal finansial yang cukup besar (dengan harapan perpindahan tersebut memberikan keuntungan modal finansial yang besar pula di kemudian hari), yang dapat didukung ataupun tanpa keberadaan jaringan sosial di daerah tujuan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas modal manusia migran pekerja di Kota Batam serta faktor penyebabnya. Kajian ini termasuk studi yang menggunakan kombinasi antara metode kuantitatif dan kualitatif. Untuk menjelaskan hasil kajian digunakan data survei yang tim penelitian mobilitas penduduk Pusat Penelitian Kependudukan-LIPI pada tahun 2017 yang dianggap masih relevan dengan kondisi saat ini. Hasil wawancara dan diskusi terpumpun juga dimanfaatkan untuk mempertajam analisa. Hasil survei menemukan bahwa sekitar 37% tenaga kerja di Batam termasuk kelas modal manusia sedang, dan hanya sekitar 12% yang memiliki modal manusia yang tinggi (Malamassam, Latifa, Setiawan dan HIdayati, 2007). Penilaian modal manusia tenaga kerja menggunakan indikator pendidikan, keahlian kerja (secara formal) dan jenis pekerjaan. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, pengelompokan kualitas modal manusia menunjukkan sebagian responden tergolong dalam kelas modal manusia rendah dan sedang. Dominasi tenaga kerja berkualitas sedang dan rendah, serta tingginya probabilitas penduduk migran untuk memiliki modal manusia yang rendah mencerminkan stok tenaga kerja dengan kualitas sumber daya manusia yang belum memadai untuk tuntutan pasar kerja global seperti saat ini. Penting pula dicermati bahwa aglomerasi modal manusia pada level tertentu di suatu wilayah dapat memiliki “efek insentif’ arus migrasi masuk dengan tingkat modal manusia serupa, yang pada akhirnya dapat memperlebar ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah. Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan modal manusia yang diperlukan oleh tenaga kerja dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif. Selain untuk menambah pengetahuan, pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan seseorang dalam bekerja dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pelatihan dan pengembangan keterampilan dapat dipahami sebagai sesuatu yang mencakup pembelajaran dalam keseluruhan tahapan kehidupan. Pendidikan yang berkualitas merupakan dasar bagi seseorang untuk mengembangkan potensinya dalam bekerja. Selanjutnya, pendidikan yang dilengkapi dengan pelatihan keterampilan juga dapat menjadi nilai tambah bagi tenaga kerja dalam mengoptimalkan kapabilitasnya dalam bekerja (ILO, 2010).