• Eko Rody Irawan
    Eko Rody Irawan
    PNS bertugas sebagai Staf Administrasi Umum di Kelurahan Sumbersari Kota Malang, Pegiat Sejarah dalam Komunitas Reenactor Ngalam dan Penulis di Blogger Kompasiana Reenactor
Papers

Merintis Destinasi Wisata “Kampoeng Sedjarah” sebagai Upaya Membangun Peluang Lapangan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Masyarakat di Kelurahan Sumbersari Kota Malang

2019

Abstraksi

Abstraksi Makalah Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang adalah sebuah daerah Pemukiman Padat Penduduk yang mayoritas Usaha Penduduknya adalah Kost-kostan dan usaha Kuliner.Mayoritas Mahasiswa Yang Kuliah di Malang, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang dan Kampus Kampus lainnya, banyak yang mondok atau kost di daerah Sumbersari. Hal ini merupakan Potensi Yang besar yang harus dikelola dengan baik, agar masyarakat di Kelurahan Sumbersari mampu menciptakan lapangan Kerja secara Inklusif bagi warganya. Apakah Warga sumbersari bisa menikmati berkah ini atau Sebaliknya? Lahirnya Kampung Sejarah dan Musium Reenactor Ngalam Dalam Sejarah Perang Kemerdekaan, Sumbersari Masa Agresi Belanda adalah markas Komando Gerilya Kota yang di Pimpin Oleh Kapten Soemitro. Jabatan Beliau terakhir adalah Pangkobkamtib Era Presiden Soeharto dengan Pangkat Jendral. Selama di Sumbersari, Kapten Soemitro menyamar sebagai Tasrip yang dikukuhkan dengan KTP terbitan Belanda. Fungsi Markas Komando gerilya adalah sebagai markas Utama memantau Pergerakan Pasukan Pasukan Belanda dan tempat pertemuan para Pejuang. Pahlawan Asal Malang, Mayor Hamid Rusdi, adalah Komandan dari Kapten Soemitro dan dalam rangka Konsolidasi Pasukan TNI, Wilayah Sumbersari Menjadi markas Komando gerilya yang paling strategis karena dekat dengan pusat kota. Kisah Heroik Perjuangan ini selalu diingat dan dikenang warga sumbersari dan menginspirasi Para Muda Dusun Tawangsari sekarang Wilayah RW. I Kelurahan Sumbersari mendirikan Sebuah Komunitas Penggiat sejarah bernama Reenactor Ngalam. Komunitas ini mulai aktif dalam kegiatan Kesejarahan di Kota Malang maupun luar kota dan bersifat keswadayaan. Sembilan Tahun Kemudian, tepatnya Pada Tahun 2016 Komunitas Ini bersama masyarakat RW. I diminta Pihak Pemerintahan Kelurahan Sumbersari untuk membuat sebuah Formulasi Perencanaan Pembangunan berbasis Masyarakat dengan mengangkat Potensi asli Kampung yang bisa memberikan Kontribusi Pada peningkatan Kesejahteraan dan mewadahi ekonomi Kreatif Juga membuka peluang Lapangan Kerja secara Inklusif didalamnya. Formulasi Perencanaan Dari warga dan Komunitas Reenactor Ngalam tersebut, diberi nama “Tawangsari Kampung Sedjarah” dan diikutkan sebagai salah satu Peserta Festival Rancang Malang Lomba Kampung Tematik Yang diadakan Pemerintah Kota Malang. Pada Tahun 2017, Tawangsari Kampoeng Sedjarah masuk sebagai Nominasi 15 besar Pemenang Lomba Kampung Tematik dan berhak memperoleh Hadiah berupa realisasi Usulan terpilih sesuai Penetapan Anggaran Yang telah ditentukan oleh Dewan Juri Lomba Kampung Tematik dan dianggarkan dalam DPA Kelurahan Sumbersari Tahun anggaran 2017 Dari Keseluruhan Usulan, Realisasi Baru Berupa Pembangunan Gedung Untuk Musium dengan mekanisme melalui Lelang Elektronik di LPSE. Hal ini merupakan bentuk Perhatian dari Pemerintah Kota Malang memberikan dukungan pada Masyarakat Kelurahan Sumbersari.Pada Tahun 2018, Gedung Selesai dibangun dan diserahkan Kepada Penggelola. Pengembangan Kampoeng Sedjarah dan Musium Reenactor Ngalam Pada Tahun 2018, Komunitas Reenactor Ngalam selaku Pengelola dari Kampung Tematik “Tawangsari Kampoeng Sedjarah” dengan Ikon Unggulan berupa Musium Reenactor Ngalam terus bergerak untuk mengembangkan Kampungnya menjadi Destinasi Wisata sejarah. Kendala Yang dihadapi dari Pengembangan ini adalah Pembiayaan operasional, Karena Bantuan dari Pihak Pemerintah Kelurahan Sumbersari terfokus untuk Event Tahunan Kampung Sedjarah berupa Pelaksanaan Festival