Abstraksi
Tingkat ketergantungan masyarakat akan terigu merupakan fenomena dampak negarif dari usaha menurunkan ketergantungan akan beras. Trend masyarakat akan mengkonsumsi produk yang dinilai lebih modern seperti bakery dan mie juga memicu menigkatnya ketergantungan bahan baku produk terigu. Tingkat konsumsi terigu semakin meningkat dimana pada tahun 2008 sebesar 15,5 kg/ kapita/ tahun menjadi 25 kg/kapita/tahun pada tahun 2018 (APTINDO 2019). Indonesia bukan negara produsen gandum dan terigu. Namun demikian tingkat ketergantungan akan produk terigu sangat tinggi dimana impor gandum di Indonesia sebesar 11,8 juta ton pada tahun 2017. Hal ini sangat memberatkan beban negara, dimana devisa dipergunakan untuk bahan konsumsi. Disisi lain, Indonesia memiliki potensi sumber bahan baku tepung lokal yang cukup melimpah. Keseriusan pemerintah pusat dan daerah membutuhkan orientasi yang fokus. Kosep kebijakan berbasis potensi lokal, namun mampu kualitas mampu menembus pasar global menjadi pemikiran tersendiri. Potensi produksi ubikayu di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 20.380.000 ton, ubi jalar 1.903.000 ton, sagu 375.000 ton (Pusdatin Kementan 2019). Beberapa potensi bahan baku sumber karbohidrat lainnya yang mulai berkembang yaitu sorgum, hanjeli dan umbi minor lainnya. Potensi tepung lokal tersebut layak untuk dapat lebih dikembangkan melalui kebijakan yang tept dan berjalan secara masiv sehingga dampaknya dapat dirasakan secara kontinyu dan berkelanjutan. Kebijakan pemerintah dalam memberikan wadah dukungan keseriusan swasta besar untuk mengembangkan produk gluten free menjadi peluang pengembangan ditingkat pemda dan pelaku UMKM Lokal. Bentuk dukungan tersebut, tentunya juga dapat ditingkatkan melalui terobosan kesiapan teknologi yang ada di lembaga riset serta siap dikembangkan secara luas di lapangan. Dukungan hasil inovasi teknologi dan pengembangan model agroindustri telah diluncurkan oleh beberapa institusi dan akademisi, namun masih menbutuhkan wujud nyata bantuan kebijakan, supaya lebih riil dapat menyentuh pasar serta masif dapat menggerakkan atensi konsumen untuk mau dan mampu mengkonsumsi produk yang menggunakan bahan baku tepung lokal. Salah satu peluang teknologi yang mampu untuk mendongkrak tingkat penggunaan tepung lokal yaitu melalui teknologi proses produksi gluten free. Teknologi produksi gluten free merupakan teknologi yang dikembangkan dengan cara menggnatikan 100% peran terigu dengan menggunakan bahan baku tepung lokal. Tepung lokal dapat dipergunakan untuk menggnatikan peran terigu yang terdapat pada produk mie dan bakery, yang selam ini mulai banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Beberapa teknologi produk gluten free telah dihasilkan oleh Herawati et al (2015; 2016, 2017 dan 2018). Beberapa teknologi pengolahan bakery, mie, pasta dan gorengan menyedot pangsa pasar tepung yang cukup besar. Penggunaan gandum untuk terigu di Asia sekitar 40%, sedangkan di Indonesia sekitar 60-70%. Mie dapat dioleh dengan menggunakan tepung lokal 100% atau gluten free tanpa menggunkan terigu. Teknologi proses yang tepat dan optimal akan menghasilkan kualitas mie sebagaimana mie dari tepung terigu. Salah satu teknologi pengolahan mie dari tepung ubikayu telah dipatenkan oleh Herawati et al. dengan No S00201801800. Lebih lanjut, teknologi pengolahan produk gluten free juga semakin banyak dihasilkan serta dapat diolah dengan menggunakan tepung lokal. Teknologi pengolahan cake gluten free juga telah dihasilkan oleh Herawati et al. Serta didaftarkan sebagai paten dengan No.S00201801801. Melalui penggunaan dan pengembangan teknologi produksi gluten free tersebut, diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing tepung lokal serta secara nyata dapat menurunkan tingkat ketergantungan akan produk gandum maupun terigu. Keseriusan penanganan dan implementasi konsep pengembangan di lapangan. Konsep model yang tidak hanya dari satu sektor pertanian, tidak mungkin bisa dapat terimplementasi secara nasional. Berdasarkan hasil penelitian dan kebijakan yang saat ini ada dilapangan, sangat mendukung untuk implementasi lebih lanjut. Dukungan pasar online untuk UMKM sangat baik. Namun demikian orientasi jaminan mutu dan keamanan pangan harus diperhatikan. Terdapat peluang pengembangan dan perluasan jaringan pemasaran melalui jalur E-commerce untuk produk UMKM seeprti mie dengan bahan baku tepung lokal ini. Pada pelaksanaan penggunaan E-Commerce, terdapat tiga aktor yang terlibat pada yaitu peran produsen, peran konsumen dan peran media. Mekanisem sistem tersebut merupakan sistem penjualn yang melibatkan dan peran masing-masing serta diterjemahkan dalam bahawa web. Sistem tersebut memudahkan konsumen yang terbentang jarak untuk dapat melakukan sistem pemasaran dan pembelian dengan menggunakan sarana komunikasi berbasis web. Jarak antara penjual dan pembeli dapat diminimalisasi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan jasa kurir pengantar kiriman. Link penggunaan jaringan telekomunikasi harus dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Dengan semakin meningkatkan kemudahan penggunaan jaringan telekomunikasi berasis IOT (Internet of Think) akan semakin membuka jaringan pasar dan pemasaran. Dukunga nyata pemerintah daerah melalui unit Technopark, Toko Tani maupun wadah pemasaran lainnya, akan membuka peluang pemasaran yang lebih luas lagi. Dalam melakukan pemilihan aplikasi web content manajemen system perlu diperhatikan fungsi dan tujuan dari pembuatan e-commerce, sehingga aplikasi toko online yang dihasilkan dapat bermanfaat dan dapat dilakukan pengembangan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan toko online pun dapat berjalan dengan efektif Implikasi kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan budaya konsumsi gluten free tepung lokal, menekan impor gandum dan dapat menambah saving devisa negara. Implikasi jangka panjang dapat membuka potensi pasar pangan fungsional gluten free dan menekan penyakit siliak (radang saluran pencernaan) atau penderita autis yang disinyalir alergi dengan gluten yang terdapat pada produk gandum.