Media pembelajaran memiliki peran penting terutama untuk meningkatkan minat dan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Direktur Program Inovasi, Mark Heyward di Kawasan Sumba Tengah pada awal tahun 2019. Selain itu, media pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat membantu siswa lebih memahami materi pelajaran sehingga mampu meningkatkan prestasinya. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), media pembelajaran yang dikemas secara kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk membantu mereka dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Akan tetapi, beberapa kendala ditemui dalam pemanfaatan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Beberapa kendala tersebut meliputi keterbasan waktu menyiapkan materi, sulit mencari media yang tepat, dan terbatasnya biaya (Liputan6.com, 2019). Bahkan berdasarkan hasil analisis Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan (BPMPK) pada tahun 2017, ditemukan bahwa media pembelajaran untuk ABK masih minim. Kendala-kendala ini perlu diatasi dengan melibatkan berbagai pihak untuk membantu.
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut yaitu melakukan kolaborasi antara sekolah bersama komponen masyarakat yang memiliki perhatian terhadap pendidikan dalam bentuk usaha sosial. Pihak-pihak dari perguruan tinggi seperti dosen dan mahasiswa adalah komponen masyarakat yang dapat membantu melakukan penelitian dalam hal penyediaan media yang tepat untuk kegiatan belajar mengajar. Meskipun tidak menutup kemungkinan partisipasi pihak-pihak lain dari komunitas atau kalangan masyarakat luas yang memiliki perhatian dan kepedulian terkait pendidikan. Bahkan dari guru maupun dari kalangan siswa sendiri.
Keterlibatan berbagai pihak yang dibuka secara luas diharapkan mampu membantu sekolah dalam menyediakan media pembelajaran efektif dengan waktu yang lebih efisien. Namun, hingga saat ini masalah klasik pendidikan masih menghantui yaitu terkait ekonomi. Modal yang terbatas dan biaya perawatan yang tinggi dalam penyediaan media pembelajaran kreatif dan inovatif menjadi kendala untuk implementasi, pengembangan serta keberlanjutannya. Sehingga diperlukan suatu skema tertentu yang mampu membuka peluang partisipasi masyarakat luas akan adanya media pembelajaran kreatif dan inovatif.
Skema Pendanaan Usaha Sosial melalui Platform Crowdfunding
Skema pengumpulan modal dan pembiayaan dengan crowdfunding dapat menjadi solusi untuk usaha sosial di bidang pendidikan ini. Crowdfunding sendiri merupakan bentuk pengumpulan dana dengan jumlah relatif kecil dari sekelompok orang yang salah satu contohnya digunakan untuk membiayai usaha-usaha dalam menyelesaikan masalah sosial (Tomita, 2018). Platform crowdfunding menggunakan teknologi internet sehingga mampu mewadahi kepedulian masyarakat luas tanpa terhalang jarak dan waktu. Crowdfunding terbagi menjadi empat model yaitu donation-based crowdfunding, reward-based crowdfunding, peer-to-peer lending dan equity-based crowdfunding. Dari keempat model crowdfunding tersebut, reward-based crowdfunding merupakan model yang paling banyak menarik perhatian. Salah satu reward-based crowdfunding yang telah sukses yaitu Kickstarter dari Amerika Serikat. Setiap penyandang dana di Kicksarter mendapat hadiah yang berupa non finansial. Akan tetapi sering berbentuk bukti penghargaan sebagai contoh pesan terima kasih, menyebutkan nama crowdfunder dalam kredit proyek, atau barang kenang-kenangan seperti kaos, mug, pin, dsb (Hemer, 2011). Studi kualitatif yang pernah dilakukan juga menunjukkan bahwa adanya pemberian hadiah menjadi salah satu motivasi yang penting untuk berpartisipasi menjadi penyandang dana (Gerber, dkk., 2012).
Di Indonesia sendiri penggunaan platform crowdfunding bukan hal yang baru. Bahkan keberadaanya mengalami perkembangan pesat dan semakin digemari, sebagai contoh yaitu Kolase.com dan Kitabisa.com (IDN Times, 2019). Kedua platform tersebut telah sukses mendanai proyek-proyek yang diusulkan. Kolase.com fokus untuk mendanai proyek-proyek dari pelaku industri kreatif. Sedangkan Kitabisa.com lebih bergerak pada penggalangan dana untuk kemanusiaan. Disampaikan pula oleh Akbar (2018) melalui kemenkeu.go.id bahwa Indonesia perlu mendorong crowdfunding yang saat ini menjadi instrument pembiayaan populer di dunia Internasional. Sedangkan hingga saat ini di Indonesia belum berkembang platform crowdfunding yang fokus terhadap penyediaan media pembelajaran inovatif dan kreatif bagi siswa sekolah.
Edukrein.com sebagai Platform Crowdfunding untuk Masalah Pendidikan
Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka diusulkan pembuatan platform crowdfunding berbasis reward non finansial bernama Edukrein.com dimana fokus utamanya menyediakan media pembelajaran inovatif dan kreatif bagi sekolah. Edukrein.com nantinya akan menerima proyek-proyek untuk pengembangan media pembelajaran bagi sekolah mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) baik di sekolah reguler, inklusi, maupun sekolah luar biasa (SLB).
Bentuk proyek yang diterima bisa berupa alat peraga, pemanfaatan teknologi informasi seperti game, video, animasi, dan sebagainya. Selain itu, dapat juga berbentuk buku ajar atau komunitas kelompok belajar yang bersifat kreatif dan inovatif. Setiap pihak yang mengajukan proyek diwajibkan setidaknya menggandeng satu pihak sekolah sehingga dapat langsung mengimplementasikan proyek mereka. Sedangkan dengan skema non finansial reward-based crowdfunding, setiap penyandang dana akan memperoleh timbal balik selain uang sebagai tanda terima kasih. Bentuk timbal balik dapat berupa hadiah yang akan disesuaikan dengan proyek yang dikembangkan. Sedangkan laporan singkat dan dokumentasi proses pelaksanaan proyek akan ditampilkan pada halaman portal Edukrein.com sehingga penyandang dana dapat ikut memantau. Oleh karena itu, dengan keterlibatan masyarakat yang memiliki kepedulian pada pendidikan, Edukrein.com dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penyediaan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif bagi sekolah umum, inklusi, dan SLB.