Kampung Sedjarah Yang Pada Tahun 2018 adalah gelaran Event Ke-IV. Kegiatan Tahunan dirasa belum mampu mengangkat ekonomi masyarakat, Karena bersifat setahun sekali dan baru tahap Mempromosikan Kampung sebagai destinasi Wisata. Sepanjang Tahun 2018, Gedung Musium Reenactor Ngalam diminta membuka Kunjungan. Koleksi Musium sudah tersedia berupa Barang barang dari Markas Komando Gerilya dan barang replica karya Reenactor berupa senjata senjata replica yang dipakai pada perang Kemerdekaan. Kemudian Dengan Mengerahkan Kemampuan swadaya dan gotong royong memanfaatkan barang bekas,, display museum bisa diwujudkan dan di launching pada September 2018. Upaya meminta bantuan dari stageholder terkait dan pihak swasta yang lain belum bisa didapat karena status Pengelola Belum Berbadan Hukum tetap yang disyahkan sehingga tidak bisa memperoleh bantuan dari Pemerintah. Jam buka museum belum bisa full day Karena Petugas Musium bersifat sukarelawan sehingga dibuka setelah Pukul 15.30 hingga 20.00 setiap Hari, Kecuali Hari Senin Tutup. Pengenaan Tiket belum ditetapkan karena Fasilitas belum Memadai yaitu belum adanya Kamar Mandi, Akses Jalan dan Penerangan menuju Lokasi belum layak. Pusat souvenir, Oleh oleh, Cafetaria dan spot foto diluar Musium Juga belum ada.Pengembangan Partisipasi Masyarakat melalui Pokdarwis juga belum ada. Hal ini sudah dibicarakan dalam Forum Musrenbang di Kelurahan dan Usulan ditampung untuk Tahun tahun mendatang. Namun demikian, Pnggelola tetap berkomitmen berupaya mengembangkan diri, antara lain telah berhasil menyediakan Fasilitas Free Wifi Gratis di Lokasi Musium bantuan dari Dinas Kominfo Kota Malang, menambah spot dalam museum agar dinamika tata kelola museum terus berkembang. Antara Lain, Peembuatan Taman Baca dan Perpustakaan sejarah. Termasuk Juga pembuatan dan penyempurnaan spot. Hal ini dilakukan secara swadaya. Ide Pengembangan Lapangan Kerja, Solusi Pemberdayaan Masyarakat Dengan Modal Memiliki Gedung Musium yang didukung oleh SDM Komunitas dan swadaya Masyarakat, Kampung Sejarah sudah selayaknya menjadi Peluang Lapangan Kerja di Kampung dan merupakan Motor Pemberdayaan Masyarakat. Berikut Ide Pengembangannya : 1. Meningkatkan Kapasitas SDM anggota Komunitas Reenactor dengan berbagai Latihan Ketrampilan dan Bidang Permusiuman. 2. Meningkatkan Kapasitas Masyarakat melalui Pokdarwis, agar masyarakat turut serta berpartisipasi aktif mendukung dan turut merasa memiliki dan bertanggung jawab sebagai warga Kampung Sejarah. 3. Menjalin Kerja sama dengan sekolah, Universitas, Jasa Travel/Biro wisata dan Para awak media cetak/online/blogger, untuk meningkatkan kapasitas kunjungan ke Kampung sejarah 4. Membuat event rutin secara berkala dan terprogram, dengan menciptakan keunikan dan kekhususan agar kegiatan tersebut menarik minat pengunjung. 5. Permodalan. Inilah masalah pokok Pengembangan Kampung Sejarah. Penggalian Modal bisa didapat dari CSR atau bantuan Lain yang syah. Tanpa Bantuan Modal, Usaha Pengembangan akan jalan ditempat dan terasa lambat. Harapan Kami adalah adanya pihak lain yang berkenan membantu Kami memiliki status berbadan Hukum, sehingga upaya kami pendekatan pada stage holder terkait baik Pemerintah atau swasta untuk meminta bantuan dapat dipercaya. Demikian Upaya Kami membangun destinasi Wisata Kampung sejarah dengan tujuan agar Konsep Reenactor menjadi metode Pembelajaran alternative di dunia Pendidikan sejarah, sekaligus Membuka Peluang Lapangan Kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Langkah Kami Jika diprosentase belumlah genap 50 %, Namun dengan bantuan pihak terkait, Kami Yakin Upaya Menciptakan Lapangan kerja diKampung sendiri dapat terlaksana dan tidak menjadi ide belaka. Kami Yakin, Karena inilah satu satunya di Indonesia Yang mempunyai Kampung berkonsep Life Historical Reenactment, Punya Musium Perjuangan dan Punya SDM Pecinta dan Penggiat sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Komentar
--> -->